Bab 8 Sex In The Morning

9.4K 23 1
                                    

Air hangat yang menyegarkan seluruh tubuh Stella yang terasa pegal membuatnya rileks. Gelembung sabun yang meletup-letup seakan mengingatkan Stella pada permainan cintanya yang panas dengan tetangganya yang cabul Pak Kuncoro beberapa hari lalu.

Ketika menyabuni kakinya yang mulus dan jenjang, Stella tanpa sadar bermain-main dengan memeknya, dia mengingat kembali bagaimana kenikmatan demi kenikmatan yang luar biasa diperoleh dari tusukan demi tusukan yang dilesakkan oleh kontol Pak Kuncoro yang bejat.

Semua bayangan melintas di benaknya seperti film, bagaimana kontol besar Pak Kuncoro melesak kedalam liang memeknya dan bagaimana dirinya mendesah akibat orgasme dan kenikmatan yang dirasakan. Jemarinya pun menekan klitorisnya dan keluar-masuk di liang memeknya. Stella membayangkan kontol besar milik Pak Kuncoro sedang keluar-masuk didalam liang memeknya.

"Aaccchhhh.. ooccchhhh.. acchhh.. occhhh.. aaaaccccchhhhhh.. oooooooohhhhhhh.." desah Stella tanpa sadar mendapat orgasme.

Sesaat kemudian dia membuang jauh-jauh semua birahi yang setiap saat dikobarkan oleh Pak Kuncoro. Wanita cantik itu bersungut dan memaki pria tua itu dalam hati, Pak Kuncoro telah membangkitkan gairah seksual liar di dalam dirinya dan karenanya Stella membenci pria tua itu setengah mati.

Stella hanyalah seorang wanita lemah yang dimanfaatkan dan tidak bisa melepaskan diri dari cengkramannya. Stella beruntung karena kehadiran Anissa dan Dodit membuat Pak Kuncoro sedikit menarik diri karena tidak bisa diam-diam mendekatinya.

"Mandinya enak, sayang?" tiba-tiba saja sesosok tubuh yang sangat ia kenal hadir di hadapan Stella tanpa diundang.
"Pak Kuncoro?!" Stella yang kaget spontan menutup dadanya dan menenggelamkan diri di dalam bak mandi.
Hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan karena pria tua itu toh sudah pernah melihatnya telanjang berulang kali.
“Pak Kuncoro! Mau apa?" Ucap Stella lagi ketika Pak Kuncoro membuka celananya.

Batang kontolnya yang besar dan keras dikeluarkan dari dalam celana dan pria menjijikkan itu kemudian kencing sembarangan. Stella panik namun tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimana mungkin laki-laki ini bisa masuk ke kamar mandi pribadinya?

Stella yakin sekali dia sudah mengunci pintu kamar, jangan-jangan Pak Kuncoro sudah menduplikat kunci semua pintu di rumah ini? Ketegangan Stella memuncak karena Rendra belum berangkat kerja dan masih sarapan di belakang bersama Anissa, Dodit dan Kylie.

Stella tidak tahu di mana Bu Kuncoro berada, mungkin sedang bersih-bersih. Walaupun marah, pandangan Stella langsung terpatri pada kontol Pak Kuncoro yang memang besar itu.

"Kamu kangen sama kontolku, sayang? Ayo! Mengakulah!" Pak Kuncoro tersenyum meringis.
"Pak Kuncoro sudah gila? Mas Rendra ada di belakang! Anissa! Dodit! Kylie! Bu Kuncoro! Kalau sampai ketahuan Pak Kuncoro masuk kemari…" ucap Stella panik tetapi matanya belum beranjak dari kontol besar Pak Kuncoro.
"Santai saja.. Mbak Stella sayang. Suamimu memang masih di belakang dan aku masuk karena tadi tidak sengaja mendengar desahanmu. Aku hanya mampir untuk memastikan tubuhmu masih seindah beberapa malam yang lalu. Aku kangen sekali sama kamu terutama memekmu. Tadi kamu mendesah karena ini kan?" ucap Pak Kuncoro dengan santai mendekati Stella dan duduk di tepian bak mandi sambil menggenggam batang kontolnya.
Dia membiarkan saja kontolnya tergantung di hadapan Stella.
"Aku ingin mandi tanpa diganggu, Pak. Silahkan meninggalkan kamar mandiku sebelum aku berteriak." kata Stella.
"Hahaha... Beraninya kamu mengancamku, sayang. Untung saja hari ini aku sedang tidak mood menamparmu, jadi kamu selamat, tidak perlu kerepotan lagi menyembunyikan lebam di wajahmu dengan bedak. Jangan khawatir, aku tidak akan lama, jika kamu mau mengakui bahwa kamu mendesah karena kontolku." ujar Pak Kuncoro.
"Iya! Karena Bapak sudah membangkitkan gairah liarku. Puas sekarang!" balas Stella dengan mata merah menahan air matanya jatuh.

Jebakan Nafsu Para PriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang