[CHAPTER 22]

18.2K 1.1K 140
                                    

Jangan-jangan, Kak Mei datang ke Kosan Mega buat mengisi kamar nomor lima yang kosong?!

"Oh, kalian berdua udah saling kenal?" tanya Mbak Mega sembari nutup pintu.

"Iya, Mbak. Kak Mei ini kakak kelasku di kampus," jawab gue seadanya.

Walau gue nggak kenal sepenuhnya, tapi gue sudah berkomitmen untuk menjadi teman penghuni yang baik. Siapa tau dengan menyambutnya hangat seperti ini, sifat Kak Mei yang galak bakalan berangsur-angsur melembut. Itu bisa menjadi nilai plus dan keuntungan juga buat gue.

"Lah, sok kenal. Orang guenya nggak kenal lo," ucap Kak Mei, yang bikin gue tertohok sejadi-jadinya.

"Mei, jangan galak-galak begitu, ih. Masih bocil lho ini." Kak Bella ngebela gue.

Eh? Tunggu! Kenapa Kak Bella kenal sama dia?

"Gaada bocil masuk kampus!" balas Kak Mei dengan pedas.

"Eh ... Kak Mei bukan penghuni baru?" tanya gue.

Kak Mei melotot. "Hah? Gue? Ngekos di sini? Gue mah ogah!"

Gue emang nggak kenal Kak Mei sepenuhnya, gue juga baru sebulan tinggal di kosan ini, tapi ngedengar dia ngomong hal jelek begitu tentang kosan ini, di depan penghuni-penghuni dan Mbak Mega-nya pula, rasanya gue pengen banget ngajak ribut dia.

"Kalau ogah, kenapa masuk ke sini?" tanya Shannon.

"Lah, suka-suka gue lah! Siapa lo? Pemilik kosan? Lah gue—"

"Mei, tolong jaga sikap di kosan kakak ya, atau kakak nggak bakalan bantuin kamu ngurus kosan barumu." Teguran Mbak Mega bikin Kak Mei seketika terdiam. "Aruna, Shannon, ini adikku, Mei. Dia akan nginap di kosan ini selama dua hari, sampai kamar kosannya beres dicat ulang."

"Satu setengah hari," koreksi Kak Mei.

"Terserah, sama aja," jawab Mbak Mega.

Jadi, ternyata, Kak Mei adalah adiknya Mbak Mega! Unexpected banget kan ya!? Maksud gue, Mbak Mega punya sifat mesum nggak ketolongan, sementara adiknya punya sifat galak nggak ketolongan. Pantesan aja kemarin Kak Bella pernah nakut-nakutin gue soal kakak kelas yang galak, ternyata dia lagi ngomongin soal Kak Mei, toh!

Mbak Mega baru saja membeli sebuah rumah untuk membangun bisnis kos-kosan keduanya. Namun menurut ceritanya orang yang bakalan ngurusin kosan itu adalah Kak Mei. Di sini, gue dilanda kegalauan yang sangat, harus punya ibu kosan yang mesum atau ibu kosan yang galak.

Nggak lama kemudian, Kak Aira pulang. Dia juga ternyata ngenalin Kak Mei.

"Oh! Tumben Mei nginap!" ucap Kak Aira.

"Kosan barunya lagi mau dicat ulang, sama ngecek atapnya bocor atau enggak," jawab Mbak Mega dengan santuy, karena sepertinya dia memang sudah pernah membahas tentang pembelian kos kedua kepada anak-anak kosan lain.

"Udah terkenal ya lo sekarang," ucap Kak Mei dengan nada mengintimidasi, tapi ternyata Kak Aira balesinnya dengan santuy banget.

"Hehehehe, iya dong! Mei cepetan deh kelarin skripsinya, kalau ada job model, nanti aku rekomenin kamu," sahut Kak Aira dengan riang.

Kak Aira mengucapkan itu tanpa tahu menahu tentang sensitivitas seorang manusia normal ketika sedang disenggol masalah skripsinya yang belum selesai. Gue udah ngerasain aura Kak Mei yang suram dan ingin menghancurkan dunia. Tapi kayaknya Kak Aira santuy-santuy aja soal itu.

Nggak lama kemudian, Lily juga pulang. Kelihatannya capek banget. Mukanya kayak mau makan orang hidup-hidup. Lily waktu ngelihat keberadaan Kak Mei juga B aja. Dia pasti juga mikir hal yang sama kayak gue—kalau Kak Mei adalah penghuni baru untuk kamar nomor lima—karena itu Lily cuma salam singkat memperkenalkan diri sebagai penghuni kamar nomor dua.

KOSAN MEGA [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang