Pagi cerah itu, sinar matahari yang hangat menyambut Naya saat ia melangkah ke gerbang sekolah SMADAKA. Dengan perasaan campur aduk, ia menikmati hari-hari pertamanya sebagai kakak kelas 12. Waktu terasa berputar begitu cepat, seolah-olah semua ini hanya mimpi yang tiba-tiba menjadi kenyataan bagi Naya.
Naya segera bertemu dengan teman-temannya, Abeela dan Zella, di kelas baru mereka. Suasana baru membawa harapan dan semangat baru, namun ada sesuatu yang aneh di hari pertama ini. Urutan kelas yang biasanya mulai dari IPA 1-8 diubah posisinya secara mengejutkan, dengan kelas IPS 1-3 berada di antara kelas IPA 3.
posisi kelas sebelumnya
IPA 1,2,3,4,5,6,7,8|| IPS 1,2,3posisi kelas setelah diubah
IPA 1,2,3 IPS 1,2,3 IPA 4,5,6,7,8Padahal tahun sebelumnya tidak seperti ini, berarti Naya yang seharusnya jarang bertemu Alvaro, kini malah lebih sering melihatnya karena kelas mereka sangat dekat. Entah ini takdir atau hanya kebetulan, tapi Naya merasakan ada yang istimewa dari perubahan ini.
Abeela, sebagai ketua kelas, memiliki tanggung jawab untuk menemui wali kelas baru mereka. Ia mengajak Naya menemaninya ke ruang guru. Di perjalanan, mereka mengobrol tentang liburan mereka dan sesekali membahas tentang Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ingin mereka tuju.
Setibanya di ruang guru, Abeela berbicara dengan wali kelas baru mereka. Naya juga ikut terlibat dalam percakapan itu. Setelah semua selesai, mereka berpamitan dan kembali ke kelas. Namun, Abeela tiba-tiba mengajak Naya untuk melewati kelas 10. "Nay, kita lewat arah kelas 10 aja yuk," ajak Abeela. Namun, Naya menolak karena tidak ingin bertemu dengan Zaki, salah satu alasannya. Abeela pun tidak memaksa dan mereka lewat jalan biasa, yang ternyata melewati kelas Luna, pacar Alvaro.
Naya melihat Alvaro yang sedang di kelas Luna, dan tiba-tiba mereka berfoto bersama di depan kelas. Tepat saat Naya lewat, momen itu membuat hatinya sakit. "Nay, sabar yaa," kata Abeela mencoba menghibur. "Kamu sih, bener kan aku udah ngajak lewat sana tadi," tambahnya. Naya tidak berkata apa-apa, mulutnya tiba-tiba kaku tanpa suara, matanya sudah berkaca-kaca namun tetap harus ditahan. Mereka melewati pasangan itu dengan perasaan campur aduk.
"Kayaknya Tuhan emang pengen nunjukin ke aku deh, Bel," kata Naya dengan suara gemetar. Abeela hanya tersenyum kecil, "Sabar, Nay. Padahal gue dah mau lupain, eh malah di-ulti aja pelan-pelan dong, Al," lanjut Naya dengan nada kecewa.
Di kelas, Abeela menceritakan kejadian tadi kepada Zella. Zella yang mendengar cerita itu ikut merasakan sakit yang dirasakan Naya. "Udah, Nay, jangan sedih," kata Zella mencoba menghibur. Naya berusaha tertawa dan mengalihkan topik pembicaraan, meski hatinya benar-benar hancur.
Saat bel pulang berbunyi, Abeela mengajak Naya untuk pulang terakhir agar menunggu sepi(seperti sudah ada firasat). Namun, Naya menolak karena sudah sangat lelah dengan hari itu. "Yaudah, ayo kalo kamu mau pulang sekarang," kata Abeela mengalah.
Di parkiran, pandangan Naya yang lesu kembali dihadapkan pada Alvaro yang sedang membonceng Luna. Sakit yang dirasakannya menjadi dua kali lipat. Naya tidak pernah melihat Alvaro membonceng cewek di sekolah sebelumnya, dan melihatnya secara langsung membuat hatinya hancur.
Naya merasa lemas, seakan ia tidak memiliki tenaga lagi untuk membawa motor pulang sendiri. "Nay, kamu kuat ga?" tanya Abeela. "Apa mau aku iringi dari belakang?" Naya mengingat rumah mereka yang sangat tidak searah, lalu menolak. "Aku kuat kok Bel. Pokoknya kamu harus aktifin lokasi di HP kamu ya Nay, terus kalo ada apa-apa telepon aku aja dan kabarin kalo udah sampe," tegas Abeela. "Iya Bel," jawab Naya.
Hari itu, Naya pulang sekolah dengan perasaan sakit yang tidak bisa dijelaskan. Bohong kalau Naya tidak menangis di motor. Namun, tiba-tiba di jalan, ia melihat Zaki di belakangnya. Naya tidak ingin terlihat sedang menangis, jadi ia segera menghapus air matanya. Tapi Zaki tidak menyalip Naya, ia terus ada di belakangnya. Naya pun memilih untuk melajukan motornya dengan cepat sampai Zaki tidak terlihat lagi dari kaca spionnya.
Sampai di rumah, Naya duduk di kamarnya dengan perasaan yang tidak bisa diutarakan. Ia segera memberi kabar ke Abeela bahwa ia sudah sampai rumah dengan aman. Lalu, ia membuka YouTube untuk menonton video-video yang bisa menghiburnya. Namun, hatinya gelisah, seperti ingin membuka Instagram. Seakan ada yang menarik tangannya untuk membuka aplikasi itu. Naya pun memutuskan untuk membuka Instagram dan melihat Alvaro membuat story. Tanpa basa-basi, Naya membuka story itu dan melihat foto Alvaro bersama Luna yang ia lihat di sekolah tadi. Triple kill untuk Naya.
"Aku gapapa kok, sumpah gapapa," tulis Naya pada dirinya sendiri, mencoba menguatkan hati.
Baru saja ia ingin berdamai dengan keadaan, sudah diberi cobaan seperti ini. "Cobaan apa lagi ini?" keluh Naya. Hari itu merupakan titik terendah Naya dalam percintaannya. Ia mencoba menerima semua ini dengan ikhlas dan berusaha merelakan.
Malam yang sunyi itu terasa begitu sepi. Naya tidak mendapatkan notifikasi dari orang-orang spesialnya, membuatnya semakin hancur. Namun tiba-tiba, ada notifikasi dari Zaki.
"Nayy," tulis Zaki singkat, namun membuat Naya senang.
"Iya ki," balas Naya.
"Kamu bukan si tadi yang di depan aku? Mau manggil tapi takut salah orang," tanya Zaki.
"Ohh siang tadi ya, iya ki," jawab Naya.
"Aku tau Nay, kamu lagi nangis. Udah kebaca gerakan kamu. Lain kali jangan bawa motor sambil nangis, Nay. Bahaya, bisa nabrak kamu," kata Zaki.
"Mana ada siapa yang nangis, aku ga selemah itu kok," elak Naya.
"Jangan bohong yaa Nay, Mana kamu langsung ngebut ngilang gitu aja lagi, sampai aku ga ke kejer, padahal mau ngiringi kamu sampe rumah," balas Zaki.
"Makasih Ki, tapi lain kali ga usah ya," kata Naya.
Zaki memang selalu ada untuk Naya. Entah apa yang membuat Zaki selalu tahu ketika Naya sedang ada masalah. Apakah ini hukum alam? Rasanya seribu kata terima kasih tidak cukup untuk membalas semua kebaikan Zaki. Satu-satunya cara membalasnya adalah dengan menyukai Zaki balik, tapi itu hal yang sederhana yang belum bisa dilakukan Naya.
Pesan dari Zaki mengakhiri malam Naya. Sebelum tidur, Naya tidak lupa bertukar kabar dengan Abeela. Abeela memang teman yang baik, selalu ada di saat Naya membutuhkannya. Naya tidak tahu bagaimana jadinya jika tidak ada Abeela di sisinya. Mungkin ia sudah hilang arah.
Hari-hari berlalu, Naya merasa sudah lebih baik. Pagi yang cerah itu memberinya harapan baru. Dengan semangat yang baru, ia bersiap untuk berangkat ke sekolah. Di sekolah, Naya bertemu dengan Abeela dan Zella seperti biasa. Mereka berbincang dan tertawa bersama, mencoba menghapus kenangan buruk dari hari sebelumnya.
Abeela yang setiap hari harus melewati kelas Luna untuk ke ruang guru, memberikan informasi kepada Naya, "Kalau Alvaro belakangan ini sudah tidak main ke kelas Luna lagi."
Naya pun merespon dengan seadanya, "Ya masa tiap hari, Bell."
"Iya juga sih," kata Abeela. "Tapi aku liat mereka emang udah agak beda aja."
Zella, yang mendengarkan percakapan itu, ikut berkomentar, "Mungkin mereka ada masalah. Tapi kita nggak usah ikut campur urusan orang."
Naya mengangguk setuju, meskipun dalam hatinya ada sedikit rasa penasaran. Hubungan antara Alvaro dan Luna memang selalu menjadi topik hangat di sekolah. Alvaro, dengan pesonanya yang karismatik, dan Luna si anak osis dengan kecantikannya yang memukau, selalu tampak serasi. Namun, akhir-akhir ini, ada yang berubah.
kira-kira ada apa dengan hubungan alvaro dan luna?
KAMU SEDANG MEMBACA
All About You (A)
Romance✿ 𝐛𝐚𝐬𝐞𝐝 𝐨𝐧 𝐭𝐫𝐮𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 naya ayesha prameswari telah menyukai alvaro reynand aldiaz selama tiga tahun, namun alvaro tak pernah merasakan hal yang sama. meski naya selalu berusaha menarik perhatiannya, alvaro tetap menganggapnya hanya s...