Bab 21 keputusan yang salah

6 3 16
                                    


Pagi cerah itu, Naya datang ke sekolah seperti biasa dengan perasaan senang dan gembira. Langit biru tanpa awan, burung-burung berkicau riang seolah menyambut langkah kakinya yang ringan. Senyuman tak pernah lepas dari wajahnya, menyebarkan aura positif yang membuat teman-temannya ikut merasakan kebahagiaan yang sama.

Ia memulai pelajaran dengan penuh semangat, menyerap setiap kata dari guru yang menjelaskan di depan kelas. Setiap kalimat yang terucap seperti butiran pengetahuan yang menari-nari di udara, siap ditangkap dan disimpan dalam memori Naya. Matanya bersinar penuh antusiasme, mencerminkan hasratnya untuk belajar dan mengeksplorasi dunia. Saat bel istirahat berbunyi, Naya memutuskan untuk ke kantin, tetapi tiba-tiba Abeela menghentikannya.

"Nay, mending kamu ga usah ke kantin dulu. Nitip aja sama kita, kamu lanjutin tugas biologi itu dulu aja. Keburu dikumpul," kata Abeela dengan nada mendesak.

Abeela memang dikenal sering punya firasat yang kuat. Melihat tugas biologi yang menumpuk, Naya pun mengiyakan saran temannya itu.

"Nay, kamu lanjutin aja tugasnya, biar kami yang ke kantin," tambah Zela.

Abeela dan Zela kemudian pergi ke kantin berdua, meninggalkan Naya yang mulai menyelesaikan tugas biologi. Saat melewati kelas IPA 3, Abeela melihat Alvaro sedang duduk dan berbicara dengan seorang cewe dari kelas itu.

"Aku rasa kita harus foto, Zel," kata Abeela berbisik.

"Tapi susah, Bel. Suasananya rame, nanti orang curiga," jawab Zela.

Abeela mengangguk setuju, meskipun hatinya masih gelisah. Mereka melanjutkan perjalanan ke kantin sambil berbicara dengan suara rendah.

"Untung aja Naya ga ikut kita," kata Abeela.

"Iya, untung aja kamu nyuruh dia ga ikut," sahut Zela.

"Aku juga ga tau kenapa, tiba-tiba aja terlintas di pikiran aku," jawab Abeela dengan raut wajah serius.

"Jadi, gimana? Haruskah kita beri tahu Naya soal ini?" tanya Zela ragu-ragu.

"Aku udah bilang ke Naya untuk ga usah direspon lagi tuh cowo. Nanti di ghosting lagi terus punya cewe baru, tapi masih aja tuh anak," keluh Abeela.

"Jadi, gimana Bel?" tanya Zela lagi.

"Biarkan waktu yang kasih jawabannya, Zel," ujar Abeela dengan nada tegas.

Dalam hati, Abeela merasa marah pada Alvaro yang dengan mudahnya gonta ganti pacar. Namun, ia menahan diri untuk tidak memberitahu Naya, menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya.

Mereka berdua kembali ke kelas, dan bertingkah seolah tidak ada yang terjadi.

"Eh, gimana hubungan lo sama Aksa, Bel?" tanya Naya tiba-tiba.

"Yaa, kita biasa aja. Kayak teman pada umumnya," jawab Abeela sedikit canggung.

"Masa sih?" Naya penasaran.

"Duh, Nay. Menurut gue, anak WK itu buaya semua. Jadi gue ga pake perasaan ke Aksa atas apapun kebaikannya," jelas Abeela.

"Tapi gue lebih setuju Naya sama Zaki, ga sih?" tiba-tiba Zela memotong pembicaraan.

"Menurut gue agak kurang, tapi better lah dari pada sama Alvaro," sahut Abeela.

Percakapan itu berlanjut hingga bel pulang berbunyi. Naya pulang ke rumah dan memilih beristirahat, merasa kelelahan dengan semua tugas sekolah. Malam harinya, ia memutuskan untuk tidur lebih awal, menyiapkan energi untuk hari esok.

Kenyataan Pahit

Keesokan paginya, Naya berangkat ke sekolah dengan hati yang cerah. Sepanjang jalan, udara segar dan cahaya mentari menyambut pagi itu dengan indah. Namun, suasana itu berubah seketika saat ia melihat Alvaro membonceng seorang cewe.

All About You (A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang