RASA SAKIT TAK TERUKUR

29 1 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Haii semuanya! Bagiamana kabarnya? Baik, Alhamdulillah...maaf yaa update nya bakalan saya usahakan ngga lama" mohon bersabar semuanya dan jangan lupa untuk vote and share sebanyak-banyaknya biar author bisa semangat lagi tentunya.









Ambil baiknya buang buruknya.











               HAPPY READING 🌼




"Kelak kamu akan menyadari bahwa ada satu hal yang tidak bisa di ulang atau kembali meskipun kamu meminta maaf dan menyesalinya berkali-kali."

•[Arjuna Aryes Maheswara]














"Baru pulang, kala?"

Haikala baru sampai di rumah tatkala suara Bunda terdengar menyambut dari belakang. Haikala tiba- tiba membalikkan badan, mendapati Bunda yang tengah memapah kanala berjalan.

Dengan cepat, haikala langsung mendekat untuk membantu Bunda memapah nala. "Biar kala bantu, Bun."

"Habis dari mana aja kala?" tanya Bunda sambil memandangi haikala yang berdiri di sisi lain di samping nala.

Sebelah tangannya juga menggaruk tengkuk kebingungan sesaat. Bunda belum tentu memahami bila mendengar alasan yang haikala berikan. Ditambah lagi, haikala sampai lupa menjemput juna dari sekolahan. Saat dia datang tadi, Juna sudah tidak ada lagi di sana.

Sebelumnya, haikala menemani deandra sampai lupa waktu. Saat deandra berkata, ia lebih nyaman sendiri, haikala memilih untuk tetap tidak meninggalkannya pergi. Haikala memang hanya mengikuti dari belakang, memandang dari jarak diam-diam, memastikan deandra pulang dengan aman tanpa embel-embel menikmati dirinya sendiri lagi seperti yang biasa ia lakukan.

mereka memang teman dekat dan berteman baik, Haikala juga sempat menemani deandra memergoki kejadian seperti tadi. Ia malah ingat kenangan dulu Saat itu saat sabiru masih ada. Arthan yang akan menenangkan Sabiru yang kacau, lalu mereka akan saling menguatkan satu sama lain tanpa saling menyalahkan.

Arthan butuh sabiru butuh haikala, lalu hadirnya juga membagi jarak di antara kedua manusia yang sudah sejak lama membagi aman dan nyaman sejak haikala dan sabiru masih terlalu muda untuk mengenal dunia. Sekarang, sabiru sudah tiada, arthan benar-benar kehilangan rumahnya. Bagaimana bisa haikala meninggalkannya juga?

Maaf, Bunda. Kala habis... kerja kelompok dadakan."

"Bun, nala bisa jalan sendiri. Nggak perlu dipapah begini," ujar kanala menyela di tengah-tengah keduanya.

Bunda menggelengkan kepalanya."Nanti kalau Nala jatuh lagi gimana? Kalau nala masih lemes gimana?"

"Kalau nala masih lemas Dokter nggak akan izinin pulang, Bun. Nala udah baik-baik aja," ujar Nala sambil mengusap tangan Bunda, namun Bunda tetap tidak mendengarkan.

"Biar Bunda sama kala papah dulu ke kamar. Setelah Abang istirahat cukup, baru Bunda izinin Abang beraktivitas kayak biasa lagi sendiri," kata Bunda mutlak. "Kala, juna gimana? Udah kamu jemput kan dari sekolahan?"

Haikala membuka matanya sedikit lebih lebar. "Loh, bukannya... Bunda yang jemput ya?"

Bunda mengerutkan kening. "Bunda kan jemput nala di rumah sakit, kala. Gimana bisa Bunda yang jemput?" Mata Bunda membelalak kemudian. "Jangan bilang, kamu terlantarin adik kamu gitu aja di sekolahnya?"

Haikala menundukkan kepala, merasa Bunda akan segera mengamuk lagi karena kelalaiannya sendiri. Nala ikut memandanginya khawatir.

"Juna udah sama saya, adira. Jangan marahin haikala."

JOGJA SENJA KAMU & KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang