Dua hari kemudian, Jin dan Namjoon kembali ke Seoul, tentu saja bersama Yoongi. Sesampainya mereka di Seoul, mereka langsung menuju rumah Jimin. Nampak Appa dan Eoma Park menyambut mereka.
"Yoongi-yah." Eoma Park langsung memeluk Yoongi dengan erat.
"Imo, maafkan Yoongi." Yoongi menangis.
Eoma Park melepas pelukannya dan mengusap airmata Yoongi, "kamu tidak salah nak. Justru Imo mau minta maaf atas apa yg sudah Jimin perbuat padamu."
Yoongi menggeleng, "aniyo Imo, bukan salah Jimin. Yoongi yg salah, Imo."
Appa Park menghampiri mereka, "Lihatlah Yeobo, Yoongi selalu saja membela Jimin."
Yoongi beralih menatap Appa Park, "Paman, mianhe. Maafkan Yoongi."
Appa Park segera memeluk Yoongi, "kamu ga salah Yoon. Ga ada yg salah disini nee. Berhenti meminta maaf, Yoon."
Yoongi mengangguk.
"Lebih baik kamu segera ke kamar Jimin, Yoon," ujar Eoma Park tersenyum menatap Yoongi, "dari kemarin dia menolak makan. Tolong bujuk dia untuk makan ya."
"Baik Imo, Yoongi ke kamar Jimin dulu ya." pamit Yoongi.
"Ayo anak-anak, kita ngobrol di ruang tengah." Appa Park mengajak Jin dan Namjoon. Eoma Park pun mengikuti suaminya.
Yoongi segera menuju kamar Jimin dan mengetuk pintunya.
"Eoma, Jimin sudah bilang, Jimin ga lapar Eoma." Nampak terdengar suara Jimin yg sangat lemah.
Hati Yoongi begitu sedih mendengar suara Jimin. Dengan perlahan dia membuka pintu kamar Jimin, dan mendapati Jimin yg sedang tidur membelakangi pintu kamar. Yoongi berjalan mendekat.
Merasa ada orang yg mendekatinya, Jimin kembali berkata, "Eoma, Jimin ga lapar, Eoma."
"Jimin....." panggil Yoongi pelan.
Mendengar suara Yoongi, Jimin sontak menoleh dan menemukan tatapan Yoongi yg teduh pada dirinya.
Tanpa bisa dicegah, airmatanya turun membanjiri kedua pipinya, "Hy-hyung....... a-aku....." Suara Jimin mendadak tercekat tak mampu keluar.
Yoongi mendekati Jimin dan duduk di tepi tempat tidur Jimin. Dengan lembut Yoongi menatap Jimin, "kenapa ga mau makan? kasian Eoma dan Appamu sangat mengkhawatirkanmu, Jim."
Tangan Yoongi terulur mengusap surai rambut Jimin. Wajah Jimin nampak pucat dan tirus. Belum lagi kantong mata nampak menggelayut di mata Jimin menandakan betapa dia tidak tidur dengan cukup. Matanya pun juga sembab, entah berapa lama sudah dia menangis.
Lalu tangan Yoongi mengusap airmata yg terus mengalir di kedua pipi Jimin, "jangan menangis nee."
Bukannya mereda, tangis Jimin malah semakin kencang, "Hy-hyung..... mi-mian-he..... mi-mian......"
Yoongi langsung memeluk Jimin. Dikecup dengan lembut pucuk kepala Jimin, "Eh kesayangan Hyung ga boleh nangis, hhmm...." Dieratkan pelukannya ke tubuh Jimin membuat Yoongi menyadari betapa kurusnya Jimin sekarang.
"Hy-hyung....." cicit Jimin diantara isak tangisnya.
"Nee, Jim," jawab Yoongi, "jangan nangis ya. Maafkan Hyung sudah membuatmu menangis seperti ini. Maafkan Hyung ya Jim."
Jimin menggeleng kuat-kuat dalam pelukan Yoongi, "Jimin yg salah, Hyung, Jimin yg salah......" Jimin semakin kuat menangis.
Yoongi membiarkan Jimin menangis dalam pelukannya untuk meluapkan semuanya. Hingga tak berapa lama isak tangis Jimin pun mereda. Yoongi mengurai pelukan mereka. Dengan tangannya, Yoongi kembali menhapus sisa-sisa air mata di wajah Jimin.
"Sudah ya, jangan menangis lagi, hhmm." ujar Yoongi yg tersenyum menatap Jimin.
Jimin hanya mengangguk dan kemudian tertunduk.
"Eh kenapa lagi?" ucap Yoongi mengangkat dagu Jimin. Mata Jimin bertemu netra hitam Yoongi dan kemudian seakan tenggelam di dalamnya.
"Aku......" Jimin mencoba bersuara, "apa Hyung membenciku?"
Yoongi tersenyum kembali, "Selamanya Hyung tidak akan pernah bisa membencimu, Jim."
"Tapi bukankah aku sudah keterlaluan?" Suara Jimin kembali bergetar.
Yoongi menggeleng, "Hyung terlalu menyayangimu, Jim. Hyung sungguh tidak bisa membencimu. Malah Hyung pikir kamu yg membenci Hyung."
Jimin malah memeluk Yoongi, "Hyung....."
Yoongi hanya tersenyum dan mengusap lembut punggung Jimin, "nee sayang."
Jimin terkejut mendengar ucapan Yoongi. Dia melepas pelukannya, "Hy-hyung..... a-apa yg ba-barusan Hy-hyung katakan?"
"Sayang?" ucap Yoongi tersenyum menatap Jimin, "apa kau tak suka Hyung memanggilmu begitu?"
Jimin tertunduk, mukanya serasa memanas. Dia yakin pasti wajahnya sudah sangat merah sekarang.
Yoongi kembali mengangkat dagu Jimin, "kenapa malah menunduk?"
"A-aku...." Jimin kemudian terdiam.
"Jimin, bolehkan Hyung mengatakan sesuatu?" tanya Yoongi yg disambut dengan anggukan Jimin.
"Hyung pernah berjanji padamu waktu malam itu, bahwa Hyung akan menjagamu sepanjang hidupmu," ucap Yoongi, "apakah kamu mengizinkan Hyung melakukan itu?"
Jimin kembali mengangguk.
Yoongi tersenyum menatap Jimin, "kalau kamu membolehkan Hyung menjagamu, berarti kamu harus mengizinkan Hyung memilikimu seutuhnya, Jim."
Mata Jimin membulat sempurna.
"Apa boleh Hyung memintamu menjadi kekasih Hyung?" tanya Yoongi kemudian.
Jimin masih menatap Yoongi.
"Park Jimin, apakah kamu mau menjadi kekasih Min Yoongi?" ulang Yoongi yg menatap Jimin dengan penuh cinta.
"Hyung...." dengan tersendat, Jimin mencoba berbicara.
Yoongi yg menyadari bahwa mungkin Jimin kaget dengan pernyataan cinta Yoongi yg tiba-tiba segera berkata, "Ah, mianhe Jim, mungkin ini terlalu mendadak untukmu. Maafkan Hyung ya. Tak apa kalau....."
Cup!
Belum selesai Yoongi berbicara, Jimin memutusnya dengan langsung mencium bibir Yoongi. Kecupan singkat tapi sanggup membuat Yoongi tersenyum bahagia.
"Tentu saja, Hyung," ucap Jimin sambil mengusap bibir Yoongi, "Park Jimin milikmu seutuhnya mulai sekarang, Min Yoongi."
Yoongi kembali memeluk Jimin, "gomawo sayang, gomawo nee...."
Yoongi mencium pucuk kepala Jimin, kemudian kening Jimin dan...... mata Yoongi menatap bibir Jimin, didekatkan perlahan, hingga bibir mereka pun saling bertemu kembali. Dengan lembut Yoongi mulai menciumi bibir Jimin. Mereka saling melumat bibir tanpa mau satupun dari mereka melepaskannya. Hingga kebutuhan akan oksigenlah yg membuat mereka terpaksa melepaskan tautan bibir mereka.
Yoongi mengusap pelan bibir Jimin, "nampaknya bibirmu sekarang menjadi candu bagiku, baby."
Jimin tertunduk tersipu malu. Hatinya membuncah bahagia mendengar panggilan sayang Yoongi padanya, "Baby?"
Yoongi terkekeh pelan, "Do u like it?"
Jimin mengangguk, "Aku suka sekali, Hyung."
"My baby, then." Yoongi pun kembali mengecup bibir Jimin, dan mereka pun kembali berciuman dengan penuh hasrat yg menggelora.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love and Hate Collide (Yoonmin)
FanfictionJimin begitu membenci Yoongi, anak dari seorang pembantu di rumahnya. Tidak ada yg lebih menjijikkan ketika harus bertemu dan berinteraksi dengan Yoongi. Tapi keadaan berbalik 180 derajat ketika Yoongi menolong Jimin yg terkilir kakinya akibat terj...