Dua puluh enam

118 9 0
                                    

Dari yang semula ber-enam sekarang ditambah dengan Hanin, Juwi, dan Ratna. Mereka berkumpul di belakang penonton yang masih setia menunggu guest star tiba.

Ratna berdalih, "Kita foto-foto dulu guys!"

Nathan mengeluarkan ponselnya dan berdiri paling depan sambil mengangkat benda pipih ke udara. Mereka berselfie ria dengan panggung sebagai latar belakang.

"Satu ... Dua ... Tiga ... Cheese!"

Ada-ada saja ide foto konyol yang berhasil dijepret. Mulai dari senyum peace normal sampai menjulurkan lidah dan menjulingkan netra.

Juwi berinisiatif menawarkan diri untuk memotret anggota inti dari band High Five.  Ia memandu. "Marisa kurang mepet, jangan terlalu banyak celah."

"Dokter senyum yang ganteng, Dong! Kan saya yang fotoin!" Zane menghela napas lelah.

Juwi berhasil membidik salah satu momen epik dimana mereka berlima serempak melompat setinggi-tingginya berusaha menggapai langit biru dengan gaya dan ekspresi masing-masing. Seolah kunci euphoria ada di tangan mereka.

Marisa tersenyum penuh haru. Ia memalingkan wajah sembari menghalau setitik air mata yang hampir turun.

Bagaimana tidak? Wish list nya berhasil tercapai. Kesempatan yang tak akan datang dua kali dalam hidupnya.

Gadis itu terlonjak kaget ketika sebuah tangan berada di belakang tubuhnya. Ia mendongak melihat sosok Ahlan yang tersenyum menjengkelkan. "Cengeng banget sih!"

Marisa menggerutu sebal. Suasana hatinya langsung berubah drastis akibat ulah abangnya yang satu ini. "Harusnya tuh dipeluk sambil bilang yang manis-manis! Itu bukan menghibur namanya!"

Lagipula berharap pada Ahlan hanyalah ampas belaka. Ahlan tetaplah Ahlan. Tidak pernah peka.

Ratna langsung datang menjewer kuping lelaki itu. "Kamu tuh ya dzalim terus sama adik sendiri!"

Ahlan mengaduh kesakitan. "Woy! Woy! Ampun, Beb. Lepasin!"

Marisa tertawa puas. Ratna sang kekasih abang saja ada di pihaknya. Ahlan bisa apa?

"Ahlan kalau ga dikasih physical attack emang ga bakal ngerti, Sa. Harus diginiin dulu," ujarnya memberi tahu.

Lelaki itu mengusap telinga nya yang memerah sambil melengkungkan bibir ke bawah pada dua perempuan yang asyik ketawa-ketiwi menistakannya.

Marisa menghentikan tawanya perlahan. Ia menoleh ke arah yang lainnya. "Eh kalian kalau mau me time juga ngga papa sambil nunggu acara puncak, banyak stand-stand makanan minta didatengin kalian tuh!"

"Ternyata selain jadi artis dadakan, kamu ngejabat sebagai panitia promosi ya?" kekeh Nathan.

"Kak Nath ... "

"Iya-iya, kita bakal happy-happy, kok. Kamu juga selamat ber-having fun sama temen-temen."

Marisa melambaikan tangan sambil berjalan menjauh. Dari tadi ia tidak melihat Syafa. Kemana perginya itu bocah? Kan nggak mungkin dia melewatkan acara setahun sekali ini?

"Weh! Sombong ya udah jadi artis sekarang!" celetuk seseorang dari arah belakang.

Marisa mendelik. "Gue cariin dari tadi! Kemana aja?"

Syafa mengibaskan rambutnya. "Nge date lah!"

Sang empu mendengus geli. Siapa pula yang percaya dengan ucapan hasil halusinasi Syafa? Baginya semua cowo ganteng disebut pacar.

Syafa menatap Marisa dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan ekspresi bangga. "Dress pilihan gue ngga kaleng-kaleng kan? Bentar lagi gue udah cocok jadi fashion stylist."

High Five (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang