"Lo yakin ini ?" Lily bertanya dengan nada skeptis, nggak percaya.
"Kata Mbah Google sih, gitu," jawab gue, sekali lagi memastikan google map yang tertera di ponsel android gue.
"Handphone lo salah nggak?" tanya Lily lagi dengan sinis. "Udah gue bilang, kalau handphone lo soak, mau beli baru aja ga, gue bantu talangin dulu gapapa."
Harganya sejutaan, emang, tapi sejauh ini belum pernah mengecewakan. Buktinya, sampai sekarang gue nggak pernah kesasar-kesasar amat. Kadang Lily ngocehnya emang agak lain, coba kalau gue nggak sahabatan sama dia sejak SMP, mana mau gue temenan sama bocah ini. Barbar dan suka banget nusuk perkataannya.
"Non, coba cari lokasi pakai iPhone 15 Pro Max 2 TB lo," pinta Lily yang langsung Shannon turutin gitu aja.
Gue buru-buru nahan tangan Shannon. Bisa-bisanya dia ngeluarin handphone-nya yang seharga 40 juta itu di tempat asing kayak gini.
"Lho, kenapa, Na?" tanya Shannon ke gue dengan polos, gue cuma pelototin dia galak-galak.
Bayangin aja, kami bertiga yang baru aja fresh graduate SMA, langsung nekat buat kos bareng di tempat antah berantah—ga sih, sebenarnya ga terlalu antah berantah karena dekat dengan kampus kami, tapi intinya sekarang kami bertiga udah nyeret koper, masuk ke gang yang lumayan dalam, tapi belum kunjung menemukan kos yang sudah kami DP selama enam bulan itu.
"Bau-baunya kena tipu nih kita," ledek Lily.
Gue sebagai orang yang menemukan kos ini langsung tersinggung. Gue akuin, gue emang ketemu kos ini di sosial media. Awalnya muncul di sponsor instagram, lalu pas gue WA, mereka tanya biodata lengkap dan foto—kayak interview kerja ya—terus akhirnya kami diarahin ke kosan ini karena memang cukup dekat dengan kampus.
Tapi dipikir-pikir lagi, memang ga realistis banget. Kosan mana yang harganya cuma sejuta perbulan (diskon 200ribu untuk mahasiswi) dan sudah ada wifi, AC, full furnish siap huni, satu kamar sendirian, ada jasa laundry, disediain sarapan dan makan malam pula. Dan perlu dicatat, ini di tengah-tengah ibukota pula! Di tahun 2024 pula!
Gue juga sebenarnya awalnya mikir ini penipuan, tapi review-nya di google bagus-bagus aja kok!
Kembali gue buka website kosan, memastikan kembali alamatnya.
===
KOSAN MEGA — Kos Khusus Putri
Put** M*******(5 Bintang)
Mega-nya ramah, anak kosan lain juga ramah
Rekomen banget pokoknyaR** L**** (5 Bintang)
Gue kira scam, tapi ternyata engga, kok
Letak kosannya emang masuk banget ke gangT*** (5 Bintang)
Mega kayak lagi sedekah ya. Tempatnya asyik sih, tapi ... boleh dicoba dulu, guys (y)I**** (5 Bintang)
Kos murah, meriah, muntah
Kalau enggak dipindahtugas dari Jakarta, bakalan tetap stay di sini (y)
Mega 'servis'-nya totalitas BTW :*===
Bahkan saking overthinking-nya gue, gue sampai ngecek ulang semua chatan antara gue dan Mbak Mega. Sebelumnya, gue udah cek nomornya di aplikasi Get Contact dan nggak ada tanda-tanda penipuan. Gue juga transfer DP ke rekening atas nama Mega Putri Ayu Tjokrowijayanti, plus cek rekeningnya dan emang gaada sindikasi penipuan.
Awalnya gue pede dan bangga banget bisa ketemu kosan hidden gem ini, tapi karena dikomporin Lily, lama-lama gue jadi terpengaruh juga.
Jangan-jangan gue emang udah ditipu.
"Coba gue chat Mbak Mega-nya," ucap gue.
"Udah di-block tuh pasti." Lily kembali ngompor-ngomporin gue.
Gue segera chat, minta Mbak Mega-nya drop location via WA. Untungnya, masih centang dua! Mau nangis, sumpah.
Kan malu ya kalau gue harus balik ke rumah, padahal tadi nyokap sudah pake adegan nangis bombay, nggak rela lepasin gue yang anak bontot di rumah. Kalau gue balik ke rumah karena kena tipu, mau ditaro kemana muka gue?!
"Oh, centang dua, kok!" ucap Shannon dengan riang.
Mbak Mega tiba-tiba telepon gue dan langsung gue angkat.
"Halo, Mbak, kami sudah masuk ke gangnya, tapi ini kosannya emang masih lebih dalam ya?" tanya gue.
"Aruna, ya? Kalian kesasar, ya? Sebentar ya, aku jemput."
"Eh, Mbak, gausah—"
Telepon dimatikan. Kami bertiga terdiam meratapi koper-koper kami. Mana suasana di sana hening banget, padahal ada rumah di kiri-kanan gitu.
"Kita mau dijemput, katanya," ucap gue.
Shannon senyum. "Baguslah, kalau gitu kita ga ditipu dong."
Lily kelihatannya masih skeptis, tapi menunggu dengan tenang. "Non, lo ngapain sih segala ngekos? Nggak betah tinggal di rumah bak istana itu?"
FYI, Shannon ini emang orang kaya old money. Dia aja punya supir pribadi sebenarnya, tapi akhirnya dia ngide mau ikutan ngekos karena aku dan Lily emang pernah bahas soal ngekos bareng pas kuliah.
"Ya gapapa, gue pengen bareng aja sama kalian," ucapnya.
Shannon ini emang kayak tipikal cewek lembut yang gabisa ditinggal sendirian. Gue sama Lily udah nganggap dia adik, meskipun sebenarnya Shannon yang paling tua diantara kami. Dia tu punya aura-aura feminim yang minta dilindungin gitu, ngerti ga sih? Kami khawatir banget dia dikibulin orang jahat.
Ga pake lama, tiba-tiba ada seorang cewek yang datang menghampiri kami. Umurnya mungkin duapuluhan. Dia langsung senyum lebar begitu ngelihat kami bertiga.
"Aruna, ya?" tanyanya.
"Mbak Mega?" Gue jalan menghampiri cewek itu, sementara Shannon dan Lily jalan di belakang gue, mengikuti. "Ini, Mbak, temanku yang kureferensikan di chat. Ini Lily, ini Shannon."
Lily dan Shannon mengangguk sopan ke arahnya. Dan gue malah mendapati Mbak Mega memperhatikan kami bertiga atas ke bawah, lalu tersenyum lagi.
"Salam kenal ya. Aku Mega, pemilik Kosan Mega. Yuk, ikut aku," ucapnya.
Kami bertiga jalan mengikutinya. Lily terus menyenggol siku gue, seolah pengen ngomong sesuatu. Dari mata Lily, gue udah bisa membaca pikirannya, Lily pasti nggak senang karena Mbak Mega ngelihatin kami dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai kayak gitu. Gue cuma angkat pundak, lagipula kami sudah bayar DP dan nggak bisa komplain soal beginian.
"Mbak juga tinggal di kosan, ya?" tanya gue, berbasa-basi.
"Iya, biar bisa sekalian ngurus anak kosan yang lain," jawab Mbak Mega, lalu menunduk satu rumah yang dicat warna-warni. Ada palang kecil bertuliskan 'Kosan Mega' di sana. "Itu kosannya. Nggak terlalu dalam, kan?"
Dia orangnya ramah kok, harusnya tidak masalah jika kami harus tinggal bersamanya selama enam bulan ke depan.
Ya, atau itu yang awalnya kami pikirkan.
***
Ini ya, cerita baru yang Chelsea janjiin! Ayooo, Chelsea butuh 2 nama lagi buat yang mau masuk di kosan Mega ahahah.
BTW untuk karakteristik dan profesinya, Chelsea yang nentuin ya!
Rencananya cerita ini akan lebih santai. Alur cerita ini juga belum fix, jadi kelanjutan cerita ini akan tergantung dengan reaksi pembaca ya!
-Chelsea
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN MEGA [GXG]
Random[WARNING!] Cerita ini mengandung Girl x Girl / Lesbian / Yuri dan 18+! Bagi yang belum cukup umur, jangan baca! *** Aruna siap menghadapi masa-masanya menjadi mahasiswi baru di usianya yang ke 17. Bersama dua sahabatnya-Lily dan Shannon-dia pun men...