part 19

1.5K 202 0
                                    

Hari pekan kembali tiba. Mark sudah sangat bersemangat membuat makanan untuk piknik mereka nanti siang. Padahal mereka masih lama perginya tapi ia terus berada di dapur sedari tadi. Pagi ini cuaca terlihat cerah, mungkin sampai sore. Mark hanya berharap tidak akan hujan lagi.

"Sebenarnya siapa yang sangat bersemangat untuk piknik ini. Kamu atau anak-anak?"
Perkataan Jeno berhasil membuat Mark terdiam. Ia menutup wadah yang menyimpan pancake untuk Javer dan Jarrel. Menatap tersenyum kearah Jeno yang kini menyusulnya ke dapur.

"Kenapa kesini?"
Tanya Mark.

"Jawab aku"

Mark merengut lucu.
"Yang mau aku. Tapi kan Jarrel sama Javer juga senang kan aku ajak"
Ucapnya. Jeno menatap datar sang sahabat.

"Kenapa? Kamu sibuk, ya?"
Tanya Mark.

"Sebenarnya iya. Aku sudah menunda latihan pekan kemarin. Tapi ternyata hujan"
Jawabnya. Mark yang mendengar hal itu semakin merengut.

"Yaudah, kalau kamu mau latihan nggak papa. Biar aku sama anak-anak aja yang ke taman"
Ucapnya pasrah.

Jeno menaikan sebelah alisnya,
"Memangnya aku ada bilang tidak ingin ikut?"

Mark yang mendengar hal itu langsung menatap berbinar Jeno.
"Jadi kamu mau?"
Tanyanya lagi. Jeno mengangguk pelan. Mark langsung memekik senang.

"Anak-anak mana?"
Tanya Mark menoleh kearah belakang tubuh Jeno.

"Lagi sama mama dan bunda"
Ucap Jeno.

"Mama sama bunda jadi pergi arisannya?"

"Hm"

Mark hanya mengangguk saja.

"Nanti daddy ya yang mandiin Jarrel sama Javer"
Ucap Mark sambil mengupas bawang di tangannya. Jeno masih ada disana. Memperhatikan kegiatan Mark. Ia merasa canggung jika harus menemani dua wanita dewasa yang sedang memonopoli anak-anaknya.

"Kenapa daddy?"

"Daddy nggak mau?"
Tanya Mark dengan wajah penuh harapnya.

"Akhir-akhir ini selalu daddy. Kenapa bukan mommy?"

"Jadi daddy nggak mau?"

"Jawab aku dulu, sayang. Jangan mengalihkan pembicaraan seperti itu"

"Siapa yang ngalihin pembicaraan sih? Aku kan nanya daddy mau nggak?"

"Kalau daddy nggak mau?"

"Ya..ya nanti aku yang mandiin"
Ucap Mark sambil menunduk.

"Kenapa sih, hm? Anak-anak nakal?"
Tanya Jeno yang penasaran. Mark terdiam.

"Sayang.."

"Jarrel selalu bawel kalau aku mandiin. Terus Javer diam aja kalau lagi aku mandiin, nggak bilang kalau dingin atau terlalu hangat airnya. Jarrel juga sering narik kaki aku, sampe mau terpeleset akunya. Sama Javer juga sering mainin sabun"
Ucap Mark panjang lebar dengan helahan nafas di akhir kalimatnya.

"Tapi kok setiap dimandiin sama kamu. Mereka baik-baik aja, ya?"
Tanya Mark yang kini menatap kearah Jeno.

"Seharusnya kamu tau jawabannya"
Jawab Jeno. Mark kembali menghela nafas. Mana mungkin dua bocah lemak itu berani berulah di depan Jeno.

"Aku jahat, ya? Seharusnya aku nggak ngeluh ngerawat mereka"
Ucap Mark yang jadi galau sekarang. Ingin mengusap air matanya, tapi di tahan Jeno, katanya nanti perih habis ngiris bawang.

"Kamu nggak jahat. Tapi anak-anak kita yang jahat"

"Sayang mulutnya! Masa anak aku di bilang jahat"

"Anak kita"

Mark makin manyun. Tangannya di cuciin sama Jeno di wastafel.

"Nanti aku marahin mereka"

"Sayang.."

"Kenapa? Memang harus seperti itu mendidik mereka"
Balas Jeno yang kini mengelap tangan Mark.

"Aku rasa kamu yang jahat di antara kita berempat"
Ucap Mark.

Jeno menatap santai kearahnya,
"Baru tau kamu?"

"Ih Nono.."
Mark memukul pelan dada pria itu.

"Udah masak lagi sana. Habisin aja bahan di dapur. Kita hanya pergi berempat, tapi kamu masak untuk satu mansion"
Ucap Jeno. Lalu setelahnya ia pergi dari sana meninggalkan Mark yang menatap kesal kearahnya.
























































Sanzion Nakamura Alvyn Suldarta

Dad And Mom (NoMark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang