Stella ambruk di ranjang kosong di dalam kamarnya dan menangis tersedu-sedu. Bagaimana caranya dia bisa lepas dari semua ancaman Pak Kuncoro? Dia tidak ingin disakiti lagi, bukan karena dia tidak ingin dientot setiap hari oleh Pak Kuncoro tetapi situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan hal itu. Tapi kalau dia nekat melawan Pak Kuncoro, dia khawatir akan keselamatan Kylie dan Mas Rendra, belum lagi di rumah ini juga ada Anissa dan Dodit.
Preman kampung seperti Pak Kuncoro selalu mengancam keselamatan keluarganya, oleh karena itu Stella tidak berani berbuat gegabah. Apa dia harus pindah rumah? Alasan apa yang sebaiknya disampaikan pada Rendra agar mereka bisa pindah dari lingkungan ini tanpa membuka semua nista yang telah diperbuat?
Bagaimana caranya meyakinkan Mas Rendra agar pindah ke tempat lain tanpa membuka aib bahwa istrinya sendiri telah diperkosa? Tanpa harus ketahuan bahwa istrinya terpaksa melayani nafsu hewan Pak Kuncoro?
"Kamu kenapa?" tanya Rendra.
Stella berbalik, ia terkejut mendengar suara itu.. suara Mas Rendra!
"Mas?" ucap Stella.
Di hadapan Stella, Rendra yang sedang duduk di atas kursi rodanya tengah menyantap setangkup roti tawar dengan keju, ia baru saja kembali dari ruang tengah menonton acara TV kesukaannya. Walaupun wajah Rendra masih ketus dan sepertinya acuh tak acuh, tapi Stella senang sekali! Ini pertama kalinya sejak mereka pulang ke rumah suaminya mau menyapa!
"Kamu sudah lebih baik, Mas? tanya Stella dengan semangat, “akan aku buatkan lauk untuk makan ya. Sepertinya Mas sangat lapar..” lanjut Stella.
"Aku tadi tanya kamu kenapa." Nada suara Rendra sama sekali tidak enak didengar, ketus dan keras.
"A-aku tidak apa-apa.. mungkin hanya kecapekan." Jawab Stella dengan gugup.
"Ya sudah." Rendra mengayuh roda kursinya dengan tangan, berbalik, dan meninggalkan Stella sendirian saja di kamar.Stella menatap kepergian suaminya dengan wajah sendu.
"Mas…?" Panggil Stella.
Tidak ada jawaban, Rendra telah pergi tanpa mempedulikannya.
Stella menundukkan kepala. Tubuhnya ambruk ke lantai dan ia kembali menangis tersedu-sedu. Kenapa di saat satu hal kacau, yang lain juga jadi ikut berantakan?
-----Stella meregangkan tangannya yang pegal. Saat ini ia sedang duduk di kursi yang berada di beranda halaman belakang rumah, tempat yang langsung menghadap ke kebun belakang. Kebun belakang ini cukup luas dan dikitari oleh tembok tinggi yang mengisolasinya dari tetangga sekitar, tidak akan ada tetangga yang bisa melihat keadaan di kebun Stella yang asri.
Hijaunya tanaman, harum wangi bunga yang semerbak, burung yang berkicau dan selintas hinggap, serta langit yang biru cerah, membuat suasana hati Stella lebih riang dari biasanya. Hari ini wanita cantik itu sedang libur. Dodit dan Anissa pergi mengantarkan Mas Rendra check-up rutin di rumah sakit sedangkan Kylie sudah diantar Harso ke sekolah.
Akhirnya ia bisa istirahat sebentar tanpa gangguan dari siapapun. Setelah beberapa saat melihat suasana kebun belakang yang menyejukkan, Ibu muda yang jelita itu memutuskan untuk melakukan senam sebentar. Semua stress yang harus dihadapi membuatnya lelah, ada baiknya dia melepas semua penat dengan berolahraga.
Stella mengenakan tanktop putih ketat yang menampilkan kemolekan lekuk tubuhnya, tanktop mungil itu hampir-hampir tidak sanggup menahan kemontokan buah dada Stella yang ukurannya cukup lumayan, ia memang sengaja mengenakan tanktop agar bisa lebih rileks berolahraga, karena ketatnya tanktop, Stella sengaja tidak mengenakan bra. Selain tanktop, sebuah celana ketat pendek yang juga berwarna putih ia kenakan agar lebih mudah bergerak. Paha Stella yang putih mulus bagai pualam terlihat sangat seksi dalam balutan seadanya celana mini yang sangat ketat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Nafsu Para Pria
FantasyIni adalah cerita fiksi. Nama atau orang, karakter apapun, bisnis atau tempat, peristiwa atau kejadian adalah fiktif. Kemiripan apapun dalam cerita dengan peristiwa aktual hanya kebetulan. Cerita dalam novel ini mengandung cerita 21+ dan tidak cocok...