.
.
.Beberapa mobil polisi yang sudah sampai di SMA Arutala menggemparkan satu sekolah. Para siswa-siswi berlari mengikuti ke arah mana polisi itu pergi. Hingga saat sampai di gudang, para siswa-siswi semakin heboh saat melihat seorang mayat tengah diangkat untuk dipindahkan.
"Eh, itu Cika bukan sih?" pungkas seorang cewek bertubuh tinggi saat melihat wajah Cika.
"Seriusan?"
Semua para siswa-siswi berusaha melihat wajah mayat yang katanya Cika itu. Namun seorang polisi mendorong pelan tubuh mereka tak membiarkan mereka mendekat. "Tolong menjauh!"
"Kenapa bisa Cika mati?" Seseorang yang berada di barisan paling belakang bertanya.
"Siapa sih yang tega bunuh si Cika? Padahal setau gue nih ya, Cika itu baik banget. Sering bantuin, tapi kok dia dibunuh?"
"Gue rasa yang bunuh Cika pasti iri sama dia!"
"Lo bener sih, gue setuju!"
Suara-suara para siswa yang saling berbisik dengan suara pelan dan bahkan bersuara keras membuat suasana semakin heboh.
Terry, Steve dan Kai yang juga berada di sana hanya terdiam memandangi mayat Cika dengan lekat. Dan soal Moana, Ben dan Daniel tak diketahui kemana perginya ketiga orang itu.
"Kayaknya kita harus bergerak cepat sebelum polisi yang nemuin pelakunya," celetuk Steve.
"Lo bener, Steve! Karena kalo bener bukan Ethan pelakunya, mungkin si pelaku itu tau siapa Ethan. " Terry menimpali.
Terry melihat ke arah layar ponselnya yang memperlihatkan pesan Ethan yang masih sama seperti tadi. Terry terdiam memikirkan rencana apa yang akan mereka lakukan untuk selanjutnya. Namun Terry sudah tak bisa lagi berpikir untuk selanjutnya, pikirannya terasa buntu. Banyak masalah yang harus ia pikirkan, dan itu membuat pikirannya semakin buntu.
***
"Kita kayaknya harus nyelinap ke kamar Cika buat nyari bukti lain, karena bukti yang ada di dekat Cika masih abu-abu dan belum ada titik terangnya saat ini. Siapa tau aja, di kamar Cika ada bukti yang bisa kita cari tau?!" Daniel berujar.
"Soal motif pembunuhannya, emang lo pada udah yakin kalo motif pembunuhan Cika itu karena nolak cinta dari si pelaku?" tanya Ben.
"Iya, dan bunga-bunga itu adalah buktinya." Terry menjawab.
Ben menoleh menatap Terry. "Kenapa lo seyakin itu kalo bunga-bunga yang ada didekat Cika adalah bukti yang menunjukkan motif pembunuhnya?" Ben kembali bertanya, ia sangat penasaran akan kesimpulan Terry. Karena tidak masuk akal jika menjadikan tiga jenis bunga yang ada di dekat mayat Cika sebagai motif pembunuhan. Apalagi yang ia tau bahwa jika mencari tau motif pembunuhan dari pelaku itu seharusnya sangatlah sulit. Namun entah kenapa motif pembunuhan Cika terlalu mudah untuk dipecahkan lewat ketiga bunga yang terasa janggal itu!? Seolah ada sesuatu yang tersembunyi.
Terry terdiam. Sebenarnya ia juga merasakan hal itu, tapi ia yakin bahwa Ethan adalah orang yang meletakkan bunga-bunga itu untuk memudahkan dirinya mencari tau pelakunya.
"Karena gue ngerasa, kalo Ethan yang udah naruh bunga-bunga itu supaya kita bisa dengan mudah nyari pelakunya." Terry berkata sambil menatap Ben. "Karena kagak mungkin pelaku naruh bunga itu tanpa ada alasan yang jelas, dan sandi itu juga terasa aneh. Dan gue percaya, kalo Ethan yang naruh bunga dan sandi kotak itu di dekat mayat Cika dengan tujuan supaya kita langsung tau motif pembunuhan pelaku aslinya." Terry Melanjutkan.
"Sepercaya itu lo ama Ethan? Kalo misalnya Ethan bener-bener pelakunya gimana? Apa lo bakal tetap percaya ama dia?" Ben masih kembali bertanya.
Terry kembali terdiam. Sedikit ragu dengan keyakinan dirinya pada Ethan yang tidak ia kenal sama sekali. Pikirannya berkecamuk. Memikirkan banyak kemungkinan bahwa mungkin saja memang benar Ethan pelakunya. Namun ia merasa bahwa bunga-bunga itu ada kaitannya dengan motif pembunuhan dari Cika. Dan jika bukan, untuk apa ketiga bunga itu ada di sana? Dan kenapa Ethan menyuruhnya mencari pelaku pembunuhan dari Cika jika dirinya sendiri adalah pelakunya? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang ingin sekali Terry utarakan, tapi ia tak tau harus ke siapa!?
"Tapi yang jadi masalahnya itu, kira-kira dimana senjata pembunuhannya? Kita bakal tau pembunuhnya kalo kita bisa nemuin senjatanya," celetuk Moana.
Mendengar celetukan Moana, Terry mendongak menatap cewek itu dengan pikiran melayang.
"Mungkin dibawa sama pelaku aslinya." Daniel menimpali.
Keheningan terjadi. Terry menjilat bibirnya yang terasa kering. "Pembunuhan ini masih tanda tanya, apalagi Ethan adalah salah satu tersangka yang paling dicurigai. Dan prioritas kita saat ini adalah nemuin senjata pembunuhnya. Apalagi senjata itu yang bakal jadi bukti penting dalam kasus pembunuhan ini," tutur Terry.
"Tapi kita kagak tau mau nyari senjatanya dimana?!" pungkas Moana.
Terry menoleh menatap Moana. "Karena pembunuhannya terjadi di sekolah, besar kemungkinan senjatanya masih ada disekitar sini."
"Terus apa langkah kita selanjutnya? Kita kagak mungkin cuma nyari senjata pembunuhannya kan?" Kai berucap.
"Kai bener, kita harus mikirin gimana selanjutnya! Dan yang lebih diutamakan adalah senjata pembunuhan, bukti lain dan juga motif aslinya? Meskipun motif yang pertama itu masih menjadi tanda tanya, " ucap Steve sedikit ragu saat mengatakan motif aslinya.
"Bukannya kita bakal nyelinap ke kamar Cika buat nyari bukti lain?" celetuk Ben.
"Terus siapa yang bakal ke rumah Cika?" tanya Moana.
"Gimana kalo kita bagi tim, tiga orang nyari senjata pembunuhnya disekolah. Dan sisanya nyelinap ke kamar Cika?" usul Daniel.
"Ya udah, gimana pembagiannya?" tanya Steve menoleh menatap Terry yang terdiam.
Terry menghela nafas. "Gue, Steve, dan Moana bakal nyelinap ke kamar Cika. Ben, Kai ama Daniel nyari senjatanya di sekolah. Kita harus saling ngehubungin kalo dapat sesuatu." Terry memutuskan dan langsung diangguki kelima orang itu.
____________
SEPERTI BIASA, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN CARA VOTE DAN KOMEN ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Invitation (TXT)
Mystery / ThrillerWARNING!!! DILARANG PLAGIAT!!! SEDANG DALAM PROSES PERBAIKAN DAN ADA BEBERAPA TYPO YANG TAK DISENGAJA Terry merupakan murid berprestasi di sekolahnya. Namun meskipun demikian, ia merasa bahwa hidupnya sangat membosankan. Dimana dia hanya belajar, se...