Bab 19

202 30 6
                                    

Boris membuka gorden rumah sakit, membiarkan matahari masuk menyinari seisi ruangan. Bene dan Oki terbangun melihat cahaya yang menyilaukan matanya. sedangkan Indra? dia masih tidur, mungkin badan dia masih butuh istirahat lebih, Boris membiarkan hal itu.

Boris berjalan menuju Bene dan Oki "Kalian pulang dulu. Makan, mandi, beres rumah, aku mandi disini aja, bawakan aku baju juga ya"

Bene mengangguk sambil mengusap wajahnya yang masih setengah mengantuk. Oki bangkit dari tempat tidurnya dengan enggan, merenggangkan otot-otot yang terasa kaku.

Bene sambil menghela napas. "Tapi kalau ada apa-apa, langsung kabarin ya."

Boris mengangguk. "Tenang aja, aku yang jaga di sini."

Oki dan Bene melangkah keluar ruangan, meninggalkan Boris sendiri dengan Indra yang masih terlelap. Boris menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur Indra.

Boris menatap Indra yang masih tertidur lelap di ranjang rumah sakit. Wajah Indra terlihat pucat, menunjukkan betapa lelah dan terganggunya kesehatannya saat ini. Boris tahu bahwa ini semua terjadi karena Indra terlalu memaksakan diri, ingin melakukan semuanya sendiri karena tidak mau menyusahkan orang lain dan sering mengabaikan kesehatannya, terutama soal makan.

Sambil menunggu Bene dan Oki kembali, Boris mengambil segelas air dari meja samping dan duduk di kursi dekat ranjang.

Beberapa saat kemudian, Indra mulai bergerak pelan, membuka matanya yang masih berat. Boris tersenyum, mencoba memberi semangat. "gimana rasanya sekarang?"

Indra mengerjapkan mata, mencoba beradaptasi dengan cahaya yang masuk dari jendela. "udah baikan kok" gumamnya pelan.

Boris mengangguk pelan. "aku panggilkan dokter ya"

Indra tersenyum lemah. "Iya"

"Bene sama Oki pulang sebentar, nanti mereka balik lagi" kata Boris sambil berjalan keluar ruangan.

Indra hanya mengangguk. Tak lama boris datang bersama dokter untuk mengecek keadaan indra.

"ini sudah mulai membaik kondisinya, tapi gak bisa pulang sekarang ya. besok kalau kondisi kamu semakin membaik baru boleh pulang" ucap dokter dengan lembut

suster masuk kedalam sambil membawa sarapan untuk indra. dokter menyuruhnya untuk sarapan "kamu sarapan dulu terus minum obat ya, saya tinggal dulu".

ketika dokter dan suster keluar, ternyata ada surya yang sedari tadi menunggu di pintu.

Surya pun masuk ke ruangan rumah sakit, dia melihat Indra yang sedang bersiap-siap untuk sarapan. Di meja kecil di samping tempat tidurnya, ada nampan berisi bubur, segelas air putih, dan beberapa potong roti.

Indra menoleh saat melihat surya diambang pintu. indra tersenyum tipis "bang surya kok tau aku disini" tanya dia dengan suara lemah, tapi ada nada hangat di sana.

Surya membalas senyuman itu, meski raut wajahnya tetap serius. "dikasi tau vincent. Gimana rasanya sekarang?"

Indra mengangkat bahu pelan. "udah baikan, lemas dikit doang, besok boleh pulang kayaknya"

Boris, yang sejak tadi duduk di samping tempat tidur, memandangi Surya dengan tatapan waspada, tapi tidak berkata apa-apa. Dia hanya menunggu bagaimana percakapan ini akan berkembang.

Surya mendekati ranjang dan melihat makanan yang sudah disiapkan. "Sudah siap buat sarapan? makan pelan-pelan da, dihabisin" katanya, mencoba mengingatkan Indra dengan nada yang lebih tenang. surya duduk di sofa ruangan.

Indra mengangguk. "Iyaa."

Boris, meski tidak terlalu senang dengan kehadiran Surya, mencoba menahan diri untuk tidak menimbulkan ketegangan di depan Indra. "Aku ambilin sendoknya," katanya, mengambil sendok dari nampan dan memberikannya kepada Indra.

4 kehidupan 1 duniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang