16. Real

279 39 0
                                    

Sasti: Banyu, kamu ada waktu luang minggu depan?

Banyu: Ada apa, Sas? Lusa aku berangkat ke Indramayu lagi.

Sasti: Papa ngundang kamu untuk dinner di rumah pekan depan. Kalau nggak bisa, nggak apa-apa, nanti aku bilang kamu sibuk.

Banyu: Kapan? Kalau weekend mungkin bisa, Sas. Kalau sebelum itu, aku nggak bisa janji.

Sasti: Kemungkinan weekend, tapi nanti aku kabarin lagi ya.

Banyu: Siap, Sas. Kalau sudah pulang, aku pasti bisa datang. Kabarin aja ya.

Sasti: Okay, thanks ya, Nyu

Banyu: You're welcome 🤗

Sasti menghela napas sembari meletakkan ponsel di nakas. Ia tidak tahu sampai kapan harus berpura-pura pacaran dengan Banyu.

Ia kemudian berbaring bersiap untuk tidur ketika ponselnya berdenting lagi. Sasti kembali mengambil ponsel dan melihat pesan dari Banyu.

Banyu: Aku masih boleh mampir ke Rinjani?

Sasti tidak mengerti mengapa Banyu bertanya padanya segala. Padahal biasanya juga Banyu datang sendiri.

Sasti: Silakan aja, Nyu. Kamu nggak perlu minta izin kalau mau datang ke Rinjani

Banyu: I should. Aku takut kamu nggak nyaman karena ucapanku di rumah kamu waktu itu

Sasti tidak tahu kalau Banyu merasa seperti itu. Ternyata, bukan dirinya saja yang kepikiran. Ia juga tidak tahu kalau Banyu merasa perlu izin untuk datang ke Rinjani. Sasti tidak akan melarang siapapun datang termasuk Banyu.

Sasti: Oh, nggak apa-apa, Nyu. Kamu bebas datang kapanpun kok.

Banyu: Thanks, Sas. Good night

Sasti: Ya

Sasti menimbang-nimbang untuk membalas ucapan Banyu, tapi ia tidak ingin terlalu akrab dan membuat Banyu salah paham. Ia tidak ingin membuat anak orang baper.

Makan malam bersama keluarga mungkin bisa ia wujudkan, tapi untuk ke acaranya Dea... Sasti perlu berpikir keras. Apakah ia benar-benar perlu mengajak Banyu?

Bagaimana jika ia berbohong saja kalau ia sudah mengajak Banyu tetapi pria itu benar-benar tidak bisa ikut karena sedang bertugas di pulau?

Tampaknya, itu bukan ide yang buruk. Sasti tidak perlu memberitahu soal acara Dea pada Banyu. Ia bisa berbohong bahwa Banyu sedang di luar kota. Ia hanya perlu memastikan orang tua Sasti tidak menyinggung soal acaranya Dea. Ia bisa membujuk ayahnya untuk itu.

***

Dari jauh, Sasti menatap Banyu yang sedang mengobrol dengan ayahnya dan Dea. Banyu mudah sekali akrab dengan mereka meskipun baru bertemu dia kali. Pria itu bahkan baru bertemu Dea sekali tapi bisa berbaur.

Sasti sebenarnya cemas kalau sang ayah atau adiknya bocor soal silaturahmi keluarga ke pacarnya Dea. Namun, ia percaya sang ayah bisa menepati janji untuk tidak bicara.

Ia berhasil meminta sang ayah untuk tak menyinggung acara Dea dengan alasan akan memberitahu Banyu secara langsung. Sasti beralasan takut Banyu kaget dan tidak bisa menolak jika ditodong langsung

"Mbak, makanannya sudah siap semua di meja," ucap Mbok memberitahu Sasti.

Sasti otomatis menoleh dan tersenyum pada simbok. "Makasih ya, Mbok. Kalau gitu aku ajak yang lain supaya makan siang sekarang deh."

Mbok hanya mengangguk lalu pamit ke dapur lagi. Sementara itu, Sasti akhirnya memberanikan diri menghampiri pria-pria yang sedang tertawa dan entah menertawakan apa.

diaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang