24. Ngarang

915 65 2
                                    

Sasti menunggu komentar Banyu yang sedang mengunyah camilan buatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sasti menunggu komentar Banyu yang sedang mengunyah camilan buatannya. "Enak nggak, Nyu?"

Banyu mengangguk sambil tersenyum. "Enak banget. Ini mau dijual?"

Sasti tersenyum. "Surprisingly, healthy chocolate cake kemarin laku. Jadi, pengin coba yang lain. Rinjani bukan spesialis cake, tapi aku bersyukur banyak yang suka."

"Syukur deh, Rinjani memang tempatnya asyik banget sih, Sas. Nongkrong sambil nyemil. Nggak nyemil, nggak asyik."

"Aku senang kalau kamu suka kuenya," ucap Sasti sembari tersenyum hangat. "Nanti bawa ya, buat teman-teman kamu. Lari lagi hari ini?"

"Iya, nanti sore latihan lagi. Semoga nggak hujan deh. Repot banget kalau hujan." Banyu kemudian menepati janjinya untuk menunjukkan hasil camera trap badak.

Sasti tidak berharap Banyu ingat, tapi ternyata dia sudah siap menjelaskan kehidupan Badak itu pada Sasti. Ini sebuah hal yang baru baginya.

"Btw, lusa aku mau nemenin tim peneliti ke Sukabumi. Jadi, besok kayaknya nggak bisa mampir ke sini. Aku pergi sekitar semingguan aja, nggak lama kok. "

"Kamu tuh semua hal dikerjain ya. Nggak takut capek?"

Banyu tertawa kecil. "Ya capek itu pasti, Sas, tapi itu resiko kerjaan, kan? Nggak apa-apa. Itungannya sekalian latihan fisik kok—pengganti lari sore."

Banyu sebenarnya tidak perlu menjelaskan apa pun pada Sasti, tapi Sasti tetap menghargai upayanya. Banyu pamit baik-baik, jadi ia pun mendoakan yang terbaik untuk Banyu.

Sastia tahu bahwa selama ini ia tidak pernah berusaha mengenal Banyu lebih dekat. Ia tidak banyak bertanya mengenai kehidupan Banyu. Ia hanya tahu apa yang diceritakannya saja. Ternyata banyak hal menarik yang belum pernah Sasti dengar sebelumnya.

Ponsel Banyu bergetar tiada henti. Pria itu melihat layar lalu minta izin untuk menjawab telepon langsung. "Iya, lo jemput gue sini. Sekalian lewat. Yeee oke oke gue ke sana."

Begitu Banyu memutuskan telepon, pria itu tersenyum lagi pada Sasti. "Aku harus pergi sekarang nih. Temanku sudah nungguin."

"Oh, oke. Sebentar aku bungkusin kue dulu,'' ucap Sasti seraya berdiri lalu ia pergi ke belakang begitu cepat bahkan sebelum Banyu menjawab.

Sasti pun meletakkan beberapa potong kue ke dalam wadah PP dan menutupnya dengan rapat. Setelah itu, ia kembali menemui Banyu dan memberikan kue tersebut padanya.

"Bagi-bagi buat teman kamu, ya," ucap Sasti.

Banyu mengucapkan terima kasih lalu ia tersenyum dan sengaja menanyakan bagian khusus untuk dirinya.

"Kamu mau lagi?"

"Iya, dong, Sas. Buat teman begadang. Sudah habis, ya? Kalau habis ya nggak apa-apa sih."

diaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang