"Bang Surya?" tanya Boris dengan alis terangkat. "Siapa dia, Nda?"
Indra seakan ragu untuk bercerita. "Bang Surya... dia alumni kampus kita, dia fakultas ekonomi juga sama kayak aku. Dia sering bantu-bantu aku kalau ada tugas atau mau jajan dia juga sering traktir aku."
Oki menatap Indra dengan pandangan tajam. "Kok bisa kau akrab sama dia, kau tau kalau dia anggota geng motor?"
"Enggak lah, dia orangnya baik, aku mana tau kalau dia geng motor," bela Indra.
Flashback On
Suatu hari, Indra sedang makan siang sendirian di kantin kampus. Selesai makan siang, dia hendak membayarnya ke kasir, tetapi ternyata dia tidak membawa dompet.
"Duuh bu, kayaknya dompet saya ketinggalan di rumah deh. Ngutang dulu boleh ya?" ucap Indra.
"Yaelah dek, masa ngutang sih. Duit di kantong lu ga ada gitu, berapa kek," kata ibu kantin tersebut.
"Yah, bu, beneran ga ada. Saya janji bakalan bayar besok kok," mohon Indra.
Tiba-tiba, ada seorang pria yang datang ke kasir dan menyerahkan uang 50 ribuan. "Bu, saya mau bayar punya saya sama dia ya."
"Siap, nih kembaliannya, total 46 ribu sama dia ya," ibu kantin menyerahkan uang 4 ribu ke pria itu.
"Oke bu, makasi ya," ucap pria itu lalu pergi begitu saja.
"Eh, bang... permisi... bang," panggil Indra.
Pria itu berhenti dan menoleh ke arah Indra. "Kenapa?"
"Itu, anu, makasih ya udah bayarin tadi, besok saya ganti ya bang, abang besok siang ke sini lagi gak?" ucap Indra.
"Iya, gw ke sini lagi besok. Lu lagi ngerjain tugas kan?" tanya dia.
"Iya, kok abang tau?" kata Indra penasaran.
"Tuh, tugas lu jatuh semua noh."
Indra menoleh ke arah meja yang dia tempati tadi. Seketika, Indra buru-buru memberesi tugas-tugasnya yang jatuh bertebaran terkena angin. Pria itu yang melihatnya juga ikut membantunya.
"Makasi ya bang, jadi ngerepotin lagi," ucap Indra sembari duduk merapikan tugasnya.
Pria itu hanya tertawa kecil melihat Indra.
"Kenapa bang?"
Pria tersebut duduk berhadapan dengan Indra. "Lu tuh ceroboh banget, dompet ketinggalan, tugas jatuh semua, tuh sekarang baju lu kena tinta pulpen."
"Eh? Yah jadi kotor, baru juga dipake sekali," keluh Indra.
Pria itu tersenyum tipis melihatnya. "Lu lagi ngerjain tugas apa? Sini gw bantu."
"Ga usah bang, udah selesai kok. Ehm, abang fakultas ekonomi juga?" tanya Indra penasaran.
"Iya dulu, gw dah lulus."
"Wihh udah sarjana dong, sekarang udah kerja ya bang? Ngapain masih balik sini lagi bang, kangen yaa?" kata Indra terlihat semangat.
Pria itu tertawa. "Lu cepet banget ya akrab sama orang. Lu mirip sama temen gw dulu, ceroboh, kecil, cerewet."
"Harus banget tuh bang ada kecilnya?" ucap Indra cemberut.
"Lu kan emang kecil," ejek dia.
"Pengen lah aku ketemu sama kawan abang itu, pasti aku lebih tinggi dari dia," ucap Indra.
"Kepedean lu, tinggian dia daripada lu. Lagian ga bisa juga lu ketemu dia," ucap pria itu.
"Kenapa?"
"Dia udah ga ada."
"Oh... maaf ya bang."
"Gapapa. Gw temenan sama dia udah dari SD, sampai kita SMA kita selalu satu sekolah bareng. Pas mau ujian kelulusan dia sakit. Ternyata selama gw temenan sama dia, gw ga tau kalo dia ada penyakit kanker darah. Dia di rumah sakit cuma bertahan seminggu," kata pria tersebut.
Indra merasa tidak enak kepadanya. "Maaf ya bang jadi ngingetin abang sama dia."
"Gapapa, santai aja."
"Nama kawan abang siapa kalau boleh tau?"
"Gunawan. Gw biasa panggil dia Awan. Eh iya, lu? Nama lu siapa? Gw belum kenalan dari tadi," kata pria itu.
"Oh iya. Aku Indra bang."
"Gw Surya."
Surya pun mengambil kertas kosong dan menulis sesuatu. "Nih nomor telepon gw, simpen ya Da. Kalau butuh apa-apa hubungin gw aja Da, ntar gw bantu kok."
"Da?"
"Inda, gw males nyebut nama lu Indra, gw panggil lu Inda aja ya. Gw pergi dulu ya Da."
"Iya bang, hati-hati ya."
'suka ngubah-ngubah nama orang abang tu,' ucap Indra dalam hati.
Sejak saat itu, mereka sering mengobrol, dan Indra merasa nyaman dengan Surya. Surya menceritakan pengalaman-pengalamannya selama di kampus dan juga memberikan saran yang sangat membantu.
Flashback Off
Bene, yang sedari tadi hanya diam, akhirnya bertanya. "Jadi, sekarang kita mau ngapain?"
Oki berpikir sejenak. "Kita harus waspada. Tapi setidaknya kita punya jalan. Inda kenal sama si Surya, mungkin kita bisa coba bicara sama dia."
"Bicara sama dia?!" Boris terlihat skeptis. "Kau yakin itu ide bagus, Ki? Dia kan bagian dari geng motor yang ngancam kita."
"Justru karena itu. Kita ngomong baik-baik, siapa tau karena Surya ini kenal sama Inda, mereka jadi gak ngancam kita lagi," kata Oki sambil menatap Indra. "Inda, coba hubungi Bang Surya. Mungkin kita bisa atur pertemuan."
Indra menggeleng. "Gak. Kalau pun mau ngomong, biar aku aja, kalian ga usah ikut-ikut, kan ga kenal juga."
"Yaudah," kata Oki. "Sekarang, kita semua harus hati-hati. Jangan pergi sendirian dan selalu kasih tahu kemana pun kita pergi."
Indra segera menelfon Surya.
"Halo? Bang Surya, ini Inda," kata Indra dengan suara pelan.
"Ada apa Da?" tanya Surya.
"Aku mau ngomong, Bang. Ini penting. Bisa ga ketemu besok?" tanya Indra.
Setelah jeda singkat, Surya menjawab, "Bisa kayaknya. Besok siang di cafe deket kampus ya. Btw tumben Da, lagi ada masalah?"
"Engga kok bang, besok deh Inda jelasin. Makasi ya bang," kata Indra.
"Oke Da, ketemu besok," Surya menutup teleponnya.
"Akrab kali kau ya sama Surya ini," ucap Boris sinis.
"Apa sih, dah ah mau tidur, besok mau pertemuan, penentuan antara hidup dan matinya kita," ucap Indra yang langsung menuju ke kamarnya.
Bene yang lelah melihat Boris dan Indra berantem, akhirnya berbicara. "Eh apalah kalian ini ribut aja."
"Ris," panggil Oki.
"Apa?"
"Cemburu kau ya Inda punya abang-abangan baruu" goda Oki.
"Anj*ng. Mau tidur aja aku, bye." Boris pun pergi ke kamar.
"Dasar gengsian."
~~~
bersambung ~
KAMU SEDANG MEMBACA
4 kehidupan 1 dunia
Fanfiction4 remaja perantauan dari sumatra utara yg sedang berkuliah di jakarta berusaha menyelesaikan kuliah mereka dengan segala masalah yg muncul ntah dari masalah pribadi, pertemanan dan hal hal lainnya. ~ update sesuai mood maapkan ~ baru nyoba nulis.. m...