trauma untuk jeaden

1K 172 25
                                    




-
-
-






" dia sedang mengurus surat perpisahan kalian di pengadilan freen ". Rudolf berbicara dengan nada pelan. Jujur ssbenarnya dirinya sendiri pun tak sanggup untuk mengucapkan kalimat itu.

"T-tapi dadhh.. freen tidak bersalah. Freen di jebak hiks hiks". Lagi dan lagi, freen tak lagi kuasa menahan air matanya.

Dada nya sesak, sakit, semudah ini kah suaminya menceraikannya tanpa mau mendengar sedikitpun penjelasan darinya terlebih dahulu.

Yang lain tak tau harus apa, mereka semua ada pada situasi yang sulit untuk di selesaikan. Keajaiban lah satu satu nya harapan mereka saat ini.

Beberapa waktu berlalu, freen masih saja menangisi keadaannya dengan jeaden yang masih setia dalam dekapannya.

"Sini jeaden sama aku aja freen, ingat kamu lagi hamil. Takut nantinya perut kamu ter tekan karena jeaden berada dalam pangkuanmu"usul jaja.

"Tidak phi, biarkan jeaden tetap dalam dekapanku. Aku takut setelah ini becky tidak akan membiarkanku untuk melihat putraku lagi" freen terus menerus menangis sambil memeluk jeaden.

Tak bisa dibayangkan jika pada akhirnya freen memang benar harus berpisah dnegan anaknya, freen ga akan siap jika hal itu terjadi.

"Tenang lah freen, kita cari jalan keluarnya. Bisa saja becky pergi ke kantor, bukan kepengadilan. Jangan over thinking terlebih dahulu. Pikirkan calon ponakanku yang nomor dua. Kamu jangan sampai drop"

Bagaimana pun, freen adalah adiknya juga. Dia jelas tidak mau ke 2 adiknya berpisah apalagi dengan cara seperti ini.







-
-
-






Semua orang berfikir untuk mencari jalan keluar dan ingin mengusut kasus ini sampai tuntas. Bagaimana dengan becky? Sejak tadi pagi wanita itu sengaja mematikan ponselnya.

Hingga tiba tiba terdengar langkah kaki yang membuat semua orang menolah.

" ini suratnya, cepat tanda tangani. Gue gapunya banyak waktu" ucap becky dingin sambil melempar map berisi surat perceraian kehadapan muka freen.

"Baby... dengerin aku dulu" freen mencoba untuk memohon pada suaminya.

"Berhenti manggil gue baby, gue ga sudi!!"

"Bec... jangan begitu!" Ucap rudolf yang melihat anaknya mencekik leher freen.

"Diam kalian semua atau jeaden akan melihat semua kejadian ini"

"Awwwsshh"

"Dengerin gue wanita jalang, cepat tanda tangani surat perceraian ini karena gue udah muak liat muka lo" becky menghempaskan muka freen begitu saja.

Freen benar benar sudah tidak tahan dengan perilaku becky.

"Becky... a-aku menyerahhhh. Aku fikir kamu bisa berubah setelah jeaden lahir, ternyata tidak hiks hiks"

DEG!.

jantung becky seolah berhenti, tapi bukan kah ini yang dia mau?, berpisah dengan freen dan hidup berdua hanya dengan jeaden. Namun kenapa sesakit ini?





-
-
-





Freen menanda tangani surat perceraian itu dengan tangan yang bergetar.

"Becky.. sebelum sidang perceraian dilakukan. Izinkan aku membawa jeaden pergi, karena aku tau setelah itu hak asuh akan jatuh ke tanganmu" freen memohon pada orang yang saat ini masih sangat dia cintai.

"Gak bisa!. Jeaden akan ikut gue mulai detik ini juga"

"Aku mohon becky, berilah aku sedikit waktu lebih lama untuk bisa mengukir memori dengan putraku hiks hiks.. aku ibunya bec, aku yang melahirkannya. Aku memohon padamu"

"Ngapain lo mikirin jeaden, urus aja anak hasil hubungan gelap lo itu"

"Bec, adik jeaden ini anak kamu. Bukan anak orang lain, percayalah padaku bec hiks hiks"

"Freen, bawalah jeaden pergi, mommy percaya kamu akan bisa menjaga jeaden"

Siapa sangka, ternyata sejak tadi jeaden sudah terbangun namun dia memilih tidak membuka matanya karena mendengar suara sang daddy. Anak kecil itu masih sangat trauma atas kejadian tadi pagi saar daddy nya membentaknya.

Tiba tiba...

"Hiks hiks". Anak kecik itu menangis dalam pelukan freen dengan keadaan mata masih tertutup.

"Jeaden.. kenapa baby boy mommy, kenapa menangis" ucap freen sambil mengusap air mata yang jatuh pada pipi anaknya.

"Mommy.. daddy jahat sama jead, daddy juga jahat sama mommy. Mommy kesakitan hiks hikss... jead dali tadi dengel mom hiks hiks. Jead takut sama daddy. Jead mau ikut mommy".

Bagai di sambar petir bagi semua orang yang ada diruangan itu, bagaimana bisa jeaden ternyata sedari tadi mendengar pembicaraan mereka. anak itu terus menangis sambil gemetaran di dalam pelukan freen.

"Kau membuat cucuku trauma becky"





-
-
-






PLAKKKKK.

1 tamparan melesat pada wajah mulus becky.

"Aaaaaa... mommy jead takut huaaaaa... takuttttttt". Anak itu semakin mengeratkan pelukannya pada sang ibu.

Trauma yang sangat berat harus diterima oleh anak sekecil jeaden.

"Baby, baby gaboleh takut ya? Itu tadi cuma ekting kok, dadpa tidak benar benar menampar daddy" freen mencoba untuk meluluhkan anaknya.

"Enggak mommy, itu benelan. Jead tadi juga dengel mommy bilang awwwhhh,, huaaaa mommy kesakitan"

Semakin menjadi, semua orang tak tau bagaimana cara menenangkannya.

"Jead.... ayo ikut daddy" ucap becky.













Bec bec, nambah nambahin masalah aja. Gimana kalau tu bocil kematian jadi benci sama daddy nya.

ACCEPT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang