Pagi hari di kantor, Yoongi baru saja selesai mengadakan rapat Divisi Keuangan untuk membahas rencana keuangan untuk beberapa bulan mendatang, mengingat bahwa Park Corporation baru saja memenangkan tender terbesar di Korea di bidang pengembangan IT. Mereka membahas Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk proyek tersebut agar biayanya tepat sasaran sesuai dengan target perencanaan yg sudah mereka susun sebelum proyek berlangsung.
Selesai rapat Yoongi kembali ke ruangannya dan mulai mempersiapkan materi rapat untuk rapat berikutnya dengan Divisi IT. Yoongi sangat memperhatikan detail dalam setiap presentasi yg dia presentasikan, untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam penyampaian materinya. Bagian keuangan sangat krusial dalam perencanaan proyek, karena kalau salah hitung akan berimbas pada jalannya proyek. Makanya Yoongi begitu hati-hati dan mendetail agar tidak terjadi kerugian dalam pelaksanaan proyek.
Sejam kemudian, rapat dengan Divisi IT pun dimulai. Selama sejam kedepan mereka semua membahas semua perencanaan dengan sematang mungkin, sebelum proyek resmi dilaksanakan minggu depan. Rapat berjalan lancar dan semua orang dalam Divisi IT tampak setuju dengan RAB yg dibuat Yoongi. Rapat pun selesai menjelang makan siang.
Namjoon dan Yoongi pun sepakat untuk makan siang bersama selepas rapat. Mereka menuju restoran cepat saji yg berada tak jauh dari kantor untuk menghemat waktu. Setelah selesai memesan, mereka segera duduk di salah satu meja tak jauh dari jendela. Mereka pun kemudian menikmati makan siang mereka masing-masing.
"Tadi keren sih Hyung presentasinya," ujar Namjoon pada Yoongi setelah selesai mereka bersantap siang, "seperti biasa perhitungan Hyung pasti selalu akurat dan tak pernah meleset."
"Ah, kau terlalu berlebihan, Joon," ujar Yoongi, "aku hanya melakukan tugasku."
"Tapi kan memang benar, Hyung," sergah Namjoon, "Hyung selalu saja memperhitungkan semua dengan amat sangat detail. Pantas saja Hyung lulus dengan predikat Cum Laude."
Yoongi hanya tertawa kecil, "kau juga hebat Joon. Mana ada yg lulus dengan IPK 4 di jurusan IT. Baru kau yg mencetak sejarahnya loh."
Namjoon ikut tertawa, "Itu hanya kebetulan saja Hyung. Sepertinya aku sedang beruntung saat sidang, hingga semua dosen pengujiku memberikan aku nilai A+."
Mereka tertawa bersama.
"Tuan Park sudah ke Jepang?" tanya Namjoon kemudian yg disambut dengan anggukan Yoongi, "Sudah Joon, mungkin untuk sebulan ke depan. Untuk memantau proyek pembangunan kantor cabang Park Corporation disana yg sudah memasuki tahap akhir."
"Apa Hyung bersedia kalau diminta pindah ke sana?" tanya Namjoon lagi. Bagaimanapun sudah terdengar desas desus di kantor, kalau Yoongi yg akan memegang cabang Park Corporation di Jepang nanti.
Yoongi hanya mengendikkan bahunya, "kalau itu terserah keputusan Tuan Park saja, Joon."
"Kalau Hyung pindah, apakah siap harus berpisah dari Jimin?" Namjoon menatap Yoongi. Dia tau betul bagaimana Yoongi sangat mencintai Jimin walau Jimin sangat membenci Yoongi.
"Sepertinya Jimin yg akan senang kalau aku harus pindah ke Jepang, Joon." dengan getir Yoongi terkekeh pelan.
Namjoon tetap memandang Yoongi, "Kenapa Hyung tidak mencoba mencari orang lain saja?"
Yoongi balas menatap Namjoon, "aku sudah mencobanya, Joon. Trust me. Tapi semakin aku mencoba membunuh perasaanku pada Jimin, rasa cintaku padanya malah semakin kuat. Aku sungguh tak bisa berpaling darinya, Joon. Walau Jimin semakin lama semakin membenciku."
Namjoon menghela nafasnya, "aku sungguh tak bermaksud mencampuri urusan hatimu, Hyung. Aku hanya ingin kau juga dicintai oleh orang yg mencintaimu."
Yoongi tersenyum, "Aku tau maksudmu, Joon. Aku juga kadang ingin seperti dirimu dan Jin Hyung yg saling mencintai satu sama lain."
Namjoon hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Yoongi. Memang Namjoon sedikit beruntung dari Yoongi untuk urusan percintaannya. Hubungannya dengan Jin Hyung terbilang mulus tanpa hambatan, dan seperti kata Yoongi, mereka berdua saling mencintai dan melengkapi satu sama lain. Jin seorang model papan atas. Dia juga sangat sibuk dengan jadwal pemotretannya. Tapi itu tidak mengurangi perhatiannya kepada Namjoon. Begitu pula Namjoon yg amat sangat memuja Jin. Hubungan cinta mereka berdua semakin lama semakin kuat. Dan Yoongi adalah orang yg sangat mendukung mereka berdua dan selalu menjadi garda terdepan yg menjaga dan melindungi mereka berdua. Jin dan Namjoon tidak pernah sekalipun mempermasalahkan status sosial Yoongi. Mereka hanya tau Yoongi sahabat terbaik mereka berdua. Dan Yoongi sangat bersyukur akan hal itu.
"Lagian bagus juga sih kalau aku dipindahkan ke Jepang, Joon," ujar Yoongi, "karena tahun depan kan Jimin akan lulus kuliah. Pasti Tuan Park ingin Jimin mengambil alih Park Corporation. Bagaimanapun juga Jimin kan penerus dari Tuan Park."
"Loh bukannya Jimin meminta waktu setahun dulu setelah lulus kuliah sebelum menambil alih Park Corporation?" tanya Namjoon.
Yoongi mengangguk, "iya memang begitu kata Jimin, tapi kan siapa tau Jimin berubah pikiran."
Namjoon hanya ber-oh ria.
Mereka kemudian menyelesaikan makan siang mereka dan kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing.
Yoongi nampak terduduk diam di depan laptopnya. Pikirannya tiba-tiba menerawang mengingat percakapannya dengan Namjoon tentang Jimin.
"Apa aku harus mengajukan diri untuk menempati cabang di Jepang, agar Jimin terbebas dariku?" monolog Yoongi, "kalau aku tidak ada di dekatnya, mungkin Jimin akan senang bisa terbebas dari keberadaanku."
Yoongi tanpa asyik dengan pikirannya sendiri. Memikirkan berbagai kemungkinan. Dia sungguh ingin Jimin berbahagia. Kalau dengan kepergian Yoongi dari pandangan Jimin bisa membuat Jimin bahagia, maka Yoongi akan melakukan itu. Apapun akan dia lakukan asal Jimin bahagia. Apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love and Hate Collide (Yoonmin)
FanfictionJimin begitu membenci Yoongi, anak dari seorang pembantu di rumahnya. Tidak ada yg lebih menjijikkan ketika harus bertemu dan berinteraksi dengan Yoongi. Tapi keadaan berbalik 180 derajat ketika Yoongi menolong Jimin yg terkilir kakinya akibat terj...