38. S

169 43 0
                                    


Sasti sedang mengobrol dengan tamu-tamu yang hadir di toko barunya ketika Banyu datang. Ia bisa dengan mudah mengenali sosok Banyu yang tinggi menjulang dan kulit kecoklatan. Sasti mencoba melirik sosok yang ada di samping Banyu, ia pikir, Gea akan hadir, tapi ternyata malah kakaknya Banyu alias Bella.

Sasti tak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika berhadapan dengan dua bersaudara itu.

"Kamu kok buka toko baru nggak bilang-bilang sih, Sas? Aku senang banget loh kamu akhirnya punya toko kue. Anak-anakku doyan sama bikinan kamu dan aku juga senang karena nggak terlalu mikirin soal kandungan gulanya," ucap Bella dengan antusias.

"Iya, maaf ya Bel, memang nggak sempat ngabarin semua, rencananya cuma syukuran kecil-kecilan aja. Tapi aku juga senang kalau Banyu ngajak kamu," ungkap Sasti.

Bella tersenyum lalu melirik Banyu dan Sasti bergantian. "Iya, Banyu minta ditemani nih."

Sasti padahal sudah meminta Banyu mengajak Gea. Apakah ada sesuatu terjadi pada mereka?

Sasti kemudian mengajak Bella dan Banyu mencicipi beberapa kue yang ia siapkan. Ia begitu puas ketika mereka memujinya. Sasti pun berniat untuk membawakan untuk mereka nanti.

Sasti dan Banyu tidak banyak mengobrol karena Sasti sibuk mengobrol dengan tamu lain. Surprisingly, Banyu masih ada di toko menemani Sasti hingga semua tamu pulang termasuk Bella. Sasti sempat bingung tapi ia membiarkan Banyu di sana bersama karyawannya yang lain. Banyu bahkan ikut membantu merapikan sisa-sisa acara tadi walaupun Sasti sudah melarang.

Mereka akhirnya ditinggal berdua saja ketika Ali pamit pulang. Tanda tutup sudah disematkan di pintu depan.

"Aku nggak pernah lihat kamu se-happy tadi," ungkap Banyu sembari tersenyum.

"Masa?"

Banyu mengangguk-angguk beberapa kali sebelum bicara lagi. "Kamu excited banget dengan toko ini. Kamu jelasin semuanya dengan mata berbinar seakan bilang semua harus nyoba kue kamu. Ya bagus sih, aku tersihir jadi pesan banyak buat di kantor."

Sasti pun akhirnya tertawa. Ia jarang sekali tertawa tapi entah mengapa ia ingin tertawa hari ini.

Banyu pun ikut terkejut. "Tuh kan kamu ketawa, Sas. Dulu kayaknya ketawa jarang-jarang deh."

"Nggak ada yang berubah dari aku, Nyu. Mungkin kamu lupa."

"Mana bisa aku lupain kamu?"

Hening.

Sasti merapikan tokonya lagi dalam diam kemudian ia bersiap pulang. Banyu juga hanya memperhatikannya dalam diam.

"Aku antar ya? Kamu bawa mobil?"

"Bawa, Nyu."

"Bisa nyetir sendiri atau mau aku antar aja? Antar aja deh ya. Sebentar, aku ke toilet dulu tapi ya." Banyu langsung saja ngibrit ke toilet.

Begitu selesai, ia langsung mengajak Sasti pulang. Namun, ketika Banyu baru membuka pintu, Sasti mendadak menahan tangannya.

"Actually, Nyu, aku dari tadi mau tanya, tapi takut nggak enak. Gea di mana? Kenapa nggak datang sama kamu?"

Banyu terlihat terkejut karena Sasti menanyakan Gea. Ia pun menatap Sasti dengan tidak yakin dan menutup pintunya kembali.

"Kalian nggak bertengkar gara-gara... aku, kan?"

"Sudah putus, Sas."

"Gara-gara aku?"

Banyu menggeleng. "Bukan. Gara-gara aku kok. Dia nggak tahan karena katanya aku terlalu cuek."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 17 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

diaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang