Tetesan air mata Stella mulai deras. Dengan sesenggukan istri Rendra itu berusaha bangkit, tapi tubuhnya tak mau beranjak dari dinding tempatnya bersandar. Kepalanya terasa berat dan jantungnya terus didera detakan bertubi.
Tiba-tiba telpon berbunyi kembali. Stella bergegas mengangkat telepon. Terdengar suara kekehan Pak Kuncoro.
"Ada apa lagi?! Apa bapak mau orang satu kampung ini bangun? Bapak pengen suamiku tahu?" desis Stella marah.
"Aku cuma mau mengingatkan, kalau-kalau suamimu nanti terbangun dan kebingungan mencari-cari istrinya yang tidak ada di rumah. Rendra pasti kalut. Kamu harus mencari alasan yang tepat untuk mengelabui Rendra karena aku pengen pakai memekmu agak lama malam ini." ujar Pak Kuncoro.
"Apa yang harus aku katakan pada suamiku?" tanya Stella.
Terdengar suara dari kamar. Hendra bergerak lagi.
"Stella? Sayang? Ada telpon lagi?" tanya Rendra dari kamar.
Sambil berharap Rendra tidak bisa menangkap getar rasa takut dari suaranya, Stella menengok ke arah kamar.
"Ti-Tidak apa-apa kok, sayang. Bener. Tidur aja lagi." ucap Stella kepada Rendra.
"Bilang saja Bu Kuncoro lagi sakit atau apa. Pikirkan sesuatu. Kamu kan pintar." Klek. Sekali lagi Pak Kuncoro menutup telepon.Stella kembali ke kamar dengan perasaan kacau. Dia berpikir dengan keras. Apa yang harus dikatakannya pada Rendra? Dia harus punya alasan secepat mungkin. Perlahan Stella berjalan ke ranjang dan duduk di samping Rendra memeluk selimutnya erat.
"Siapa yang telepon?" tanya Rendra.
Matanya masih tertutup. Stella mengelus rambut suaminya dengan penuh sayang. Rendra memeluk tubuh sintal istrinya.
"Itu tadi barusan Pak Kuncoro.." jawab Stella mencoba mencari alasan, paling tidak memang benar Pak Kuncoro yang menelponnya.
"Dia baru bepergian jauh dan dia telpon dari rumah, katanya Bu Kuncoro sakit. Aku disuruh menjenguk dan menemani Bu Kuncoro malam ini. Paling tidak sampai Pak Kuncoro datang. Boleh?" kata Stella minta ijin suaminya.
"Boleh saja. Bu Kuncoro kan sudah banyak menolong kita. Perlu aku antar?" ucap Rendra.
"Tidak usah. Mas Rendra kan capek dan besok pagi harus berangkat ke kantor. Kalau aku besok bisa berangkat agak siang.." balas Stella.
Stella membungkuk dan mencium bibir Rendra. Pria itu tersenyum saat merasakan sapuan bibir mungil Stella yang basah.
"Aku sayang kamu.." ucap Stella setelah mencium bibir suaminya.
Untung saja Rendra terlelap dan tidak membuka mata sehingga tidak bisa melihat Stella yang hampir menangis.
"Aku juga sayang kamu.." balas Rendra lalu menguap.
"Mudah-mudahan Bu Kuncoro tidak apa-apa. Kalaupun tidak bisa ditinggal, kamu tidur di sana saja malam ini. Kasihan Bu Kuncoro sendirian. Pak Kuncoro kemana sih, kok istri sakit ditinggal sendiri?" lanjut Rendra.
"Mau mencari obat katanya. Katanya tadi sih begitu.." ucap Stella berbohong.
Dia merasa sangat bersalah pada Rendra. Suaminya itu tidak tahu, kalau lelaki tua yang disebutkan namanya itu sebentar lagi akan melesakan kontolnya dalam-dalam di memek Stella.
"Baiklah, hati-hati di jalan ya. Sorry.. aku mengantuk sekali." Rendra berbalik dan perlahan tenggelam lagi dalam tidurnya.Setelah Rendra terlelap, Stella mulai membuka lemari pakaian dan mencari-cari baju. Pak Kuncoro tidak menginginkan Stella mengenakan BH ataupun celana dalam, tapi Stella tidak mau ambil resiko. Diambilnya satu celana dalam G-String transparan yang sudah tidak pernah dipakainya sejak sangat lama. Rendra memberikannya saat bulan madu pertama kali setelah menikah.
Untung saja, Stella bukanlah tipe wanita yang melar tubuhnya saat melahirkan ataupun berubah ukuran celananya dengan drastis. Walaupun agak kesempitan, tapi celana dalam itu masih bisa dikenakannya. Stella mengambil daster terusan yang ada di dalam lemari. Dengan 2 tali di pundak. Selain itu dengan daster yang sedikit longgar di bagian leher dan bahu, belahan dada Stella akan terlihat sangat menantang, belum lagi bagian bawah daster sangat pendek hingga hanya bisa pas menutup sampai selangkangan Stella.
Kalau dia membungkuk sedikit pasti celana dalamnya kelihatan. Itulah yang menurutnya paling seksi yang ia miliki. Daster itu tipis sekali, sehingga dengan cahaya seredup apapun, kemolekan lekuk tubuh Stella akan terlihat menerawang. Saat melangkah ke pintu depan, terdengar suara panggilan kecil dari kamar Kylie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Nafsu Para Pria
FantasyIni adalah cerita fiksi. Nama atau orang, karakter apapun, bisnis atau tempat, peristiwa atau kejadian adalah fiktif. Kemiripan apapun dalam cerita dengan peristiwa aktual hanya kebetulan. Cerita dalam novel ini mengandung cerita 21+ dan tidak cocok...