Selamat Membaca...
.
.
.***
Tak terasa kini sudah tiga hari mereka berada di kediaman Hinata. Dan saat ini, Naruto, Menma dan Hinata sudah siap untuk kembali ke mansion Namikaze.
"Ayah, besok akan ada tukang yang datang kesini," ujar Naruto pada ayah mertuanya.
"Loh, untuk apa?" Heran Hiashi. Berkat kekuasaan Menma Namikaze, Hiashi mendapat libur cuma-cuma selama satu Minggu. Menma ingin calon ayah mertuanya itu lebih banyak istirahat.
"Untuk renovasi rumah. Kasian Hanabi yang tidak memiliki kamar sendiri," jawab Naruto lugas.
Hiashi dan Hikari tentu saja terkejut, "Tidak usah memikirkan biayanya. Aku dan Hinata sudah memperhitungkan semuanya," ujar Naruto, "Aku harap Ayah tidak menolak. Dan bukan aku merendahkan Ayah tapi aku juga ingin keluarga istriku mendapatkan kenyamanan meski aku yakin rumah ini sudah nyaman tapi alangkah baiknya jika dibuat semakin nyaman," imbuh Naruto lagi.
"Betul, setuju. Apalagi jika Ibu dan Ayah sudah memiliki cucu pasti rumah ini akan sangat sempit," timpal Menma.
"Apa perlu aku membuat tiga lantai? Lantai satu untuk ruang tamu, lantai dua kamar, dan lantai tiga arena bermain?" Ujar Menma dengan serius.
Neji memijat kepalanya, ternyata berhubungan dengan konglomerat itu tidak selamanya enak.
"Renovasi secukupnya saja," usul Neji.
"Kenapa? Masalah biaya tidak usah khawatir. Kau tau Neji-nii, uangku selalu bertambah dan jarang sekali berkurang. Aku sampai pusing sendiri melihat jejeran angka nol didalam saldo rekeningku," tidak sombong. Menma hanya bicara fakta tapi membuat Neji benar-benar pusing, langsung menghitung ada berapa angka nol direkeningnya.
"Terserah saja lah. Menma jangan panggil aku Nii-san aku sedikit geli mendengarnya." Menma tertawa mendengar itu. Padahal ia sedang pendekatan dengan calon kakak iparnya ini.
"Baiklah, sebagai orang tua kami hanya akan menurut saja asalkan kalian semua akur dan rukun," ucap Hiashi bijaksana.
"Naruto, jaga putriku, dia memang sedikit galak dan tidak jelas kelakuannya tapi percayalah Hinata bisa diandalkan dalam keadaan apapun. Contohnya ketika atap rumahmu bocor Hinata bisa memperbaikinya,"
"Ayah...!"
Mereka semua tertawa, kehangatan sungguh kentara sekali. Menma mendekati Hanabi sebelum berpamitan pada yang lain.
"Hanabi-chan, bisakah aku meminta nomer ponselmu?"
"Untuk apa?" Heran Hanabi, untuk apa seorang Menma meminta nomer ponselnya. Mata bulan Hanabi terbelalak mengingat sesuatu, "Menma-nii, apa kau akan menagih angsuran mobil setiap bulannya padaku?" Hanabi sudah ketar-ketir sendiri. Ia jadi menyesal memilih mobil keluaran terbaru.
"Kau ini, ada-ada saja. Tidak mungkin begitu. Aku kan sudah memberikannya untukmu. Nomor ponselmu ya hanya untuk menghubungimu jika aku rindu,"
Hinata menatap sinis pada kakak iparnya itu. Dia mencium bau-bau romansa.
"Hei.... Menma-nii, kau suka ya pada adikku?" Jeblos Hinata langsung pada intinya.
Hanabi yang mendengar itu semakin terbelalak, "Benarkah?" Tanya Hanabi pada Menma. Kakak Naruto itu menggaruk kepala belakangnya. Masa iya dia harus jujur sekarang?
"Hemzzz,"
"Kau mengataiku jalang lalu sekarang kau jatuh cinta pada adik dari jalang ini?!" Sengit Hinata pada Menma.
"Hinata," tegur Naruto pelan pada istrinya ini.
Naruto melihat kakaknya menunduk. Hikari segera memeluk Menma, "tidak apa jika jatuh cinta pada putri bungsu Ibu. Kalau Hanabi juga menyukaimu silakan asal tidak menyakiti putri ibu," mendengar itu Menma mendongak dengan cepat.
"Ibu merestui?" Tanya Menma bahagia.
"Tentu saja," lalu Menma melirik pada Hiashi.
"Terserah Hanabi, yang menjalani Hanabi dan juga dirimu," ujar Hiashi bijak. Semoga kali ini benar-benar bijaksana.
"Hanabi-chan," panggil Menma lembut. Wajah Hanabi memerah, sejak pertama kali melihat Menma ia juga sudah jatuh cinta tapi masa iya seorang Menma Namikaze mau dengan dirinya yang masih bau kencur ini.
"Jangan mau Hanabi...! Buktikan dulu kalau Menma-nii ini benar-benar mencintaimu," bagaimanapun Hinata tidak mau adiknya akan menjadi mainan Menma. Mana bisa Hinata percaya begitu saja pada pria ini. Tidak, ia sangat menyayangi Hanabi jadi Hinata tidak mau mengambil resiko apapun.
Menma setuju dengan Hinata, mana ada yang percaya jika dirinya jatuh cinta pada Hanabi dalam pandangan pertama. "Mau bukti apa?"tanya Menma lembut didepan Hanabi.
"Menikah denganku, mau?" Ujar Menma itu membuat mereka semua minus Naruto terkejut. Hinata yang paling takut karna ia tau bagaimana sifat Ibu mertuanya itu. Hinata saja rasanya ingin pergi dari mansion Namikaze lalu sekarang adiknya yang akan tinggal disana selamanya? Tidak, tidak bisa...!
"Jangan melucu disini Menma-nii, aku tidak akan membiarkan Hanabi masuk ke mansion Namikaze. Kau pasti tau maksudku." Hinata Kini sudah mendekat pada Menma.
"Aku tau Hinata. Ibu tidak akan bisa menyentuh sehelai rambut pun gadis yang aku cintai. Aku mohon, kau percaya padaku," mohon Menma dengan nada serius pada Hinata.
Neji semakin bingung dengan keadaan ini. Bukankah tadi hanya ingin berpamitan mengapa sekarang menjadi ajang lamaran?
"Pikirkan dulu baik-baik Menma. Bukan Hinata saja yang tidak akan terima jika Hanabi terluka oleh Ibumu. Aku pun akan lebih tidak terima lagi," ujar Neji yang sedari tadi hanya diam.
"Hanabi, mungkin sekarang aku terlihat membual tapi aku akan buktikan keseriusanku padamu," ucap Menma.
"Aa-aa-aku," tidak tau akan menjawab apa. Hanabi hanya bisa menggigit bibirnya karna gugup.
"Sabar. Kau cukup fokus kuliah biar aku yang berjuang. Aku hanya butuh satu kata YA darimu maka selanjutnya serahkan padaku," hati perempuan mana yang tidak meleleh mendengar penuturan Menma Namikaze. Bahkan Naruto saja mampu merasakan keseriusan, ketulusan disetiap ujaran kakaknya. Naruto senang jika Hanabi yang menjadi pendamping hidup kakaknya.
"Kau suka uang kan? Aku sudah punya banyak dan itu unlimited," hancur sudah suasana menegangkan tadi gegara ucapan Menma. Hinata menghela nafas pasrah.
"Sabar ini cobaan," ujar Naruto dengan kekehan. Hinata mencubit perut Naruto.
"Sudah, ayo kita pulang calon adik ipar." Hinata menarik Menma menuju mobil mereka.
"Hinata, hei...! Hanabi belum memberikan nomor ponselnya padaku...!"
"Nanti aku berikan,"
***
Bersambung....
.
.
.
Arigatou Gozaimasu...

KAMU SEDANG MEMBACA
Bear The Burden
FanfictionNaruto seperti tersengat listrik ribuan volt ketika mendengar titah dari sang Ibunda. Menanggung akibat dari perbuatan yang tidak dilakukan memang sangat menyakitkan. Apalagi harus mengorbankan sisa hidupnya. Menikah bukanlah untuk jangka waktu yan...