Bab 14 kenangan terindah

6 3 14
                                    


Kelas 11 adalah masa-masa terindah bagi Naya. Di tahun ini, ia merasakan banyak kebahagiaan, baik kecil maupun besar. Pertemanan yang sehat, prestasi akademik yang mendukung, dan kehadiran dua orang spesial, Alvaro dan Zaki, membuat hidupnya berwarna.

Naya benar-benar mengalami masa "butterfly era" nya di kelas 11, di mana setiap kali ia pergi ke sekolah, selalu ada seseorang yang membuat hatinya tenang seperti kupu-kupu terbang. Orang itu selalu ingin ia lihat setiap harinya, menjadi penyemangat utama Naya di sekolah.

Namun, Akankah di kelas 11 ini juga Naya merasakan patah hati terbesarnya? Bagaimana kelanjutannya? Hanya waktu yang bisa menjawab, namun Naya tahu, apapun yang terjadi, kenangan indah di kelas 11 akan selalu menjadi bagian tak terlupakan dalam hidupnya.

Hari-hari terasa cepat berlalu. Rasanya baru kemarin Naya mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), kini tiba-tiba sudah hampir menginjak kelas 12. Sebelum liburan semester, tentu saja ada pembagian rapor. Di SMADAKA, para siswa tidak diwajibkan datang ke sekolah. Biasanya, hanya orang tua yang diharuskan hadir. Namun, siswa yang meraih juara kelas diwajibkan datang. Siswa lain juga diperbolehkan datang, tidak ada larangan.

Tiba-tiba, Naya menerima pesan WhatsApp dari wali kelasnya.

Bu Lia: "Naya, besok jangan lupa datang ke sekolah dan pakai seragam lengkap ya."

Naya terkejut melihat pesan itu. Ia takut dipanggil ke sekolah karena ada masalah. Bu Lia tidak menjelaskan alasan Naya harus datang. Padahal, awalnya Naya tidak berniat ke sekolah. Namun, rasa penasaran terus menghantuinya. Naya bertanya kepada teman-temannya apakah mereka juga menerima pesan seperti dirinya. Ternyata tidak.

Tiba-tiba, ada pesan masuk dari Bu Lia ke grup kelas.

Bu Lia: "Besok jangan lupa semua orang tua datang mengambil rapor. Siswa tidak diwajibkan datang. Namun, siswa yang mendapat juara kelas wajib datang bersama orang tua dengan memakai seragam sekolah lengkap. Nama siswa sudah Ibu hubungi secara pribadi."

Naya kaget membaca pesan itu.
"Berarti aku..." pikirnya.

Tak lama, Zela mengirim pesan pribadi.

Zela: "Nay, kamu di-chat Bu Lia ya?"

Naya: "Iya, Zel."

Zela: "Sama, Nay, aku juga."

Naya: "Wih, congrats ya Zel."

Zela: "Kamu juga, Nay."

Keesokan harinya, Naya datang ke sekolah bersama ayahnya. Ayah Naya terlihat sangat bersemangat. Naya bertemu dengan Zela, yang juga datang bersama ayahnya. Nama mereka dipanggil ke lapangan untuk menerima piagam dan rapor dari kepala sekolah. Perasaan bangga dan senang terpancar dari wajah ayah mereka.

Saat hendak meninggalkan lapangan, Naya melihat ke arah kelas IPS 1 dan mendapati Alvaro juga hadir. Alvaro menyaksikan Naya di lapangan. Naya hanya diam, sambil berkata dalam hati, "Wah, dapet bonus ini," karena bisa bertemu Alvaro.

Setelah menyaksikan para siswa yang meraih juara kelas, para orang tua kembali dikumpulkan ke dalam kelas. Bu Lia memberikan kado kepada Naya sebagai kenang-kenangan karena tahun depan Bu Lia tidak akan mengajar lagi. Hingga sekarang, Naya masih memakai pemberian Bu Lia itu.

Kejadian ini sekaligus menutup kisah manis kelas 11 Naya. Ditemani oleh dua orang spesial serta berada dalam pertemanan yang baik, merupakan keberuntungan bagi Naya. Momen kelas 11 tak akan pernah Naya lupakan karena itu adalah bagian terbaik dalam hidupnya.

Sore harinya, Naya memutuskan untuk tidak bermain game dan beristirahat. Ia memutuskan untuk menonton futsal di Bima Futsal bersama Zara, teman SMP-nya. Jarak rumah mereka cukup dwkat sehingga bisa sering bertemu kapan saja.

Naya menjemput Zara, lalu mereka pergi ke tempat futsal. Naya sudah lumayan sering ke sana untuk menghirup udara segar. Tanpa direncanakan, ternyata hari itu Zaki bertanding melawan tim dari daerah lain. Naya bergumam, "Aduh, kenapa pas banget dia tanding sih, nanti dia GR lagi dikira aku nontonin dia."

Naya dan Zara menikmati sore itu dengan tenang. Sesekali Naya melihat ke arah Zaki yang sedang fokus bermain. Pertandingan berlangsung sengit, tapi tim Zaki menang berkat keahliannya.

Saat Naya sedang asyik ngobrol dengan Zara, tiba-tiba Zaki menghampiri dan duduk di sampingnya.

"Hai, Nay."

"Oh, hai," jawab Naya seadanya. Congrtas ya tim kamu menang

"Iya karena ada kamu nay, jadi menang, hahahaha," ucap zaki

"Aku udah tau banget kalau jam-jam segini kamu pasti ke sini."

"Kok tau?"

"Aku sering liat kamu, tapi kamu pasti nggak sadar ya?"

"Lah iya ya, aku kira kamu cuma tanding aja di sini."

"Hehe, semua tentang kamu aku tau, Nay."

Naya terdiam.

"Widih, mantap, Ki," sela Zara.

"Eh, btw Zar, kamu pulang bareng Naya ya?"

"Iya, Ki."

"Kamu pulang sama temenku aja, mau nggak? Aku sama Naya," ucap Zaki menggoda.

"Ga usah, Ki. Makasih atas tawarannya," jawab Naya tegas.

"Tidak ada penolakan."

"Ga, ga, aku nggak mau. Plis jangan maksa."

"Hayoo, Ki," goda Zara.

"Yaudah, next time kalo gitu."

"Dah ya, mau pulang," kata Naya.

"Iya, hati-hati, Nay."

Senja mulai menyelimuti kota ketika Naya dan Zara memutuskan untuk pulang setelah seharian menghabiskan waktu bersama. Langit yang berwarna jingga dan merah membentang di atas kepala mereka, menciptakan pemandangan yang memukau. Perjalanan pulang mereka diwarnai oleh percakapan yang mendalam, membuat sore itu terasa lebih dari sekadar sore biasa.

"Kan bener, Nay. Zaki suka sama kamu," kata Zara sambil mengendarai motornya dengan penuh semangat. Angin senja meniup rambut mereka, menambah nuansa dramatis pada percakapan tersebut.

Naya, yang duduk di belakangnya, menggeleng pelan sambil memegang erat pinggang Zara. "Aduh, Zar. Itu kan cuma nawarin aja kali. Nggak lebih."

Zara menoleh sedikit, matanya menatap Naya penuh keyakinan melalui cermin motor. "Nay, kamu tuh nggak bisa bedain banget ya," balas Zara dengan nada sedikit tinggi. "Dia tuh jelas-jelas kasih sinyal."

Naya menghela napas panjang, merasa lelah dengan pembicaraan yang selalu sama. Jalanan yang mereka lewati tampak sepi, hanya ada beberapa mobil dan motor yang melintas. "Udah lah, Zar. Hati aku cuma untuk Alvaro seorang," ucap Naya agak centil, mencoba meredakan ketegangan.

Zara tertawa kecil, tapi kali ini ada nada serius dalam tawanya. "Kayaknya udah gila nih anak. Emang dia mau sama kamu?" tanya Zara, sedikit menantang.

Naya terdiam sejenak, tatapan matanya menerawang jauh ke arah matahari yang perlahan tenggelam di cakrawala. "Ya gatau sih, Zar. Tapi itu urusan belakang. Yang penting aku happy banget menikmati semua ini," jawab Naya sambil tersenyum kecil. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa perasaan terhadap Alvaro adalah sesuatu yang spesial, meskipun belum tentu terbalas.

Zara mengangguk, merasa sedikit lega meskipun masih ada kekhawatiran di hatinya. "Yaa semoga kamu happy ending ya sama Alvaro," balas Zara dengan tulus.

Naya hanya tersenyum, tidak tahu harus berkata apa. Dalam hatinya, ia merasa hari itu adalah hari yang luar biasa, hari yang menutup masa manis kelas 11 dengan sempurna. Langit yang semakin gelap menjadi saksi percakapan mereka, membawa harapan baru di tengah keremangan senja.

"Boleh nggak sih ngulang kelas 11 lagi?" tulis Naya dalam catatannya.
- Naya

All About You (A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang