Pagi harinya, Mark mengeluh panas pada tubuhnya. Ia terus saja bergumam dengan Jeno yang terus menenangkannya.
"Panas.."
Ucapnya lirih semakin menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jeno. Semalam anak itu merengek dan memangis dalam pelukan sang sahabat. Ia merasa bersalah karena sempat mengeluh merawat Jarrel dan Javer. Dan alhasil semalaman penuh Jeno harus terus menenangkannya agar anak itu bisa tidur, tapi paginya ia malah jatuh sakit."Nono..panas.."
Rengeknya. Jeno hanya berdehem pelan sambil mengelus pinggangnya dengan lembut.Jarrel dan Javer sudah bersama dengan Niana dan Chelsea di bawah. Jarrel terus merengek ingin bertemu dengan mommynya, sedangkan Javer hanya diam saja walau ia juga memasang wajah sendunya.
"Nono..aku demam.."
Ucap Mark yang kembali merengek."Iya, sayang.."
Suara berat Jeno berhasil membuat Mark semakin mengeratkan pelukannya dengan sang sahabat."Anak-anak mana?"
Tanyanya."Dibawah sama mama dan bunda"
Ucapnya. Mark mengangguk."Mereka nggak nangis?"
"Jarrel menangis, tapi Javer diam saja"
"Javer nggak kangen aku?"
"Tidak, dia sangat merindukan mu sampai hanya bisa diam saja dengan wajah merahnya"
Ucap Jeno yang mengingat wajah memerah Javer saat di pisah dengan Mark."Aku nggak boleh ketemu sama anak-anak?"
Tanya Mark yang kini menatap kearah Jeno. Jeno menatap datar kearahnya lalu mengecek suhu tubuh Mark dengan punggung tangannya."Untuk sekarang jangan. Bunda lagi buatin obat untuk kamu"
Ucap Jeno. Mark mengangguk."Yaudah kamu keluar aja. Nanti ikutan demam"
Ucap Mark yang hendak melepas pelukannya dengan Jeno."Tidak akan. Hanya pelukan tidak bisa membuat ku tertular"
Ucap Jeno. Mark hanya mengangguk dan kembali memeluk Jeno."Kangen anak-anak.."
Cicit Mark."Aku juga"
Bisik Jeno lirih. Jujur karena Mark sakit, Jeno juga tidak bisa betemu dengan anak-anak. Karena sedari tadi Mark terus menempel padanya. Jadi bisa di tebak kenapa Jarrel dan Javer sesedih itu, tenyata bukan hanya karena tidak bisa bertemu dengan Mark. Mereka juga tidak bisa betemu dengan Jeno.Setelah meminum ramuan yang dibuat oleh Chelsea. Mark merasa mendingan. Lucas juga membuatkan beberapa sup herbal untuk Mark. Belum lagi banyaknya vitamin yang Niana beli untuknya. Membuat Mark sembuh hanya dalam sehari saja.
Jarrel dan Javer berlarian masuk ke dalam kamar untuk menemui Mark. Dua batita gempal itu berusaha naik keatas tempat tidur untuk memeluk sang mommy.
"Mommy!"
Teriak keduanya yang langsung memeluk Mark dengan erat. Mark tertawa kecil saat kedua bocah itu menciumi pipinya karena semakin kangennya."Mommy dah cembuh?"
Tanya Javer dengan wajah khawatirnya, Mark memekik gemas lalu mengecup pipi Javer."Sudah, mommy kan kuat"
Ucap Mark. Javer tersenyum begitupun dengan Jarrel."Jallel cama Javel uat teh anget tuk mommy"
Ucap Jarrel."Oh, benarkah? Pantesan mommy cepat sembuh, ternyata obatnya anak-anak mommy yang buat"
Ucap Mark yang kini mengecup pipi Jarrel, membuatnya tertawa lucu.Tidak lama kemudian terlibat Jeno yang keluar dari dalam kamar mandi setelah menyelesaikan acara mandinya.
"Daddy!"
Teriak Jarrel minta di gendong. Jeno menurut dan langsung mengangkat tubuh Jarrel."Udah mandi?"
Tanya Jeno."Cudah, mama yang andiin"
Ucap Jarrel di angguki setuju oleh Javer. Jeno hanya mengangguk pelan, mencium wangi sampo Jarrel."Kamu udah bisa mandi, sayang?"
Tanya Jeno pada Mark."Eumh, kayaknya belum"
Ucap Mark."Aku usapin pakai handuk aja, ya"
Ucap Jeno yang kini meletakan tubuh gempal Jarrel di atas kasur. Mark mengangguk, membiarkan Jeno mengambil air hangat di kamar mandi."Mommy au andi?"
Tanya Javer."Hm"
Angguk Mark."Daddy yang andiin?"
Tanya Jarrel sekali lagi. Mark hanya bisa kembali mengangguk."Buka bajunya, sayang"
Ucap Jeno yang kini datang dengan ember kecil berisi air hangat di dalamnya, jangan lupakan handuk putih yang melingkar di lehernya. Mark mengangguk dan hendak membuka bajunya. Namun ia langsung menghentikan kegiatannya saat melihat Jarrel dan Javer yang terus memperhatikannya."Ada apa?"
Tanya Jeno saat melihat Mark yang hanya diam saja. Mark menatap gugup kearah Jeno."Ada anak-anak"
Cicitnya malu. Jeno yang tersadar langsung menoleh kearah anak-anak."Kamu nggak pernah telanjang di depan mereka?"
Tanya Jeno."P-Pernah.."
"Lalu kenapa?"
"Nanti kamu kan usapin badan aku.."
"Terus?"
"Sayang iih.."
Mark jadi kesel sendiri ngeliat Jeno yang belum mengerti dengan kode-kodeannya."Daddy au andiin mommy?"
Tanya Jarrel yang berhasil membuat Jeno paham."Kalian keluar dulu, ya. Daddy mau mandiin mommy"
Ucap Jeno yang kini mengangkat kedua anak manis itu."Jallel cama Javel ndak oleh iat?"
Tanya Jarrel. Jeno mengangguk, lalu kembali menitipkan anak-anaknya pada kedua ibunya. Setelahnya ia langsung kembali masuk ke dalam kamar. Melihat Mark yang kini terdiam dengan wajah memerahnya."Memangnya kenapa kalau mereka melihat kita?"
Tanya Jeno yang kini berjalan kearah Mark."Mereka masih kecil. Masa ngeliat kita buka-bukaan kayak gitu"
"Aku cuman ngusapin badan kamu"
"Tetap aja. Kalau nanti aku ngeluarin suara yang aneh-aneh gimana? Kamu tau sendiri kalau tubuh aku itu sensitif"
Ucap Mark. Jeno mengangguk dan kembali membasahi handuk yang sedari tadi masih ia pegang"Buka bajunya"
Perintah Jeno dan Mark langsung menurut.KevanoAlvynSuldarta
KAMU SEDANG MEMBACA
Dad And Mom (NoMark)
Fiksi RemajaKisah sang ketua osis yaitu Mark yang harus tinggal serumah dengan sang kapten basket yaitu Jeno, demi merawat dua anak kembar yang datang entah dari mana. Inspired by anime Gakuen Babysitter. My favorite anime.