Chapter 5

1.4K 88 0
                                    

Sedari lah sejak tadi matanya asik memandangi cermin yang menampakkan dua sosok itu sedang dengan dunia berdua saja. Diam-diam ia mengamati keduanya dari kerusi depan mobil yang masih setia menatap kedua dibalik cermin mobil itu. 

" ekhm." Lisa melihatnya heran. Wendy sengaja kerana memecahkan rasa canggungnya didepan kerusi.

" Kenapa? Apa kau sakit wendy?" Lisa bertanya padanya pelan. Wendy memulas matanya sedikit kesal melihat keduanya seperti saling bercanda dengan nada tipis.

" Tidak ada apa-apapun terjadi." Sahutnya dengan nada begitu datar. Lisa tidak masalah lalu menoleh kepalanya pada jendela. Matanya memicing pada jalan raya.

Jennie? Dia hanya sibuk dengan ponselnya sementara rasa canggungnya dilihat wendy. Benar mengcengkam napasnya saat ditatap tajam oleh wendy. Lisa tahu itu, hanya tidak peduli kerana bukan urusannya.

" Kuharap kau lebih mengertiku, wendy. Jangan membuat teman sekerja kita canggung gara-gara tatapanmu." Ujarnya sambil memandang luar jendela. Wendy terhenyak kaget lalu terdiam sejenak.

" Maaf, nona Kim." Lirih wendy menekuk malu. Kerana Lisa berujar, dia pastinya tidak akan bertanya lebih lagi setelahnya. Jennie pasti lega mendengar Lisa yang melakukan nya.

Jennie menatapnya lalu mengucap terima kasih pada Lisa tanpa suara. Hanya bibirnya saja yang bergerak mungil. Lisa pengen gigit bibir seksi itu dengan lahap sekali. Lisa memaling wajahnya asal.

Jennie mempaut bibirnya cemberut saat lisa memaling wajahnya ke asal. " Kamu marah?" Lisa tidak bicara. Hanya diam. Wendy tentu saja bangga kerana penolakkan Lisa pada jennie.

Hening.

Didalam mobilnya hanya bunyi aircond mobil saja yang terdengar dan rasa sejuk dalamnya sangat nyaman. Tidak terlalu lamanya, mereka sampai di sebuah mall tetapi tidak semua orang bisa datang kerana vvip. Lisa? Sudah tentu memesannya.

" Ini benar toko nya? Kemana saja orang-orangnya?" Gumam jennie yang berkerut heran. Lisa menatap sekilas lalu tersenyum tipis.

" Benar. Aku memesannya. " Jennie langsung melongo. Benar juga. Lisa 'kan pengusaha kaya raya. Mana mungkin tease nya begitu jelek.

" Semua nya?"

"..eum" sahutnya singkat.

Wendy tidak ikut kerana masih ada urusannya dengan lain. Dia memilih menunggu saja sampai mereka selesai berbelanja. Lisa mengiyakan saja kerana ingin berduaan dengan kekasihnya.

" Mahu apa? Pilih saja. Aku tidak kesah." Jennie menatapnya tidak percaya. Padahal jennie yang mengajaknya. Kenapa harus Lisa yang mengeluarkan uangnya?Jennie pengen tertawa miris kerana Lisa.

" Lisaaa.." rengeknya. Lisa tidak peduli. Hanya bersikap datar padanya. Benar dingin dan jutek pada jennie. Jennie mengeram kesal lalu meninggalkan Lisa bersendirian.

Diam-diam bibirnya tersenyum tipis melihat punggung jennie mulai menjauh darinya. " Lucu." Kekehnya. Lisa mengikuti punggung jennie dengan gemas.

Kaki mungil jennie kesana, Lisa pun kesana mengikutinya. Jennie kesini, Lisa pun kesini. Kayak induk kucing dengan anaknya pengen cari tempat nyaman.

" Berhentilah mengikutiku Lisa!" Lisa menggeleng kepalanya tidak mahu. Kekesalannya makin diubun-ubun kepalanya melihat tingkah Lisa begitu kanakan.

" Lalisa Manoban!" Geramnya. Lisa menampilkan senyum manisnya dengan puas setelah meledeki jennie. Wajah jennie merona kerana Lisa sangat menyebalkan.

" Ck." Decaknya kesal.

Jennie menghentikan langkahnya sebentar. Matanya melirik pada toko kalung. Matanya berubah binar melihat shimer-shimer.

[✔️]AFFAIR |JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang