Bab 6

157 19 0
                                    

☁️☁️☁️

Keesokan harinya, Oki bangun dengan tekad untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Indra. Namun, ia tahu bahwa mendesak Indra bukanlah cara yang tepat. Dia harus menunggu momen yang pas untuk berbicara, saat Indra merasa cukup nyaman untuk terbuka.

Hari itu berjalan normal seperti biasa. Mereka semua sibuk dengan kegiatan masing-masing, mencoba menuntaskan tugas dan uas. Indra terlihat lebih ceria dari biasanya, mungkin karena malam sebelumnya yang penuh tawa dan kebersamaan.

Di kampus, mereka bertemu di kantin saat jam makan siang. Indra, Oki, Bene, dan Boris duduk bersama, menikmati makanan mereka sambil bercanda tentang kejadian-kejadian lucu di kelas.

"Jadi, kau benar-benar bilang ke dosen kalau tugasmu tertelan anjing?" tanya Boris sambil tertawa.

Bene mengangguk dengan wajah serius. "Iya, terus dia cuma ketawa dan bilang 'kreatif juga kau, Ben'."

Tawa mereka meledak. Suasana ringan itu membuat Oki merasa lega sedikit, tetapi ia tetap tidak bisa mengabaikan kekhawatirannya terhadap Indra.

Setelah kuliah selesai, mereka kembali ke rumah kontrakan. Malam itu, mereka memutuskan untuk menonton film bersama di ruang tamu. Sambil menonton, Oki sesekali melirik ke arah Indra, mencari tanda-tanda kegelisahan. Namun, Indra tampak menikmati film dan tertawa bersama mereka.

Setelah film selesai, satu per satu dari mereka mulai beranjak ke kamar masing-masing. Indra berpamitan dan masuk ke kamarnya lebih awal. Oki melihat ini sebagai kesempatan. Ia memutuskan untuk menunggu beberapa saat sebelum pergi ke kamar Indra.

Oki mengetuk pintu kamar Indra pelan. "Nda, boleh aku masuk?"

Ada jeda sejenak sebelum Indra menjawab, "Boleh, masuk aja."

Oki masuk dan duduk di kursi dekat tempat tidur Indra. "Nda, aku mau ngomong sesuatu. Aku perhatiin akhir-akhir ini kau kayaknya ada yang dipikirin."

Indra mengalihkan pandangan, menghindari tatapan Oki. "Enggak, aku gpp, Ki."

Oki mendesah. "Nda, kita udah sahabatan lama. Aku bisa lihat kalau ada yang mengganggumu. Kalau kau nggak mau cerita sekarang, nggak apa-apa."

Indra terdiam sejenak, lalu berusaha tersenyum. "Beneran, Ki. Aku cuma capek aja akhir-akhir ini. Tugas kuliah lagi numpuk, sama mau ujian jg kan."

Oki menatapnya, mencoba mencari tanda-tanda lebih lanjut. Namun, Indra tetap mempertahankan ekspresi santainya. "Yaudah kalau kau bilang begitu. Tapi ingat, kami di sini buat kau," kata Oki dengan nada mengalah.

Indra mengangguk dan tersenyum kecil. "Iyaa, makasih, Ki."

Setelah beberapa saat, Oki memutuskan untuk tidak mendesak lebih lanjut. "Ya udah, istirahat lah. Besok kita banyak kegiatan lagi."

"Siap, Ki. Selamat malam," jawab Indra.

Oki meninggalkan kamar Indra dengan perasaan campur aduk. Ia masih merasa ada sesuatu yang disembunyikan sahabatnya, tetapi memutuskan untuk tidak memaksanya. Mungkin nanti, pikirnya, saat Indra siap, ia akan berbicara.

---

Hari-hari berikutnya berjalan lebih baik. Indra mulai merasa lebih nyaman dan berusaha lebih keras untuk terlihat ceria di depan sahabat-sahabatnya. Mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama, menciptakan kenangan-kenangan baru yang menyenangkan.

Tetapi, rasa panik yang dialaminya tetap tidak hilang, terkadang menyerangnya di tengah tidur lelapnya. Yang ia bisa lakukan hanya menunggu sampai rasa sakit itu hilang dengan sendirinya, lalu ia kembali tidur, seolah tidak terjadi apa-apa.

Suatu malam, ketika mereka semua sedang berkumpul di ruang tamu, Boris tiba-tiba mengajukan ide. "Gimana kalau kita liburan bareng? Camping gitu. Cuma seminggu, tapi bisa refreshing. Mumpung bentar lagi libur semester nih."

Oki dan Bene langsung setuju. Indra, meskipun agak ragu, akhirnya ikut bersemangat. "Boleh juga, kapan mau berangkat?"

Mereka pun mulai merencanakan camping bersama, mencari lokasi camping yang bagus dan nyaman. Rencana liburan ini memberi mereka semangat baru, mengalihkan perhatian dari semua beban dan kesulitan yang mereka hadapi.

"Setelah minggu ini, kan udah selesai semua uas nya, kita bisa berangkat. Aku tahu tempat bagus di pegunungan yang nggak terlalu jauh dari sini," kata Oki dengan antusias.

Indra merasa sedikit lega. Mungkin liburan ini bisa membantu menghilangkan 'sakit' yang ia rasakan.

---

Bersambung~

4 kehidupan 1 duniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang