Selamat Membaca...
.
.
.
Hati-hati ketemu scene panas...🔥🔥🔥
.
Yang gak suka bisa pergi atau skip part ini. Karna ini full scene panas hahahaha.
.
Gak usah baca kalau hati istighfar terus🤣🤣🤣
.
.
.***
"Minggu depan apartemen milikmu sudah selesai renovasi?" Tanya Hinata pada suaminya yang fokus menyetir.
"Ya, maaf menyiksamu untuk tinggal di mansion Namikaze," jawab Naruto pelan.
Hinata tersenyum jumawa, "jika kau merasa kalau Ibu mertuaku menjadi masalah untukku, aku rasa kau salah,"
"Benarkah? Aku kira kau terbebani dengan Ibu,"
"Ckkk, aku lebih terganggu dengan para maid julid di mansion Namikaze. Mereka itu sepertinya tidak takut dosa," cerita Hinata pada suaminya.
"Dosa?"
"Mereka menggosip tentangku, memfitnahku seenak mereka sendiri,"
"Contohnya?"
Hinata menghela nafas, lalu mengubah posisinya menghadap suaminya. Siap menirukan gaya para maid yang hobi bergosip.
"Wah, ada yang tidak dianggap oleh Nyonya. Kasian sekali, makanya belajar ilmu tau diri," mulai Hinata dengan gestur dan suara yang buat sepersis mungkin dengan para maid.
"Makanya jadi manusia harus tau etika, jangan karna cantik dan sexy menjebak tuan muda Menma untuk dinikahi. Dan Tuhan adil, karna tau niat busuknya itu, dia tidak dijodohkan dengan Tuan muda Menma. Malah berjodoh dengan Naruto," sambung Hinata dengan gestur yang masih sama.
"Sekali jalang tetaplah jalang,"
"Benar, hahahah,"
Naruto sesekali merespon dengan lirikan karena dirinya masih fokus menyetir.
"Mulut mereka benar-benar tidak pernah sekolah. Bicara etika, memang mereka punya etika?" Kesal Hinata.
Naruto merasa bersalah karna dirinyalah Hinata dihina oleh maid di mansion Namikaze.
"Aku akan memberi teguran untuk mereka," ujar Naruto.
"Tidak perlu, aku hanya benci mereka yang tidak memanggilmu dengan sopan. Bagaimana pun kau tetap anak dari majikan mereka," jelas Hinata. Memang itu adalah alasan Hinata kesal. Mengapa para maid itu tidak menaruh sopan sama sekali pada suaminya.
"Mereka tidak salah. Ibuku saja menganggapku orang lain. Ibuku saja mencontohkan pada mereka jika aku tidak perlu untuk dihormati," sahut Naruto yang membuat Hinata merasa iba. Hinata menggigit bibirnya menahan sesak didadanya. Ibu mertuanya memang seperti itu, masih tak terpikirkan dibenak Hinata jika ada seorang ibu yang membedakan anak-anaknya.
"Jangan sedih, aku sudah terbiasa," ujar Naruto menenangkan Hinata. Naruto tau, istrinya itu merasa iba padanya dan Naruto tidak akan keberatan jika yang iba adalah istrinya. Bagi Naruto, saat ini hanya Hinata yang ia punya. Dalam arti orang yang terikat dengannya, berbeda dengan para sahabatnya yang tidak akan ada selamanya didalam hidupnya ini.
"Naru... Bagaimana kalau kita ke rumahku saja? Aku yakin, kau akan suka dengan keluargaku. Ya, meski aku akui jika keluargaku sedikit....tidak biasa hahaha. Tapi aku jamin, mereka tidak akan ada yang memperlakukanmu buruk sampai-sampai merendahkan mu,"
"Ah, aku lupa. Tadi Sai, datang ke ruanganku untuk mengajak kita ikut ke villa. Istri Shikamaru mengandung dan mereka ingin mengadakan pesta kecil untuk merayakannya. Kau mau ikut atau kita pulang ke rumahmu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/366089516-288-k632803.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bear The Burden
FanfictionNaruto seperti tersengat listrik ribuan volt ketika mendengar titah dari sang Ibunda. Menanggung akibat dari perbuatan yang tidak dilakukan memang sangat menyakitkan. Apalagi harus mengorbankan sisa hidupnya. Menikah bukanlah untuk jangka waktu yan...