Bab 10

169 23 2
                                    

Karena sudah larut malam, Oki beranjak masuk ke dalam tenda. Dia tidur di ujung, sementara Boris di ujung satunya, Bene dan Indra berada di tengah dengan posisi Bene di samping Boris. Saat Oki baru saja berbaring, dia mendengar sesuatu.

Indra

Indra terbangun, duduk dengan napas yang terengah-engah. Dia memegang dadanya yang terasa nyeri, mengelap keringat dingin yang bercucuran di wajahnya, dan menghapus air mata yang mengalir tanpa henti. Tidak menyadari keberadaan Oki yang memperhatikannya dengan cemas.

Oki melihatnya dan khawatir. Dengan hati-hati agar tidak membangunkan yang lain, Oki mendekati Indra dan berusaha menenangkannya. "Nda," bisik Oki dengan lembut, tidak ingin membuat keributan. Oki mengelus punggung Indra dengan penuh kepedulian, merasakan setiap tarikan napas yang berat dari sahabatnya.

Indra berusaha menahan rasa sakit yang menyerangnya. Dia secara sadar tak sadar meraih tangan Oki dengan kekuatan yang tersisa, menggenggamnya erat seolah mencari pegangan di tengah derita yang melanda. Oki terkejut merasakan genggaman itu, dalam hatinya dia bertanya

Sesakit itukah, nda?

Dengan penuh kasih kekhawatiran, Oki memeluk Indra, mengelus punggungnya, memberikan rasa aman yang sangat dibutuhkan. Perlahan, napas Indra mulai stabil, detak jantungnya yang awalnya kacau kini kembali teratur. Indra merasa sedikit tenang, tubuhnya mulai merespon sentuhan dan pelukan Oki.

Seiring waktu, Indra semakin tenang, hingga akhirnya tertidur dalam pelukan sahabatnya. Oki merebahkan Indra perlahan, memastikan dia tidak terganggu. Melihat sahabatnya bisa kembali tenang, Oki pun merasa lega.

Namun dia tidak bisa menahan air mata yang jatuh. Rasa sakit melihat sahabatnya menderita begitu nyata di hatinya. Perasaan bersalah dan kekhawatiran bercampur aduk.

~~~

Pagi keempat di perkemahan tiba dengan udara segar yang dipenuhi aroma embun pagi. Oki terbangun lebih awal dari biasanya. Pikiran tentang Indra yang masih mengganggu tidurnya. Dia keluar dari tenda dengan hati-hati agar tidak membangunkan yang lain. Suara burung berkicau dan daun yang bergesekan tertiup angin menyambutnya, membawa sedikit kedamaian.

Saat Oki sedang menikmati keindahan pagi itu, Bene keluar dari tenda dengan rambut yang masih acak-acakan. "Pagi, Ki," katanya sambil menguap. "Kau bangun lebih awal hari ini."

"Pagi, Ben. Iya, aku nggak bisa tidur" jawab Oki dengan senyum tipis.

"Kau kek capek gitu ki. Semalam tidur nyenyak nggak?" tanya Bene dengan nada cemas.

Oki menggeleng pelan. "nggak apa-apa, Ben. Aku baik-baik saja."

Tak lama kemudian, Boris dan Indra juga bangun. Indra terlihat lebih baik pagi itu, meskipun wajahnya masih menunjukkan sedikit kelelahan. Mereka semua berkumpul untuk sarapan, menikmati roti bakar dan kopi panas yang disiapkan Oki.

Setelah sarapan, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar perkemahan. Mereka menjelajahi hutan kecil di dekatnya, menikmati udara segar dan pemandangan yang indah. Sepanjang perjalanan, mereka terus bercanda dan tertawa.

oki dari tadi memperhatikan gerak gerik indra, oki bingung. mengapa seolah olah tidak terjadi apa apa pada indra, apa indra tidak ingat yg semalam, apa indra tidak ingat jika oki menenangkan dia saat kejadian itu.

disisi lain, indra pun merasa diperhatikan oleh oki, sebenarnya indra juga bingung. indra sudah terbiasa jika malam terkadang sesak dia kambuh, indra menenangkan dirinya sendiri lalu tertidur dan melupakan semuanya seolah tdk terjadi apa apa.

tetapi semalam samar samar indra merasa bahwa oki ada disamping dia, indra merasa tdk sendirian. dia tidak bisa membedakan itu hanya mimpi atau kenyataan, pikiran dan fisik dia kacau, tidak bisa berfikir jernih saat sesaknya kambuh.

dia terbiasa bersikap baik baik saja

ketika indra dan oki berkutat dengan pikirannya masing masing, mereka sampai di bukit dengan pemandangan danau yg indah. mereka melihat keindahan danau dari atas bukit, menikmati sejuknya angin yg meniup rambut 4 pemuda itu dengan lembut.

Di tengah keheningan dan kecantikan alam, Oki memutuskan untuk berbicara. "nda, kau gapapa?"

Indra menatap Oki dengan sedikit bingung. "gapapa ki, kenapa tiba tiba kau nanya kek gitu?"

"gapapa nanya aja" oki menghela nafasnya, dia bingung ingin memulai darimana

oki mengalihkan pikirannya tentang indra, mencoba menikmati suasana bersama sahabat sahabatnya. bene mengeluarkan snack dari tasnya, dan mereka berempat duduk bersantai dibukit itu.

setelah beberapa saat bersantai disana, mereka pun akan kembali ke tenda. dalam perjalanan pulang oki memutuskan berjalan berdampingan dengan indra di belakang, boris dan bene didepan memimpin jalan.

Oki mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Tadi malam, kau kenapa?"

indra sedikit terkejut mendengarnya
"apanya yg kenapa ki?" tanya indra berpura pura tidak tahu

oki pun menjawab "kau ga inget semalem? kau kebangun nda terus kayak sesak nafas gitu dan sakit, kau ga ngerasa?" ucap oki pelan

indra terdiam sejenak "gapapa aku ki, kau mimpi mungkin" ucap indra. dalam hati dia ingin sekali menceritakan semuanya, meluapkan semuanya disini. tetapi, seperti biasa... mulut dia seperti tertahan dan memilih kata yang sebaliknya dari yang dia rasakan. dia tidak pernah bercerita pada siapapun.

indra tau. tidak semua yang bisa dia pendam, suatu saat itu semua akan meledak karena sudah menumpuk begitu banyaknya

"tapi nda, yang kemaren itu kurasa.."

"jalan lebih cepat yuk ki, bene sama boris jauh tu didepan" ucap indra memotong pembicaraan oki

~~~

Malam itu, saat semua tertidur, Oki terjaga. Dia menunggu dalam keheningan, menunggu sesuatu yang tidak ia harapkan. Tapi sekitar tengah malam, Indra terbangun lagi, kali ini bukan karena sesaknya. Dia memang tidak bisa tidur karena merasa selalu diawasi oleh Oki. Indra menatap Oki.

"Oki," panggil Indra.

Oki dengan wajah bingungnya menjawab "Iya, nda? Kau kok bangun?"

indra bangun dan duduk menghadap oki "Gimana bisa tidur aku diawasi sama kau udah kek tahanan" ucap indra sedikit kesal

Oki terdiam. "Aku cuman jaga malam kok, Nda."

indra tau oki sedang berbohong. Indra menghela napasnya.
"Ki, tidur ya. Jangan begadang. Nggak ada yang perlu kau tunggu, aku gapapa. Kau nggak perlu khawatir. Nanti kau sakit kalau begadang."

oki sedikit terkejut. Oki yang mendengar itu pun menurutinya. Kata-kata Indra yang tenang dan lembut sedikit menenangkan Oki agar tidak terlalu khawatir. Meski begitu, Oki tetap merasa ada sesuatu yang belum terungkap. indra bisa langsung tau apa yg ada dipikirannya, tetapi oki susah sekali menebak pikiran indra. untuk saat ini, dia memilih untuk percaya pada Indra dan berusaha untuk tidur.

~~~

bersambung ~

4 kehidupan 1 duniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang