Selamat Membaca...
.
.
.
Update berapa part hari ini?
.
.
.***
Naruto bahagia sekali malam ini, mimpinya yang selama ini ingin sekali dipeluk oleh ibunya sudah terwujud. Senyum Naruto sungguh sangat lega sekali, Hinata saja sampai tertular senyumnya.
"Bahagia?" Tanya Hinata memeluk Naruto.
"Hem, terimakasih juga untukmu sayang. Yang sudah menerima pria sepertiku,"
"Seperti apa maksudnya? Dirimu itu paket komplit. Tampan, pekerja keras, baik, romantis, kaya, positif vibes, green flag dan gagah," saking gemasnya dengan Hinata, Naruto menciumi seluruh wajah Hinata hingga istrinya itu tertawa kencang.
"Ekhem..."
Kegiatan mereka terhenti oleh deheman seseorang.
"Ckkk, mengganggu saja," gerutu Hinata pada Menma yang sudah berdiri diambang pintu kamar mereka.
"Sory, aku hanya ingin bertanya padamu adik ipar. Apa kesukaan Hanabi-chan kesayanganku?"
Hinata menatap jijik pada kakak iparnya ini. Ternyata begini ya jika Menma Namikaze jatuh cinta.
"Tanya saja sendiri, kau kan sudah aku beri nomer ponsel Hanabi?"
"Hehehe, aku ingin membuat suprise gitu,"
"Berikan saja bunga dan coklat," sahut Hinata, ia berpikir agar cepat jadi Hinata sarankan saja begitu.
"Murah sekali?" Hinata berdecak lagi, serba salah memang jika bicara pada kakak iparnya yang tengah dimabuk cinta ini.
"Belikan sama tokonya," sahut Hinata asal.
"Ah, ide bagus. Terimakasih calon kakak ipar yang juga adik iparku. Bye.." Hinata mendelik pada Menma yang kini lari terbirit ke kamarnya. Menma masih saja ngeri melihat kemarahan Hinata.
Naruto tertawa melihat kelakuan kakak dan istrinya.
"Mengapa kakakmu sangat berbeda denganmu," adu Hinata dengan manja pada Naruto.
"Jika sama kau nanti jatuh cinta juga padanya,"
"Oh, sory ye...!" Naruto kembali tertawa keras. Didekat Hinata ia selalu saja bahagia, bisa tertawa lepas semaunya.
"Aku mencintaimu, Hinata,"
"Uuuhhh, kau tidak bisa ya Naru berhenti membuatku meleleh sehari saja,"
"Jangan meleleh nanti duniaku runtuh,"
"Aaaahhhh, Nnnnaaarrrruu..."
***
Hari masih pagi, Khusina sudah sibuk didapur miliknya yang sudah lama tidak ia jejaki. Sejak kemarin, Khusina sudah bertekad akan mengurus keluarganya dengan tangannya sendiri.
"Aakh," pekik Khusina ketika sepasang tangan melingkar dipinggangnya.
"Aku rindu kau yang seperti ini, Khusina," jemari Khusina mematikan kompor, lali membalik badannya menghadap suaminya. Menangkup wajah Minato dengan kedua telapak tangannya.
"Maaf, aku yang lalai selama ini. Mulai saat ini aku janji akan kembali menjadi Khusina seperti dulu. Khusina yang selalu dicintai Minato,"
"Mau seperti apapun kau, aku tetap cinta,"
"Percaya, kau tidak meninggalkan aku meski aku sudah tersesat,"
"Aku mencintaimu, seluruh dirimu aku suka, apapun itu. Dan aku bersyukur kau masih bisa disadarkan meski butuh waktu yang lama,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bear The Burden
FanfictionNaruto seperti tersengat listrik ribuan volt ketika mendengar titah dari sang Ibunda. Menanggung akibat dari perbuatan yang tidak dilakukan memang sangat menyakitkan. Apalagi harus mengorbankan sisa hidupnya. Menikah bukanlah untuk jangka waktu yan...