AKHIRNYA TAU

27 1 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Halo semuanya bagaimana kabarnya? Baik, Alhamdulillah...

Maaf ya lama ngga update, soalnya sibuk sama praktikum (alias PKL) mwehehehheheehe. Jadi karena saya selalu pulangnya sore banget dan pastinya cape jadi kalo nulis ya ngga ada tenaga dan pikiran amburadul.

Selamat membaca 💙




Ambil baiknya buang buruknya



                 HAPPY READING 🌼



Aku segumpal darah yang telah di ciptakan. Selalu menutup telinga agar tidak mendengar suara-suara dari mereka yang lebih mengerikan dari auman singa rasa takut masih bersemayam dalam raga dan jiwa.

Sakit tuhan,
Aku hanya perlu jeda untuk mengistirahatkan jiwa namun aku salah bahwasanya bumi tetap berputar meski hidupku hancur berantakan.

Biarkan jiwaku tenang tuhan meski hanya sebentar izinkan ragaku untuk singgah janji tidak akan lama tuhan sebelum melanjutkan perjalanan.

••[Kanala Aditya Maheswara]










Setelah Mengurus administrasi kanala karena hari ini kontrol, Pradipta melihat siluet kala disana. Pradipta heran bukankah kala di rumah saat ini. Lalu ada masalah apa ke rumah sakit?

Pradipta lalu melirik koridor tempatnya berdiri sekarang, terlihat sepi karena bukan jalur ruang inap. Dari sini ia yakin jika Kala itu sudah membuat janji khusus dengan dokter di dalam ruangan. Dengan perlahan Pradipta mendekatkan badan menuju pintu putih bertuliskan dr. Bima Satria disana. Merasa cemas dan khawatir secara bersamaan.

"Keadaan mu memburuk," Napas Pradipta tiba-tiba terasa tercekat. Keponakannya sakit?, Sakit apa?, Dia tak pernah tahu jika orang yang paling Ceria dan sabarnya di keluarganya itu sakit.

"Aku telah mendapatkan hasil terbaru dari pemeriksaan labor mu kemarin. Sel kankernya berkembang, ini bukan Leukemia jenis kronis atau cronic myeloctic leukemia (CML) yang bisa sembuh dengan obat atau pil imatinib yang mampu mengontrol produksi darah di limfa seperti kemarin yang aku resepkan."

Suara dokter di dalam seakan menggema di tempat sepi Pradipta berdiri sekarang. Tanpa sadar kedua tangan pemuda itu sudah naik ke atas, menuju mulutnya dan menutup mulutnya yang terbuka saking terkejutnya.

"Ternyata ini jenis Leukemia akut atau acute lymphoblastic leukemia (ALL), salah satu tipe kanker darah yang berbahaya dan pengobatannya tidak bisa hanya dengan melalui obat, tetapi harus dengan kemoterapi dan kamu harus di rawat di ruang steril agar tidak terinfeksi penyakit lain. Terlebih pasien dengan tipe ALL ini amat mudah terinfeksi penyakit lain dan mengalami pendarahan otak, tapi setidaknya kita bisa mencegahnya untuk berkembang terlalu cepat."

Batin Pradipta mencelos mendengar kalimat lanjutan sang dokter, membuat air matanya jatuh tanpa. diminta. Terasa sesak di dadanya saat mendengar vonis penyakit Haikala itu "Aku akan membuatkan jadwal kemoterapi untuk mu, berjanjilah kamu akan datang dengan orang tua mu,"

Kenapa?, Kenapa kala tak memberi tahu mereka?, Apa alasannya?. Apa kala tak menganggap mereka keluarga?, Apa anak itu tak takut mendengar kabar buruk itu sendirian?, Sial kepalanya serasa ingin pecah jika memikirkan semua hal itu.

"Kala, kamu sadar nggak sih ini bukan penyakit ringan?," "Kita tidak boleh terlambat..."

" Jangan sekarang dulu dok," Napas Pradipta semakin memberat ketika mendengar suara haikala yang seakan tegar, dia tak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang.

"Aku pernah mendengar tentang kemoterapi, katanya itu sakit," Walau samar tapi Pradipta masih bisa mendengar ucapan kala karena keadaan yang sepi, seakan situasi sedang berpihak padanya.

"sebentar lagi akhir tahun.." terdengar jeda dari kalimat Haikala.

"Adiku bilang kami akan ke pergi ke pantai, berikan saja kala obat agar bisa bertahan sampai akhir tahun ini, setelah itu kala janji akan melakukan kemoterapi,"

"Tapi kala...."

"Kami belum pernah liburan keluarga," Pradipta dapat dengan jelas mendengar harapan kuat dari suara kala barusan.

"Kala mohon dok, kala ingin pergi dengan mereka,"

Kalimat itu berhasil membuat tangis Pradipta kembali pecah, menuruni pipi tirusnya seakan sungai deras. "Baiklah, jangan pernah melalaikan obat mu dan juga kesehatan serta daya tahan mu. Percayalah pada ku kala, ini akan jauh lebih sakit dari pada sebelumnya."

Bahkan walau Pradipta bisa mendengar kalimat itu dia hanya bisa menggeleng tak percaya.

Dia sungguh tak percaya dan siap menyangkal semua kalimat dokter itu. Dia tak percaya jika keponakan tersayangnya itu sakit. Kala selalu tersenyum, dia anak yang ceria, tak mungkin pemuda itu sakit.

Itu pasti bohong. Iyakan?, Ini semua pasti bohong. Siapa pun tolong katakan pada Pradipta, jika semua hal ini bohong!.

Keponakannya pasti sedang menjahilinya, apalagi ketika mengingat seminggu lagi ulang tahun adiknya kanala. Pasti Pradipta sengaja ingin membuatnya terpancing dan memberi tahu kanala, sehingga prank-nya itu sukses.

Iya Pradipta yakin itu. Pradipta bersembunyi di sebalik tanaman hias berdaun lebar yang berada di sudut koridor, melihat punggung kala yang baru saja pergi dari ruangan itu sambil menunduk. Sedikit ragu mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan tempat kala tadi membukanya masih dengan wajah beceknya akibat air mata yang tak tertarik untuk disekanya.

Duduk berhadap-hadapan dengan seorang pria yang juga tampak heran.

"Apa yang terjadi padanya?," Tanya Pradipta langsung, membuat dokter itu mengernyit tak paham.

"Apa maksud mu?, Dan siapa kamu, Maaf tapi kamu tak bisa asal masuk dan harus membuat jan-,"

"Aku Pradipta Maheswara, paman dari Haikal Vena Maheswara. Kala , tolong beritahu aku, kalian pasti sedang bekerjasama menipuku kan?, Iya kan?!," Tanya Pradipta dengan air mata yang kembali mengalir.Sementara sang dokter hanya diam.

dia menguping?, Atau bagaimana?. Intinya dokter bima gusar, tak pernah ada pemikiran di benaknya untuk membuat keluarga pasien mengetahui keadaan pasien dengan cara seperti ini.

"Tidak mungkin kala sakit seperti itu!, Pasti tesnya keliru, Aku yakin itu, tolong.." pekik Pradipta namun kembali menelan sambil mengatupkan tangan di depan dada dan dengan derai air mata.

"Tolong ulangi tes itu," Pradipta menatap mata dokter bima dengan linangan air mata, seakan meminta belas kasih dari orang di depannya ini.

"tes itu pasti salah, dia kala yang ceria, dia juga sangat sehat bahkan dia juga sangat sabar, ku mohon jangan berbohong...," Isak tangis Pradipta tak dapat membohongi siapapun. Semua orang pasti tahu jika pemuda di depannya ini sangat terpukul atas kabar itu.

"Maaf, tapi hasil itu sudah tepat..."

tampak menyesal dokter bima sakti
mengucapkan kalimat yang kembali membuat Pradipta menangis. Pradipta tiba-tiba menatap bima cepat dengan isakan yang seketika ikut hilang "

Dia akan sembuhkan?, kala ku akan sembuh kan?," Harapan tampak muncul di wajah Pradipta.

Sedikit ragu, bima hanya memilih diam dan memutuskan untuk tidak menjawab, karena jawaban pasti bukan di tangannya, tapi di tangan tuhan.

"Aku tidak bisa mengatakannya. Itu tergantung dari kesehatan dan kondisi dari tubuhnya.

"Maaf tapi aku tidak bisa memastikan apakah kala akan sembuh...."

Sesak, itu yang di rasakan Pradipta. Mendengar hal itu sekan dunianya berhenti, "kak cukup kamu saja yang pergi tolong jangan bawa kala pergi juga" batin Pradipta









TBC






Bagaimana untuk bab ini apakah seru? Mohon di maafkan jika ada yang typo ya ges yaa. Selamat membaca dan jangan lupa BINTANGMU SEMANGATKU GUYS JANGAN LUPA DI TEKAN TOMBOL BINTANGNYAA DI SHARE CERITA SAYA KE TEMAN-TEMAN YA BIAR PADA IKUTAN BACA DAN RAMEIN JUGA ✨

JOGJA SENJA KAMU & KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang