Selamat membaca...
.
.
.***
Demi apapun, saat ini Hinata benar-benar terpukau dengan calon suaminya. Bagaimana tidak dan bagaimana bisa Hinata menikah dengan seorang pria yang mempunyai wajah sangat tampan bak dewa Yunani. Mata selayaknya samudra biru, rambutnya secantik arunika senja, dan tubuh tingginya yang begitu proposional. Jika dibandingkan dengan Menma tidak berbeda jauh tapi putra bungsu lebih mempesona."Ah, ya Tuhan....apakah ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama?" Batin Hinata.
Naruto sendiri memandang Hinata dengan datar. Selama ini kebanyakan orang tidak terlalu tau tentang Naruto. Karna Ibu dan Ayahnya yang terlalu menonjolkan kakaknya sampai lupa jika mereka mempunyai dua putra.
Naruto dan Hinata kini mengucap ikrar pernikahan didepan pendeta dan para tamu yang tidak banyak. Hanya keluarga dan beberapa sahabat dari Naruto. Bahkan keluarga Namikaze tidak ada yang datang. Khusina dan Minato tak terlihat batang hidungnya.
Selesai mengucap janji suci pernikahan yang sakral. Naruto menghadap pada Hinata, seorang gadis yang baru pertama kali ia temui dan langsung ia nikahi. Safir birunya bertubrukan dengan mata bulan Hinata. Dengan pelan tapi pasti, Naruto meraih kepala sang istri membawanya mendekat padanya guna melabuhkan satu kecupan dikening berponi Hinata. Tanpa kata melakukan itu semua. Naruto menganggapnya sebuah formalitas semata.
Dalam benak Naruto, belum ada tujuan kemana pernikahan ini akan dibawa. Hanya saja untuk saat ini, Naruto akan berusaha menjalani. Semoga gadis yang menjadi istrinya ini tidak banyak menuntut padanya.
Hiashi, Hikari, Hanabi menghapus air mata mereka disudut mata mereka. Sedangkan Neji sedang mengelus bahu sang istri yang menangis karna terharu atau karna kasihan pada adik ipar kesayangannya itu.
Shikamaru, Sasuke, Sai berserta pasangan mereka sangat prihatin melihat sahabat baik mereka yang pendiam harus menjalani ini semua. Mereka semua sudah tau tentang cerita bagaimana bisa Naruto berakhir menikah secara mendadak semacam ini.
"Jika aku bertemu dengan Menma, maka akan aku remukkan tulang belulang pria pecundang itu...!" Sakura, istri dari Sasuke menggeram sembari menangis melihat Naruto disana bersama dengan gadis asing bagi sahabatnya.
"Benar, jidat. Jika aku bertemu dengan Menma maka aku akan memukul kepalanya sampai otaknya keluar, lalu aku rendam dengan minyak tanah," ujar Ino tak kalah emosi dengan Sakura.
"Semakin besar dong?" Ino meninju perut suaminya yang masih bisa bercanda disaat ia sedang emosi.
Sasuke sangat fokus pada Naruto, tangan pria Uchiha itu mengepal erat seakan tidak terima dengan penderitaan yang dialami sang sahabat sekaligus rival sedari kecilnya itu. Bagi Sasuke, Naruto sudah seperti saudara. Sakura meraih tangan Sasuke yang mengepal, sebagai istri ia sangat tahu betapa berharganya Naruto untuk suaminya, meski sering bertengkar jika bertemu tapi itulah bentuk kasih sayang mereka.
Temari juga kini memperhatikan gelagat sang suami. Temari juga sangat tau, begitu berartinya Naruto bagi suaminya. Jika kata Shikamaru, Naruto adalah es yang hangat.
Acara demi acara telah selesai, Naruto kini bersama Hinata duduk di meja yang berisikan keluarga Hyuuga.
"Hinata-chan, hiks..." Tenten terus saja menangis, rasanya tidak rela jika sang adik ipar harus keluar dari kediaman Hyuuga secepat ini. Karna setelah ini Hinata akan langsung pulang ke mansion Namikaze mengikuti Naruto.
"Nee-san, aku ini menikah bukan meninggal," jengah Hinata yang melihat kakak iparnya menangisinya sedari semalam. Hanya berhenti ketika ia lapar dan tidur, sungguh kakak yang sangat menyayangi adiknya bukan?
![](https://img.wattpad.com/cover/366089516-288-k632803.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bear The Burden
FanfictionNaruto seperti tersengat listrik ribuan volt ketika mendengar titah dari sang Ibunda. Menanggung akibat dari perbuatan yang tidak dilakukan memang sangat menyakitkan. Apalagi harus mengorbankan sisa hidupnya. Menikah bukanlah untuk jangka waktu yan...