Bab 4 warung kembar

26 3 4
                                    


Suatu hari, di sebuah tongkrongan yang selalu ramai oleh canda tawa dan obrolan seru, sekelompok sahabat tengah menikmati kebersamaan mereka. Warung Kembar, tempat favorit mereka, menjadi saksi bisu berbagai kisah yang mereka bagi.

Aksa: "Akhirnya, udah lama kita ga kumpul lagi kayak gini."

Alexandro: "Kalian kan sok sibuk, si paling organisasi."

Haekal: "Makanya, Lex, ikut kegiatan aja daripada sering bolos."

Alexandro:"Ngapain? Ogah banget gue."

Putra: "Udah lah, ga usah ribut."

Tiba-tiba, Askanio melirik ke arah Aksa dengan senyum menggoda.

Askanio: "Gue denger ada yang lagi deket sama anak IPA nih," ujarnya sambil menatap Aksa.

Aksa: "Apaan sih?"

Alvaro: "Ngaku aja kali, Sa."

Aksa:"Eh All, kayaknya Naya suka deh sama lo. Gue liatnya kayak beda gitu."

Alvaro:"Perasaan lo doang kali. Lagi pula, gue ga punya perasaan apa-apa kok ke dia."

Aksa: "Tapi lo kayak baik ke dia"

Alvaro: "Apa salahnya menolong orang?"

Aksa: "Ya ga gitu konsepnya, bre."

Anak-anak Warung Kembar yang lain hanya menyimak percakapan mereka, menganggap ini hanya candaan semata. Mereka sudah terbiasa dengan obrolan ringan yang selalu diwarnai dengan godaan dan ledekan seperti ini.

Namun, di balik tawa itu, ada beberapa konflik kecil yang mulai mencuat. Alex yang mulai merasa tersisih karena sering absen dalam kegiatan kelompok. Dia merasa seolah-olah tidak dihargai oleh teman-temannya.

Alex: "Kalian selalu ngomongin kegiatan, tapi ga pernah ngajak gue serius. Kadang gue juga pengen ikut, tau."

sebenarnya alex dan alvaro diam-diam juga ikut organisasi tanpa sepengetahuan teman-teman nya

Haekal: "Kita udah sering ngajak, Lex. Tapi lo yang selalu nolak."

Alex: "Gue punya alasan sendiri kenapa sering bolos. Tapi kalian ga pernah tanya kenapa."

Sementara itu, di sudut lain, Aksa dan Alvaro kembali terlibat percakapan serius tentang Naya.

Aksa: "Serius deh, Al. Gue liat cara lo perlakukan Naya beda. Jangan sampai dia salah paham."

Alvaro: "Gue cuma ingin bantu. Apa salahnya? Lagian, perasaan ga bisa dipaksa, kan?"

Aksa: "Iya, tapi lo juga harus pikirin perasaan dia."

Setelah obrolan tersebut, suasana berubah menjadi lebih serius. Mereka memutuskan untuk melanjutkan malam hari itu dengan bermain Mobile Legends, game yang selalu menjadi pilihan utama ketika mereka berkumpul.

Ketika game dimulai, suasana semakin ramai. Canda tawa dan teriakan khas anak muda terdengar jelas. Namun, ketegangan kecil masih terasa di udara.

Haekal: "Wah, kalo masalah game mah, Alvaro dan Alex juaranya!"

Putra: "Tapi kalo masalah pelajaran, mereka angkat tangan."

Tawa meledak, memenuhi seluruh warung. Meskipun dikenal sebagai jagoan game, Alvaro dan Alex selalu menjadi bahan candaan karena seringkali kesulitan dalam pelajaran. Namun, candaan itu kadang terasa menyakitkan bagi Alex.

Alex: "Kalian enak ya, bisa ngeledek terus. Kalian ga tahu aja masalah gue di rumah."

Keheningan menyelimuti sejenak. Teman-teman lainnya mulai menyadari bahwa ada hal yang lebih serius di balik sikap Alex selama ini.

All About You (A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang