Bab 23 kehidupan masing-masing

7 3 16
                                    


Kini Naya menjalani sisa kelas 12 dengan hati yang kosong. Tanpa rasa cinta, tidak ada lagi yang membuatnya bersemangat pergi ke sekolah. Hidupnya terasa datar. Sesekali ia mencoba membuka hatinya untuk orang lain, namun lagi-lagi, tidak ada yang seperti Alvaro.

Sejak menjauh dari Alvaro, Naya memilih untuk menghapus semua game yang mengingatkannya pada masa-masa indah mereka bersama. Saat membuka galeri, ia sering terhenti di satu album berjudul "A" yang berisi semua kenangan indahnya. Ingin rasanya menghapus semuanya, tetapi ia belum siap. "Mungkin suatu saat nanti, tapi tidak sekarang," pikirnya.

Hari-hari di sekolah berlalu, dan ujian kelulusan pun semakin dekat. Para siswa kelas 12 mulai mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Di sisi lain, siswa kelas 10 dan 11 juga bersiap menghadapi ujian kenaikan kelas. dan Zaki, Adik kelas Naya juga akan naik ke kelas 12.

Namun, kesedihan Naya tertutupi oleh kehadiran teman-teman yang selalu ada untuknya. Mereka sering menghiburnya, dan banyaknya tugas akhir semester serta kerja kelompok membuat Naya sibuk sehingga tidak larut dalam kesedihan. Di setiap senja, saat matahari mulai tenggelam dan langit berubah warna menjadi jingga, Naya merasa ada secercah harapan dan kebahagiaan di hatinya.

Naya melihat bahwa hingga saat itu, Alvaro tidak pernah punya pacar lagi. Kini, dia tampaknya menikmati dunianya sendiri. "Mungkin dia sedang menikmati karma sebagai seorang fuckboy, atau mungkin dia tidak mau membuka hatinya lagi. Siapa yang tahu? Cowo memang susah ditebak," pikir Naya. Dalam hati, dia merasa lega namun juga sedikit rindu pada masa lalu yang penuh warna.

Sementara itu, Zaki tampaknya masih belum move on dari hubungan mereka yang dulu. Naya hanya diam dan tidak menanggapinya. "Jalan kamu masih panjang, Ki. Kamu harus lihat cewek di luar sana yang mungkin lebih dari aku. Tapi, yang seperti aku cuma satu, limited edition," batin Naya. Setiap kali Zaki mencoba mendekatinya lagi, Naya hanya bisa tersenyum dan menatap langit, berharap Zaki menemukan kebahagiaannya sendiri.

Ujian kelulusan pun tiba. Setiap hari membawa ketegangan tersendiri bagi para siswa kelas 12, tetapi Naya mampu melewati hari demi hari itu. Suatu hari, di hari ketiga ujian, Naya tidak sengaja bertemu Alvaro di jalan saat hendak ke sekolah. Alvaro yang ada di belakangnya membuat Naya merasa dejavu.

"Alvaro: Naya!! Sombong banget sekarang."

"Naya: Apaan sih, kamu kali."

"Alvaro: Jangan cuek-cuek, Nay. Hahaha. Yaudah, aku duluan ya, Nay. Bye."

Naya hanya membalas dengan senyuman kecil, sambil bergumam, "Giliran lagi nggak bonceng cewek aja nyapa, coba kalau lagi bonceng cewek kayak orang nggak kenal lu."

Sesampainya di kelas, Naya bertemu teman-temannya dan duduk di depan kelas menunggu ujian dimulai. Tiba-tiba, Alvaro lewat bersama teman-temannya dengan pesona mereka yang membuat pandangan cewek-cewek beralih ke mereka. Namun, tidak dengan Naya. Ia hanya melihat sekilas lalu mengalihkan pandangannya.

Tidak terasa, ujian hari ketiga pun selesai, tinggal dua hari lagi. Naya lebih memaksimalkan belajar hingga larut malam. Keesokan harinya, Naya melihat kartu ujiannya yang penuh dengan coretan indah. Salah satu coretan yang membuatnya salfok adalah tulisan "ILY" di sana. Naya mencoba mengenali tulisan itu, namun hingga detik ini pun ia tidak tahu siapa yang menulisnya.

Tak terasa, ujian selesai dan menandakan semua kegiatan sekolah juga selesai. Tinggal menunggu pengumuman siswa eligible. Waktu berlalu begitu cepat, seakan semua ini hanya mimpi. "Kenapa masa putih abu-abu ini harus ditutup dengan kehampaan?" batin Naya.

Pengumuman siswa eligible telah ditempel di mading dan juga dikirim dalam bentuk file oleh wali kelas. Naya tentu saja masuk sebagai siswa eligible, meskipun peringkatnya tidak sesuai ekspektasi. Naya menatap daftar nama itu dengan campuran perasaan lega dan sedikit kecewa. Namun, dia tahu ini bukan akhir segalanya, melainkan awal dari perjalanan baru yang lebih menantang.

Naya dan teman-temannya fokus mempersiapkan diri untuk mendaftar PTN, yang sangat menguras tenaga dan pikiran. Di setiap sudut sekolah, mereka bisa terlihat berdiskusi, mengerjakan soal latihan, dan berbagi informasi seputar pilihan jurusan. Langit biru cerah di pagi hari seolah memberikan semangat baru bagi mereka yang berjuang tanpa henti. Derai tawa di koridor sekolah terdengar seperti irama yang mengiringi langkah kaki setiap siswa, namun ada juga momen hening saat mereka tenggelam dalam buku dan catatan.

Suatu saat, Naya sedang mengurus berkas untuk daftar PTN jalur SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi) di sekolah. Ia iseng melihat namanya di mading sekolah. Tak disangka, ia menemukan nama Alvaro di daftar siswa eligible IPS. Selain Alvaro, ada juga nama Aksa, Haekal, dan Arya. Naya hanya tersenyum melihatnya.

Setelah ribetnya pendaftaran PTN selesai, tinggal menunggu pengumuman. Naya dan teman-temannya hanya bisa berdoa. Hari-hari berlalu, tidak terasa sudah dekat dengan pengumuman jalur SNBP. Naya semakin memperkuat doanya, berharap besar, sambil tetap belajar untuk UTBK sebagai plan B.

Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba. Akan ada dua tipe orang yang merasakan pengumuman itu: yang menangis karena dapat ucapan selamat dan yang menangis karena mendapat semangat. Naya agak takut membuka pengumuman sampai semua teman-temannya sudah membuka hasil mereka. Melihat ada yang mendapat selamat dan ada yang mendapat semangat, membuat Naya semakin takut. Namun, ia mencoba memberanikan diri membuka pengumuman itu, dan ya Naya mendapatkan ucapan selamat dari PTN yang ia pilih. Air mata bahagia pun tidak bisa ia tahan.

Di tengah kebahagiaannya, Naya masih sempat berpikir tentang Alvaro. "Apakah dia lulus?" Namun, pikiran itu segera teralihkan oleh teman-temannya yang tidak lulus seleksi. Dari 11 teman, hanya 5 yang lulus. Mereka berencana mendaftar di satu PTN yang sama dengan jurusan yang berbeda-beda. Namun, takdir berkata lain, mereka harus dipisahkan. Naya juga harus berpisah dengan Abeela, sahabat baiknya, karena Abeela tidak lulus seleksi dan tidak mau ikut UTBK. Sempat timbul iri di antara mereka yang lulus dan tidak, karena mungkin mereka belum berdamai dengan keadaan.

fyi : sebenarnya teman naya tidak cuma abeela dan zela namun ada 11 yang terbentuk menjadi circle (qubetu) namun dari 11 tu sederhanakan lagi jadi 4 menjadi circle (meng-chill). sebenarnya ini bukan tentang grub dalam grub dan juga grub mengchil sudah terbentuk lebih dulu dari qubetu. lantas mengapa naya hanya meng highlight abeela dan zella dicerita ini?

back to the story

Namun, waktu terus berlalu. Akhirnya, mereka semua mendapatkan tempat di PTN masing-masing, meskipun bukan yang diimpikan. Sebagian besar dari mereka sudah berdamai dengan keadaan, meski ada di antara mereka yang masih merasakan kecewa. Proses ini mengajarkan mereka untuk menerima dan menghargai setiap pencapaian, betapa pun kecilnya.

Suatu hari, Naya dikejutkan melihat nama dan fotonya diposting di Instagram SMADAKA dengan ucapan selamat. Momen itu membuat Naya merasa bangga pada dirinya sendiri. Di antara ribuan momen yang telah mengisi masa putih abu-abunya, momen ini adalah yang paling manis. Momen ini adalah bukti perjuangannya, pengingat bahwa meski perjalanan penuh liku, ia mampu bertahan dan keluar sebagai pemenang.

Masa SMA Naya mungkin ditutup dengan sedikit kesedihan dan kehampaan, tapi juga dipenuhi harapan baru yang tak terduga. Mimpi-mimpi yang ia bawa sejak awal kini menjelma menjadi kenyataan, menandakan babak baru dalam hidupnya. Di setiap ujung perjalanan, selalu ada awal yang baru menunggu, penuh dengan kemungkinan yang tak terbatas. Dengan perasaan campur aduk, Naya menatap masa depan dengan semangat dan keyakinan, siap untuk mengejar mimpi-mimpi yang lebih besar.

Begitulah cerita kehidupan Naya setelah patah hati itu. Ditutup dengan kebahagiaan dan juga sedikit kesedihan, namun penuh dengan harapan baru. Masa putih abu-abunya telah berakhir, dan kini, perjalanan baru menanti di depan sana.

All About You (A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang