Bab 20

183 24 7
                                    

..

Seharian penuh, suasana di kamar rumah sakit terasa lebih sunyi dari biasanya. Indra, yang biasanya ceria dan banyak bicara, kali ini memilih untuk berdiam diri. Wajahnya menunjukkan ekspresi kesal, sesekali melirik ke arah Boris yang duduk di sudut ruangan. Bene dan Oki pun ikut diam, mereka hanya menuruti indra tapi malah dimarahi juga oleh boris.

Malam pun tiba, mereka makan malam bersama. Boris bene oki membawa makanan dari luar dan indra memakan makanan yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit.

"bisa nda makan sendiri? sini kubantu" tawar boris

"gak usah" ucap indra

"kau masih marah?" tanya boris

"iya lah, suruh siapa orang ke taman jarak 5 langkah aja gak boleh" gumam bene

"diam kau ben" Boris hanya menghela nafas melihat kelakuan 3 temannya itu, seperti anak kecil yang ngambek dimarahi oleh ibunya.

~~~

Indra kembali ke masa SMP, merasakan nostalgia saat berjalan di sekitar sekolah, melihat kelas-kelas, lapangan olahraga, dan kantin. Dia melihat anak-anak berlari dan guru-guru sibuk membawa buku pelajaran.

Di halaman belakang yang teduh, Indra melihat seorang anak laki-laki yang dikelilingi oleh teman-temannya yang mengejek dan merendahkannya. Anak itu bertubuh kecil dan pendek, membuatnya menjadi sasaran tatapan sinis dan tawa mengejek. Indra melihat anak itu mencoba bergabung dengan yang lain, tetapi selalu diabaikan dan dihina, membuatnya merasa semakin terasing.

Indra terus mengikuti anak itu, bahkan sampai ke rumahnya. Suasana di sana jauh lebih menekan. Indra melihat anak tersebut duduk di sudut ruang keluarga yang gelap, sementara orang tuanya bertengkar keras, dan saudara-saudaranya keluar rumah tanpa memperdulikannya.

anak kecil itu menangis, dia lalu berdiri dan membersihkan pecahan pecahan kaca yang berserakan dilantai. Indra merasa sangat sakit hati melihat itu. Ayahnya kemudian datang, menarik anak kecil tersebut ke kamar tidur dan mendorongnya ke dalam. anak kecil itu tersandung, hampir terjatuh, tetapi tidak berani melawan. Ia duduk disudut ruangan sambil menangis

Indra menyaksikan semua itu, nafasnya semakin berat. anak itu menoleh ke arah indra, tatapan mereka bertemu, indra melihat air mata mengalir di pipi. Saat itu Indra menyadari sesuatu...

anak kecil itu adalah dirinya dimasa lalu.

Ruangan itu menjadi semakin gelap, semakin sempit, dan semakin sesak. Kegelapan mulai menelannya. Indra merasa tercekik, napasnya terengah-engah, dada terasa begitu sesak. Semakin lama, kegelapan itu menutupi pandangannya hingga akhirnya dia terpaksa memejamkan mata.

°

Dalam hitungan detik yang terasa seperti selamanya, Indra tiba-tiba terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya.

Dia terbangun dari mimpi buruk itu, merasakan jantungnya berdetak kencang. Rasa takut dan sesak dari mimpi itu masih menyelimuti dirinya, meski dia tahu kini dia berada di dunia nyata. Tapi kenangan itu masih terasa begitu nyata, menyisakan rasa sakit yang tak mudah hilang. Indra menatap ke sekeliling, mencoba menenangkan dirinya, namun bayangan masa lalu masih menghantuinya.

inilah yang dialaminya selama ini.

Indra merasakan dadanya masih sesak dan pikirannya kacau. Dia memutuskan untuk menenangkan diri di luar kamar, agar tidak membangunkan Boris, Bene, dan Oki yang masih terlelap. Dengan langkah hati-hati, Indra keluar dan berjalan pelan di lorong yang sepi, mencari udara segar.

Indra duduk di bangku lorong dekat taman, mencoba meredakan perasaannya yang berkecamuk, Indra tiba-tiba merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Ketika dia menoleh, ternyata Vincent berdiri di sana, dengan wajah tenang namun penuh perhatian.

Saat Vincent mendekat, tatapannya menunjukkan sedikit kekhawatiran melihat Indra yang biasanya tampak ceria, kini terlihat sebaliknya.

"Indra? gapapa?" tanya Vincent dengan suara lembut.

Indra mencoba tersenyum dan mengangguk, tetapi kegelisahan masih jelas terpancar dari wajahnya. Melihat itu, Vincent duduk disampingnya dan mengelus lembut punggung Indra dengan pelan, mencoba memberikan sedikit kenyamanan. Tanpa banyak kata, kehadiran Vincent di sisinya membuat Indra merasa lebih tenang.

Tatapan Vincent yang penuh perhatian membuat Indra merasa nyaman, dan dia akhirnya merasa cukup tenang untuk berbicara.

"Kenapa bang Vincent di sini? kemaren kemaren juga disini kan?" tanya Indra dengan suara yang masih sedikit lemah, namun lebih stabil.

Vincent menatapnya sejenak sebelum menjawab. "oh itu, lagi ngerawat adik gw. Dia dirawat di rumah sakit ini juga" jawabnya.

Indra terdiam sejenak, "semoga adiknya cepat sembuh ya bang." ujar Indra tersenyum.

Vincent tersenyum tipis "iya makasih ya dra" ucapnya

Indra mengangguk pelan.

'tadi keliatannya sakit banget, sekarang udah senyum lagi'
ucap Vincent dalam hati

Mereka berdua duduk di sana sejenak dalam keheningan, sebelum akhirnya Vincent mengajak Indra untuk kembali ke kamar. "Yuk, kita masuk. Nanti temenmu khawatir nyariin kamu," ucap Vincent, dengan senyum tipis di wajahnya.

Indra mengikuti Vincent kembali ke kamar dengan perasaan yang lebih tenang.

Vincent dan Indra berjalan pelan menuju kamar. Tapi sebelum mereka sempat membuka pintu kamar, terdengar suara pintu terbuka dari dalam. Mereka terkejut saat melihat Boris berdiri di ambang pintu, tampak kebingungan dan sedikit panik.

.

.

.

Bersambung ~

.

.

.

ini author nya bingung ceritanya
mau dibawa kemana~ mwehehe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

4 kehidupan 1 duniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang