30. dia lagi jatuh cinta

180 32 1
                                    

Sasti memejamkan mata sembari memeluk Banyu. Ia selalu menunggu momen ini setelah kepulangan Banyu kemarin. Ternyata, dua puluh hari begitu terasa lama. Sasti mencoba menahan diri, tapi akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti kata hatinya yang ingin berada di dekat Banyu terus.

Banyak hal yang Sasti coba kendalikan setiap bersama Banyu termasuk perasaannya. Sekali saja, ia ingin bersandar pada Banyu mencurahkan semua perasaan dan isi hatinya. Ia ingin menjadi rapuh bersama Banyu, bukan sebagai wanita dewasa yang berlagak kuat terus-menerus. Sayangnya, ia hanya bisa seperti itu ketika selesai bercengkrama dengan Banyu. Setelahnya, ia akan menjadi Sasti yang (mencoba) tangguh lagi.

"Sas, sebelum ke Maluku, aku mau ngajak kamu liburan bareng sama keluargaku. Kamu mau ikut?"

Sasti melepas pelukannya dengan tiba-tiba menatap Banyu. "Liburan? Sama keluarga kamu? Banyu that's... ."

"Iya, aku nggak maksa kamu ikut. Sebenarnya ini rencana dari lama, tapi akunya nggak bisa melulu. Makanya, sebelum ke Maluku ini wajib ikut acara keluarga."

"Mama tahu kalau kamu ngajak aku?" tanya Sasti dengan hati-hati. Ia masih ingat bahwa Ina tidak menyukainya.

Banyu mengangguk. "Beliau yang nyaranin untuk ngajak kamu juga. Sekalian kamu kenalan sama keluargaku."

Sasti menggigit bibirnya karena tidak yakin jawaban yang ia berikan akan memuaskan Banyu. Tentu saja Sasti akan menolak. Ia tidak mungkin pergi dengan keluarga Banyu.

"Mama ngasih kesempatan lagi buat kenalan sama kamu. Aku insist kalau kamu wanita terbaik untukku. Sas, kamu bebas nolak, tapi aku berharap kamu mau. Kapan lagi kita liburan? Kamu nggak pernah liburan kan selama kerja?"

Sasti memang tidak pernah liburan, tapi bukan berarti mau liburan bersama keluarga Banyu. Ini terlalu menakutkan baginya. Ia bisa membayangkan obrolan apa yang akan mereka hadapi nanti termasuk masa depan hubungannya dengan Banyu yang masih tidak jelas.

"Pikirin dulu aja, jangan langsung jawab. Ok?"

Sasti menutup matanya kembali kemudian ia menyembunyikan wajahnya di dada Banyu. Mungkin, Sasti bisa bersembunyi sekarang, tapi tidak lama lagi ia harus menghadapi dunia.

***

Banyu sedang asik bersama para keponakan bermain kejar-kejaran di pantai, sementara Sasti hanya berdiri memerhatikan mereka bersama salah seorang kakaknya Banyu yang perempuan. Bela. Mereka seumuran dan untungnya Bela cukup menerima kehadiran Sasti di antara keluarga mereka.

Sasti setengah terpaksa menerima ajakan Banyu karena pria itu memaksanya. Mereka sudah tidak berpura-pura pacaran, tapi juga tidak benar-benar berpacaran. Namun, Banyu mengenalkan Sasti sebagai pasangannya ke seluruh keluarga dan Sasti tidak menyanggahnya.

"Anak-anak tuh seneng banget kalau ada Banyu. Soalnya selalu dimanjain sama dia dan diajak main apa aja," ungkap Bela sambil tersenyum menatap ke depan. Ia kemudian menoleh ke arah Sasti. "Kamu ketemu sama Banyu di mana?"

"Banyu itu temannya temanku, Bel," sahut Sasti. dengan santai.

Bela kemudian tersenyum pada Sasti lagi. "Kamu kok mau sih sama Banyu? Ini anak tuh slengean banget, kerjaannya juga nggak jelas jalan-jalan doang."

Sasti membalas senyuman Bela. "Harusnya pertanyaan itu buat Banyu. Kenapa dia mau sama saya? Saya lihat Banyu orangnya baik, dewasa, penuh tanggung jawab dan asyik."

"Banyu? Dewasa? In the same sentence? Are you sure we're talking about the same person?"

Banyu tiba-tiba ikut bergabung dan langsung menegur sang kakak. "I am, Bel. Admit it. I've been an adult since I turned 18."

diaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang