TUMBUH DENGAN LUKA

65 2 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Haii gimana kabarnya? Baik, Alhamdulillah, semangat untuk hari ini oke?

Akhirnya setelah sekian lama saya bisa nyempetin waktu buat update, maaf ya lagi sibuk banget jadi kadang lama update.

Siapa disini yang kangen banget sama kala, Aruna dan teman" yang lain? Pastinya kangen yaa.

Okee tanpa menunggu lama-lama lagi yuk cus langsung baca.











Ambil baiknya buang buruknya










                   HAPPY READING 🌼

"Maafkan bunda kala, karena bunda tumbuh dengan luka."

•[Adira Felicia Damaris]

Seusai pulang dari rumah sakit,kala langsung pulang kerumah, entahlah kala pikir tempat tinggalnya itu bukanlah sebuah rumah. Ia tak begitu mengerti definisi sebuah rumah itu seperti apa, karena sedari kecil kala bertumbuh dengan banyak luka dan kebencian dari bundanya.

1 Minggu setelah pertengkaran yang hebat antara bunda dan Nala, Nala harus di larikan ke rumah sakit karena demam yang tinggi dan membuat sang bunda yang saat itu berada di luar kota dan yang lain panik. Tapi untungnya saat ini pamannya, Pradipta ada untuk menjaga Nala jadi kala ingin istirahat sebentar di rumah.

Kala melangkahkan kakinya menuju kamarnya, karena tidak ada orang di rumah. Sunyi, adalah hal yang biasa di rumah ini. Kala hanya bisa menghela nafasnya, dan menidurkan tubuhnya di kasur. Ingin mengistirahatkan tubuhnya saat ini.

Nada dering dari benda persegi panjang itu pun menghilangkan rasa kantuk kala, dengan cepat kala mengangkat panggilan telepon dari sang bunda.

"Hal-"

"Gimana Nala? Udah sembuh?" Ujar Adira di seberang sana

"Belum Bun." Ujar kala pelan

"Ini semua gara-gara kamu"

"Nala ngga akan sakit kalau kamu ngga jahat kala" ujar sang bunda

Kala menahan air matanya agar tidak jatuh, "kala minta maaf bunda.."

"Kala ngga sengaja bikin Nala luka, kala ngga pernah mau ngelukain siapa-siapa"

"Kala harus gimana biar kala bisa dimaafin sama bunda?"

"Nala juga ngga akan kesusahan kalau kamu ngga buat Nala sakit"

"Segitunya kamu sama Nala, kala"

"Egois"

"Ngga punya simpati."

"M-maaf bun-"

Dewasa itu menyakitkan ya.
Dugaanku waktu kecil tentang enaknya menjadi dewasa ternyata salah besar.

Banyak tuntutan yang harus di tuntaskan.
Jatuh yang harus di paksa bangkit.
Sakit dan sesak, hanya diri sendiri yang tahu.
Lelah yang dipaksa kuat.

Kata orang, "Capek banget jadi dewasa, mau balik ke masa kecil lagi."

Tapi bagaimana denganku?
Masa kecilku tak seindah kalian.
Rasa takut masih ku genggam nyaman hingga kini. Lantas, masa apa yang harus ku ulang untuk menghindari dewasa ini?

Tut!

Belum selesai kala berbicara sambungan telepon itu terputus.

Air mata yang di tahan itu pun luluh juga dan membasahi pipinya kala. Kala hanya bisa memeluk tubuhnya sendiri.

JOGJA SENJA KAMU & KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang