Bear The Burden part 3

1K 185 59
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***


Didalam perjalanan menuju mansion Namikaze, tidak ada suara apapun yang keluar dari mulut Naruto maupun Hinata. Sesungguhnya keadaan hening seperti ini bukan keadaan yang Hinata sukai. Tapi mau bagaimana lagi, dirinya dan suaminya adalah orang asing yang terikat ikrar suci. Bertemu saja baru pagi tadi sebelum pengucapan janji suci. Alhasil, Hinata hanya memandang keluar, jalan raya tidak ada yang menarik tapi terus Hinata pandangi. Naruto sendiri acuh saja, sama dengan Hinata. Naruto merasa Hinata masih sangat asing baginya. Apalagi setiap melihat Hinata, ia selalu teringat wajah Ibu dan kakaknya yang dengan seenaknya melimpahkan akibat perbuatan mereka padanya tanpa memikirkan sama sekali perasaannya.

Naruto belum mengetahui apapun tentang Hinata namun yang ia tahu, Hinata adalah pribadi yang cukup bar-bar . Apakah ia akan cocok dengan ibunya? Apakah benar isu tentang mertua dan menantu tidak pernah akur akan terjadi di kehidupan rumah tangganya? Akan kah sang ibu bisa menerima Hinata? Tapi, bukankah ini kemauan dari ibunya sendiri?

Hinata dibuat takjub ketika melihat gerbang berwarna hitam yang sangat estetik itu. Pagar tinggi menjulang, mengisyaratkan jika penghuni didalamnya adalah mereka yang tinggi derajatnya. Pagar itu terbuka otomatis ketika mobil yang Naruto tumpangi mendekat pada gerbang. Memelankan laju mobilnya, Hinata memalingkan wajahnya pada sang suami yang sangat lihai mengendalikan stir bundar berwarna hitam itu. Memarkirkan mobilnya ditempat biasa, Naruto mematikan mesin mobil lalu menoleh pada Hinata yang sejak tadi memandanginya.

"Sampai," ujar Naruto.

"Ini...rumahmu?" Tanya Hinata cengo. Tadi diawal ia hanya kagum dengan gerbang setelah masuk kini Hinata terpukau dengan penataan halaman mansion Namikaze.

"Bukan, ini rumah orang tuaku," jawab Naruto.

"Jadi kau belum punya rumah?"

Alis Naruto bertaut, "Kau ingin rumah?"

Hinata menggeleng cepat sembari tangannya menggerakkan tangannya sebagai penolakan, "Tidak, ehhmmm...maksudnya tidak untuk sekarang. Aku belum punya cukup tabungan saat ini. Mungkin suatu saat nanti," jawab Hinata.

Naruto hanya diam, tanpa kata lagi ia berjalan sedikit berlari guna membukakan pintu untuk istrinya.

"Haduh, tidak usah dibukakan, aku bisa sendiri. Aku tau kok bagaimana caranya membuka pintu mobil," protes Hinata pada suaminya. Hinata hanya merasa sikap Naruto berlebihan. Ya, Hinata tau hari ini dirinya memang terlalu cantik tapi tidak perlu diperlakukan seperti ini. Dirinya ini tau cara membuka pintu mobil, meski bukan pintu mobil mewah yang dimiliki ayahnya tapi bukankah caranya sama saja?

Naruto tidak membantu Hinata turun dari mobil karna gaun Hinata simpel, tidak yang heboh dan Hedon. Naruto berjalan didepan dan diikuti Hinata yang kini sibuk memperhatikan rumah mertuanya. Kira-kira habis berapa uang yang keluar untuk mendirikan mansion semewah ini?

"Naruto," suara bariton seseorang menarik Hinata dari kesibukannya mengagumi mansion Namikaze ini. Seorang pria dengan penampilan yang sama dengan sang suami hanya saja tidak memiliki gurat dikedua pipinya. Apakah itu ayah dari suaminya? Masih muda sekali dan tampan.

"Dia?" Tunjuk Minato pada Hinata yang berada dibelakang Naruto dengan ekspresi yang tidak bisa Hinata tebak.

"Mengapa dia melihatku seperti itu? Apakah aku sejelek itu?" Batin Hinata.

Naruto menoleh kebelakang dan Hinata tau maksud dari tatapan suaminya itu. Hinata mensejajarkan dirinya dengan Naruto. Lalu membungkuk hormat pada Minato, "Hyuuga Hinata, salam kenal," ujar sang menantu baru Namikaze Minato tersebut.

Bear The BurdenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang