"Lo ngerasa ada yang aneh nggak sih sama dia?" tanya Lily, begitu gue masuk ke kamarnya usai nganterin Nadya balik ke kampus. Dia bahkan nganterin gue sampe depan gang tadi pake mobil mehongnya.
"Nadya?" tanya gue.
Lily ngangguk.
"Aneh gimana?" tanya Shannon, sambil duduk di sebelah Lily.
"Iya, gue juga nggak ngerasain ada yang aneh sih." Gue nyolek tangan gue di dada Lily, berharap area yang gue colek dengan telunjuk gue adalah bagian sensitifnya.
"Hmm ... nggak ngerti deh, aneh aja," kata Lily, sambil ngejauhin tangan gue. Mood-mood-an nih Lily. Tadi sama Shannon boleh, sekarang sama gue malah gaboleh. "Kayaknya lo jangan terlalu deket-deket sama dia, Na."
Gue yang mendengar itu langsung semangat empat lima. Tangan gue langsung meraba dada Lily dengan lembut. "Utututu. Lily cemburu ya kalau gue punya temen baru?"
Lily ngejauhin tangan gue lagi untuk kedua kalinya. "Kepala lo cemburu. Gue cuma ngerasa ada yang aneh aja sama dia."
"Harusnya sih dia nggak jahat sih. Dari cara dia ngomong, kelihatannya dia ramah," komentar Shannon, tangannya juga sudah maju di atas susu Lily, bikin tangan Lily sibuk banget ngusir dua pendaki gunungnya.
"Masalahnya, dugaan lo biasanya salah." Lily menghela napas. "Yaudahlah, terserah lo pada."
"Oh, udah boleh pegang ya?" tanya gue dan Shannon bersamaan.
"BUKAN! Maksud gue, terserah lo pada mau mikir apa soal Nadya. Yang jelas gue udah ngasih tau."
Yaaaah, ga seru.
"Suka banget kalian megangnya," komentar Lily. "Padahal sendirinya juga punya."
"Beda lhooo rasanya," ucap gue.
Sementara Shannon ngeliatin dada ratanya. "Gue sih ga punya."
"Jangan dibiasain, nanti kalian jadi kayak Mbak Mega," ucap Lily.
Lily nggak tau aja Mbak Mega seliar apa. Ibaratnya, dia cuma tau episode 1 Mbak Mega yang ngelus dan megang, belum lihat chapter berikutnya, ketika Mbak Mega udah masukin kepalanya di dalam baju target dan minum susu langsung di sumbernya. Bahkan, mungkin ada hal lebih yang belum gue sendiri ketahui.
Gue yang ga tahan denger ocehan Lily, akhirnya megang tangan Lily, lalu narik tangannya ke susu gue. Yaudahlah ya, biar sekalian aja Lily ngerasain sendiri. Tangannya yang hangat mendarat di atas susu gue. Lumayan empuk lah seharusnya, mengingat punya gue nggak kecil-kecil amat.
Lily tampak begitu terkejut dan hampir menarik tangannya, tapi langsung gue tahan biar dia bisa lebih lama mencoba sensasinya. Siapa tau kalau dia sudah ngerti, dia bakal biarin gue dan Shannon megang punya dia kapanpun (karena dia memaklumi).
"Na! Lo ngapain sih?!" tanya Lily, masih nyoba buat narik tangannya, tapi tangannya masih terkunci oleh gue.
"Gimana, Ly? Enak ga?" tanya gue. "Mungkin gabakalan seenak punya lo sih, punya gue ga segede punya lo."
Shannon malah gunain kesempatan itu buat ngeraba dada gue dengan pelan. Gue agak merinding karena ngerasain Shannon yang menjamah susu gue dengan lembut dan penuh perhatian.
"Enak juga kok, Na."
Shannon meremas lembut dada gue.
"Eh ... padahal enak lho diremes. Emang nggak enak Ly?" tanya gue sambil noleh ke dia.
Lily tampak diam, mukanya udah meraaaaah banget.
"Gue takut, soalnya enak," jawabnya.
"Gapapalah, kan cuma sama kita-kita doang," hibur gue, nyesatin dia (ofc).
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN MEGA [GXG]
Aléatoire[WARNING!] Cerita ini mengandung Girl x Girl / Lesbian / Yuri dan 18+! Bagi yang belum cukup umur, jangan baca! *** Aruna siap menghadapi masa-masanya menjadi mahasiswi baru di usianya yang ke 17. Bersama dua sahabatnya-Lily dan Shannon-dia pun men...