Chapter 6

1.2K 66 2
                                    

Srakk,,,

Tangan kekarnya penuh berkutat dengan berkas-berkas penting kantornya. Memikirkan benda itu saja sudah membuatnya naik pitam kerana proyek nya masih belum siap.

Srakk,,,

Matanya kesana kemari menatap fokus pada komputer miliknya. Bajunya yang tertata rapi tadinya sudah sedikit acak kerana isi kepalanya hampir meledak memikirkan proyek miliknya. 

Brakk,,,

Retina nya teralih pada hentaman di meja nya. Ia memandangi sosok itu dengan rasa kesal. " Apa lagi nona park? " Nadanya datar memandangi sosok itu.

" Jaga ucapanmu, jisoo manoban. Aku ini tunanganmu! " Kesalnya. Jisoo menarik napasnya dengan rasa geram dan kesal melihat sosok itu.

" Tidak bisakah, jangan berisik? Chaeyoung-ssi?" Chaeyoung semakin kesal padanya. Lalu memilih menghempaskan dirinya pada sofa sana.

" Ck! Jika bukan kerana appa. Aku sudah memilih Jaehyun daripadamu." Ketusnya dalam kesal. Jisoo diam tidak berbicara kerana fokus pada isi komputernya saja. Chaeyoung benar kesal padanya.

" Gegaramu, appaku menyita cardku." Kesalnya. Jisoo masih setia memandangi komputernya. Hanya berbicara tipis.

" Bukan urusanku." Gumamnya. Chaeyoung langsung bangkit ingin pergi dengan kesal pada jisoo. Pria ini tidak mudah untuk ia tundukkan.

" Benar sial!" Chaeyoung mendesis lalu keluar dari kantor jisoo. Melihat nya saja chaeyoung sudah sesak dadanya kerana membuatnya muak.

Brakk,,,

Jisoo menghela napas mendengar gadis itu mengamuk. " Sial. Bahkan aku sedikit pun tidak bisa fokus melihat wajahnya marah padaku." Keluhnya. Chaeyoung benar adanya. Alasannya benar membuat chaeyoung muak kerana harus menunggunya selesai berurusan kantor.

Jisoo menyandarkan tubuhnya pada kerusinya. Ia benar lelah dengan berkas sialan ini. " Kenapa aku bisa jatuh cinta padanya?" Gumamnya menatap chaeyoung dari jendela bawah yang masih mengerutu kesal padanya.

" Melihatnya marah, agak imut." Meningati wajah merah chaeyoung, benar membuatnya sedikit senang kerana jisoo bukan selalu melihat gadis itu mendatanginya kemari.

Kreett,,,.

Jisoo melihat sekteris nya kemari membawakan secawan air coffee panas. " Gumawo. Sooyoung-ya." Jisoo langsung berterima kasih pada sooyoung, bawahan nya.

Sooyoung hanya mengangguki, kerana kewajibannya sebagai sekteris jisoo. " Tentang bocah itu sudah ada kabarnya?" Jisoo bertanya pelan.

" Anda maksudkan young manoban?" Gelaran yang Lisa dapat dari keluarganya sendiri. Jisoo mengiyakan saja sooyoung bertanya padanya kembali.

" Benar. Apa lagi bocah itu lakukan kali ini? Appa sudah memarahiku gegara bocah itu." Keluhnya. Sooyoung tersenyum mendengar keluhan jisoo yang kurang ia dengar semenjak Lisa ke Australia.

" Tuan muda masih menunda kepulangannya beberapa hari kedepannya. Anda mahu saya menelpon nya agar kembali secepatnya?" Sooyoung kembali berdiri dihadapan jisoo setelah meletakkan secawan coffee ke atas meja jisoo.

" Bocah kurang ajar itu benar membuatku gila memikirkan projeknya." Ini juga alasan kenapa jisoo berkutat dikantor selama beberapa hari kerana Lisa.

" Tunggu saja. Aku membuatnya menyesal kerana membebankanku dengan projek nya. " Sooyoung terkekeh mendengar jisoo mengerutu kesal.

" Persetanan berkas sialan ini. Melihatnya saja sudah membuatku kesal." Jisoo masih melanjutkan kerjanya. Sooyoung hampir tertawa keras melihat jisoo marah tetapi masih saja melakukan tugasnya.

[✔️]AFFAIR |JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang