Selamat Membaca...
.
.
.***
Naruto terkekeh lucu melihat wajah sang istri yang selalu memerah ketika ia tak sengaja membuang pandangannya pada sang istri. Lihatlah, bibir Hinata saat ini sudah mengerucut lucu, bagaimana Naruto tidak gemas dengan istrinya.
"Hei...!" Panggil Naruto dengan masih terkekeh.
"Apa...!" Sahut Hinata dengan sinis. Ia masih malu dengan kejadian kemarin malam, dimana suaminya ini menciumnya didepan para sahabat pria itu setelah Sai menceritakan apa yang Temari lihat. Sai dengan guyonan meminta Naruto mencium istrinya disana karna Ino sangat ingin melihat mereka bercumbu. Alhasil, Naruto mencium Hinata didepan mereka membuat para wanita terpekik kencang dan para lelaki hanya tercengang saja.
"Hei, aku mencium istriku sendiri,"
"Tapi tetap saja aku malu,"
"Hemmm, mengapa harus malu? Dulu mereka juga seperti itu, selalu memamerkan romantisme mereka didepanku dan aku biasa saja,"
"Kau balas dendam Hem?"
"Tidak, hanya saja aku ingin mereka merasakan apa yang aku rasakan,"
"Iya... Sama saja...! Itu namanya balas dendam...!" Sewot Hinata.
"Oh, sama ya?" Ujar Naruto dengan wajah dibuat polos.
"Dasar." Hinata mencubit pinggang suaminya karna kesal, bahagia dan malu juga. Keduanya tertawa bersama, bahagia perlahan menyelinap di kehidupan mereka.
"Wah wah wah... Ada yang sedang bahagia?" Naruto dan Hinata yang mendengar itu langsung menoleh dan langsung kompak terdiam.
"Kami pulang," ujar Hinata pada ibu mertuanya.
"Khe...! Aku kira kalian tidak akan kembali lagi,"
"Ibu merindukan kami?" goda Hinata.
"Cuih... Aku ingin kalian angkat kaki dari mansionku...!" Ujar Khusina dengan nada tinggi. Sudah biasa.
Naruto yang malas menanggapi Ibunya itu memilih masuk kedalam mansion. Hinata mengerti perasaan suaminya, kini wajah datarnya ia persembahkan untuk Khusina.
"Ibu, aku sangat ingin bertanya padamu apa alasan kau begitu membenci suamiku? Tapi aku tau itu hanya akan membuat semua menjadi semakin keruh, maka dari itu aku memilih tidak mengetahui apapun alasan kau membenci suamiku. Tenang saja Bu, mulai detik ini kami akan pergi dari mansion milik ibu. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti suamiku, termasuk Ibu," dengan lugas dan tegas Hinata mengatakan itu semua didepan wajah Khusina. Mulai sekarang, Hinata tidak akan diam saja ketika melihat suaminya dihina.
"Baguslah...!"
"Semoga nanti jika aku diizinkan Tuhan menjadi seorang Ibu, aku tidak akan menjadi ibu seperti dirimu," ujar Hinata yang diakhiri dengan senyuman miring sarat akan ejekan pada ibu mertuanya.
"Sialan kau...!"
Ketika Hinata masuk kedalam mansion, ia berpapasan dengan maid yang selalu saja mengejek dirinya.
"Wah, nona muda kita sudah pulang," ejek maid dengan dandanan menor yang sangat mampu merusak mata.
Hati sedang terbakar, lalu ada kayu yang dengan suka rela datang untuk dibakar maka akan Hinata bakar hingga hangus menjadi debu.
Dengan langkah tegasnya, Hinata menghampiri maid itu yang terdiri dari beberapa maid. Sesampainya Hinata didepan maid yang tadi bicara, Hinata tersenyum manis," benar, apa kau ingin oleh-oleh dariku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bear The Burden
FanfictionNaruto seperti tersengat listrik ribuan volt ketika mendengar titah dari sang Ibunda. Menanggung akibat dari perbuatan yang tidak dilakukan memang sangat menyakitkan. Apalagi harus mengorbankan sisa hidupnya. Menikah bukanlah untuk jangka waktu yan...