satu

2.1K 86 3
                                    

Ting tong

Pintu rumah terbuka nampak wanita cantik tersnyum menatap wajah seorang yang menekan bel rumahnya. Namun senyumnya pudar saat melihat tulang pipi orang tersebut memar.

"Astaga jen, pipi kamu krnapa?"tanyanya panik pada orang itu yang ternyata jeno.

"Tadi habis jatuh."jawab jeno bohong ya tentu saja dia tidak akan jujur bahwa dia habis tauran, bisa2 wanita di depannya yang notabane adalah eomma-nya itu malah akan memarahinya habis2an.

"Sini kamu duduk dulu, biar eomma obati lukanya."kata taeyong, eomma-nya.

Mereka sekarang berada di ruang keluarga rumah itu, mata jeno tidak henti-hentinya menatap sekeliling rumah 'sepi' pikir jeno.

"Appa sama hyung mana?"tanya jeno menatap taeyong yang sedang asik mengoleskan salep pada memarnya.

"Di kantor, katanya mereka akan pulang larut malam ada beberapa hal yang perlu mereka urus."jawab taeyong membuat jeno mengangguk. Dalam hati sebenarnya dia senang tidak perlu bertemu dengan papa dan anak kesayangannya itu tapi, terbesit pula rasa kasihan saat melihat taeyong yang berarti selalu di tinggal sendiri di rumah.

"Kamu nginep malam ini?"tanya taeyong membuyarkan lamunan anak bungsunya itu.

"Enggak, aku cman mau ambil beberapa barang ku."jawab jeno

"Oh,,,kalo gitu kamu makan malam disini dulu ya sama eomma baru pulang."bujuk taeyong yang sebenarnya tak rela jika harus di tinggal lagi sama anak bungsunya itu, tapi mau di apa dia juga tak ingin membuat anaknya itu tak nyaman berada di rumahnya sendiri.

Tanpa menunggu jawaban dari jeno, taeyong beranjak dari tempat duduknya menuju dapur untuk memasak makan malam.

"Kamu mandi dulu sna habis itu panggil uri-chaniee~ ok?!"titah taeyong sambil melihat kulkas apa yang akan dia masak untuk malam ini.

"Iya"jawab jeno kemudian berjalan menaiki lantai dua dimana kamar dia berada.

🐶🐻

Jeno keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit di pinggangnya, dan handuk kecil yang bertengger manis di kepalanya, untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Matanya menangkap sosok pemuda manis, di rumah sebelah yang memang balkon kamarnya berhadapan dengan balkon anak tetangga. Jeno memperhatikan wajah yang sedang fokus dengan kanvas, palet lukis serta kuas ditangannya. 'Lucu' pikirnya, saat melihat orang tersebut menatap lukisannya sambil menggulung bibirnya kedalam, membuat pipinya yang memang sudah gembung bertambah gembung

"Oi! Gembul!!"teriak jeno, membuat sang empuan berbalik sambil menatapnya kesal, meletakkan palet dan kuasnya di meja dan bejalan menuju balkon kamarnya.

"Haechan, onel. H-a-e-c-h-a-n!!"seru pemuda tersebut yang ternyata adalah haechan, menatap jeno kesal dengan berkacak pinggang.

Di kampus mereka, tidak ada yang tau bahwa kedua orang ini adalah tetangga. Bukannya tidak ingin memberi tau ya, tapikan gak ada yang nanya, jadi untuk apa mereka memberitahu semua orang secara gamblang kalo mereka tetanggaan, gak penting banget. Lagian baik di rumah, maupun di luar rumah dua orang ini tak pernah akur. Bahkan taeyong, yang notabanenya adalah eomma jeno sja sangat bingung dengan anak bungsunya itu, tiba-tiba saja menjadikan anak tetangga itu musuhnya begitupun sebaliknya, padahal saat balita bahkan sampai sd dua orang itu sangat lengket seperti perangko.

"Dipanggil eomma makan."ucap jeno berjalan menuju lemarinya, kemudian memakai salah satu baju di dalam lemari itu. Saat ingin memakai celana, dia berbalik menatap haechan yang ternyata masih memandangnya dengan sedikit memicingkan matanya, karna memang kamarnya yang gelap. Sebenarnya dia sengaja tidak nyalahkan lampu kamarnya, pikirnya dia cuman numpang mandi sambil ambil barang yang memang menjadi tujuan utamanya datang ke rumah itu kemudian keluar dari situ.

FIGHT×NOHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang