Selamat Membaca...
.
.
.
Awas, ada gula bertebaran wkwkwk
.
.
.
Gak suka, mas???***
Menma hampir tidak pernah memasuki ruangan kerja milik adiknya. Ruangan ini tidak seperti miliknya yang hanya single room dengan ruangan yang amat sangat megah dan mewah. Ruangan Naruto ini memang masih berada jadi satu dengan staf hanya terdapat sekat kaca sebagai pembatasnya. Didalam ruangan itu tidak ada benda yang tidak tertata rapi, semua tertata rapi dan apik. Menma tidak heran karna ia tau, Naruto sangat suka kebersihan.
"Ada apa?" Tanya Naruto sedikit heran melihat kakaknya berada didalam ruangannya.
"Iseng saja," jawab Menma santai yang masih melihat-lihat ruangan Naruto.
Tanpa mempedulikan kakaknya itu, Naruto segera duduk di kursinya. Kembali menghidupkan laptop guna melanjutkan pekerjaan agar ia bisa pulang cepat.
"Bagaimana rasa tubuh istrimu, hum?" Tanya Menma sangat tidak sopan.
Naruto menghentikan ketikan jemarinya yang berada diatas keyboard laptopnya. Matanya melirik pada sang kakak yang kini sudah bersedekap dada angkuh didepannya.
"Apa dia masih perawan?" Tanya Menma lagi karna pertanyaannya tadi diacuhkan saja oleh naruto.
"Kau tidak menjawab pertanyaanku, berarti ada dua kemungkinan. Yang pertama memang Hinata itu perawan atau kau belum menjamahnya?" Ejek Menma pada Naruto, "Jika aku jadi kau, pastinya aku pun tak mau meniduri gadis jalang macam Hinata, ya kan? Sudah miskin, sombong dan sok berani. Tapi untuk masalah bodynya, aku mengakui jika body Hinata sexy sek,-" suara gebrakan meja menghentikan ocehan Menma. Naruto melepas kacamata miliknya sembari memijat pangkal hidungnya pelan.
"Kau kan seorang CEO, bukannya pekerjaanmu sangat padat? Kembali bekerja lebih baik untukmu,"
"Khe...! Siapa kau mengaturku?!" Geram Menma pada Naruto," harusnya kau senang didatangi CEO tempatmu mengais rejeki. Ini sebuah kehormatan, dasar pecundang," geram Menma dengan berlalu dari ruangan Naruto dengan membanting pintu ruangan Naruto.
Naruto menengadahkan kepalanya, apa benar istrinya sudah tidak perawan? Tapi Hinata bilang jika ia masih perawan. Sudah sejak tiga bulan ini, ia dan Hinata menikah ada sesuatu yang selalu mengganggu Naruto saat akan tidur. Naruto masih belum terbiasa ada seorang gadis yang tidur disampingnya, kadang dirinya masih sering terkejut dan mendadak lupa statusnya. Hah, apa karna ia kurang piknik?
Setiap malam, ada saja tingkah Hinata yang membuat Naruto harus menghela nafas panjang guna menahan hasrat lelakinya. Bagaimana tidak, terkadang kepala Hinata dengan Surai lembut nan wangi itu tidak tau dirinya akan mendusel kedalam ketiaknya. Atau juga seperti kemarin malam, dirinya dijadikan guling oleh Hinata. Kelakuan seperti itulah yang membuat Naruto tidak bisa tidur nyenyak dimalam hari karna ia sibuk menenangkan hasrat lelakinya yang selalu saja muncul ketika ia bersentuhan dengan Hinata baik disengaja maupun tidak. Dilihat dari ikatan mereka jika terjadi sesuatu yang semestinya ya tidak mengherankan namun tidak dalam keadaan yang sebenarnya. Hubungan Naruto dan Hinata selama tiga bulan ini bisa dikatakan lebih mengarah ke pertemanan. Ya, awal yang disepakati oleh keduanya. Naruto yang masih tahap pengenalan pada Hinata dan Hinata sendiri yang masih mencoba untuk menyamankan dirinya hidup bersama Naruto dan tentu saja menahan dirinya agar tidak mempunyai perasaan lebih terhadap suami tampannya itu. Sejak pertama kali, Hinata melihat Naruto tak dapat dipungkiri jika Hinata benar-benar terpesona pada Naruto. Sedikit timbul rasa suka pada hatinya. Lalu, setelah menikah dan diboyong ke mansion Namikaze, Hinata yang mengetahui bagaimana hidup sang suami di mansion semakin merasa pilu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bear The Burden
FanfictionNaruto seperti tersengat listrik ribuan volt ketika mendengar titah dari sang Ibunda. Menanggung akibat dari perbuatan yang tidak dilakukan memang sangat menyakitkan. Apalagi harus mengorbankan sisa hidupnya. Menikah bukanlah untuk jangka waktu yan...