"Huaaaaaaa!"
Teriakan dengan disertai tangisan itu menarik perhatian dari seluruh penghuni mansion di hari minggu ini. Terlihat Jarrel yang terus merengek pada Mark karena tidak di belikan es cream.Plak!
Jarrel langsung terdiam sambil memegang kepalanya, terlihat Jeno yang sudah datang dengan Javer di gendongannya.
"Ada apa?"
Tanyanya dengan santai, sedangkan Mark menatap khawatir kearah Jarrel yang terkena korban kekerasan dari ayahnya."Sayang, kamu bisa nggak sih jangan mukul terus? Nanti kalau kepala Jarrel lecet gimana?"
Ucap Mark dengan wajah khawatirnya menatap sang anak."Pukulan ku tidak kuat"
Ucap Jeno yang masih dengan tampang santainya. Mark menggeram kesal. Lalu mengelus rambut Jarrel dengan lembut. Namun Jarrel langsung menepis tangan Mark membuat Javer yang melihat hal itu langsung menatap terkejut kearah sang kakak."Mommy.."
Ucap Javer lirih dengan wajah yang hampir menangis. Mark yang meringis pelan langsung menoleh kearah Javer. Anak itu berusaha menggapainya, meminta untuk digendong. Mark tersenyum dan langsung menggendong sang anak."Kenapa, sayang? Kenapa wajahnya seperti itu?"
Tanya Mark saat melihat wajah terkejut Javer."Mommy catit?"
Tanyanya sambil mengelus punggung tangan Mark yang habis dipukul sama Jarrel. Mark yang paham langsung tersenyum lembut."Enggak sayang. Jarrel mukul mommy nggak kuat kok"
Ucapnya menenangkan sang anak. Javer masih panik sedangkan Jarrel terlihat merasa bersalah."Minta maaf sama mommy sana!"
Ucap Jeno menegur bocah itu. Jarrel memalingkan wajahnya, ia masih marah. Jeno yang melihat hal itu ingin memukul kepalanya lagi. Namun Mark menghentikannya."Sayang! Udah dong!"
Peringat Mark yang lama-lama kesal sendiri ngeliat Jeno kasar gitu."Kamu lihat sendiri kan sikap dia gimana sama kamu?"
Ucap Jeno."Ya tapi nggak di pukul juga anaknya"
"Jadi di apain mommy, sayang?"
"Di nasehatin. Jarrel sama Javer kan masih kecil. Kalau kamu pukul terus nanti mereka nggak bisa masuk tk"
"Terserah kamu"
Ucap Jeno acuh. Mark menghela nafas lelah. Sekarang ada dua bayi yang ngambek.Jarrel menatap kearah sang ayah tidak terima.
"Daddy angan malahin mommy!"
Ucap Jarrel dengan wajah garangnya.Jeno menatap remeh sang anak.
'Nggak sadar diri nih bocah!'
Batinnya."Kamu sendiri?"
Keduanya saling tatap dengan tatapan yang sama, ya walaupun Jeno sebenarnya tidak terlalu peduli dengan tatapan mata bulat itu.
"Udah ih! Kok malah jadi berantem sih!?"
Lerai Mark. Keduanya saling memalingkan wajah mereka. Mark kembali menghela nafas."Jarrel, dengerin mommy ya? Mommy mau beliin Jarrel es cream lagi, tapi kan Jarrel udah habisin es creamnya banyak. Nanti kalau Jarrel demam gimana?"
Ucap Mark berusaha membuat anaknya itu mengerti."Tapi..tapi..Jallel tan mam ec tliemnya tan cikit mommy. Ndak atan emam"
Ucap Jarrel yang kembali sesegukan."Jadi hanya karena masalah es cream?"
Tanya Jeno. Mark mengangguk."Hei bocah! Daddy bahkan bisa membelikan mu pabriknya jika kamu mau. Tapi kamu harus dengerin kata mommy. Kalau nanti kamu demam siapa yang repot? Kamu mau buat mommy nangis?"
Ucap Jeno menatap tajam Jarrel. Jarrel yang mendengar hal itu langsung melengkungkan bibirnya ke bawah lalu menggeleng."Kalau begitu minta maaf sama mommy"
Ucap Jeno.Jarrel menatap sang ibu dengan mata berkaca-kacanya.
"Solly mommy"
Ucapnya yang hampir menangis.Mark tersenyum lembut lalu mengecup pipi Jarrel dengan lembut.
"Mommy maafin. Hyung pintar ya udah bisa minta maaf sendiri"
Puji Mark."Daddy yang nyuruh, kan?"
Potong Jeno membuat Jarrel yang hampir senang langsung merengut kesal. Mark menatap Jeno sambil menghela nafas, lalu tersenyum manis kearah dua bocah menggemaskan itu."Kalian main sama papa dan mama dulu, ya. Mommy mau bicara sama daddy sebentar"
Ucap Mark yang kini menurunkan Javer dan Jarrel secara bergantian. Karena Jarrel yang sedari tadi duduk di atas meja makan. Setelah kepergian anak-anak. Mark langsung menarik Jeno ke dalam dapur."Ada apa?"
Tanya Jeno to the point."Kamu nanti siang sibuk?"
Tanya Mark yang sedikit menoleh kearah belakang tubuh Jeno. Takut Javer masih berdiri disana atau Jarrel yang ngintip mereka."Enggak. Kenapa?"
Tanya Jeno yang hanya fokus pada wajah Mark."Sayang, sore ini jalan-jalan sama anak-anak mau?"
Ucap Mark dengan mata memelasnya."Untuk apa? Biarkan mereka bermain dirumah bersama mama dan papa"
"Mama sama papa kan ada acara nanti siang sampe malem"
"Yaudah main drumah aja"
"Nono ih!"
Mark memukul lengan Jeno kesal."Kamu bilang aku kasar karena sering memukul Jarrel padahal kamu juga sering memukul ku"
Ucap Jeno sambil menoleh kearah tangannya yang habis di pukul Mark dengan gemas."Ya itu beda. Kamu udah besar"
"Apanya?"
"Sayang ih!"
Mark memekik kesal. Mencubit perut Jeno."Kamu apa-apain sih, sayang? Kalau biru gimana?"
Ucap Jeno dramatis."Bohong banget. Perut kamu aja keras banget gini!"
Ucap Mark kesal sambil memukul pelan perut berotot Jeno.Jeno kembali memasang wajah datarnya
"Nggak lucu ternyata""Apaansih kamu? Jadi gimana?"
"Yaudah. Mau jalan kemana?"
"Taman aja gimana? Kamu mau, kan?"
Ucap Mark dengan mata berbinarnya."Hm. Terserah kamu sama anak-anak"
Balas Jeno mengangguk pelan. Mark memekik senang lalu memeluk Jeno."Makasih, daddy!"
Teriaknya senang. Jeno hanya mengangguk dan membalas pelukannya."MOMMY JALLEL DAN JAVEL LAPAL!"
"Anak beruang!"
Kesal Jeno. Saat melihat Jarrel yang datang sambil menggeret Javer yang hanya diam saja sambil memegang boneka harimau yang di belikan daddynya waktu itu.KevanoAlvynSuldarta
KAMU SEDANG MEMBACA
Dad And Mom (NoMark)
Teen FictionKisah sang ketua osis yaitu Mark yang harus tinggal serumah dengan sang kapten basket yaitu Jeno, demi merawat dua anak kembar yang datang entah dari mana. Inspired by anime Gakuen Babysitter. My favorite anime.