Keputusan Yoongi

205 35 6
                                    

Keesokan harinya, Tuan dan Nyonya Park harus kembali berangkat ke Pulau Jeju atas undangan dari kolega perusahaan yg berniat berinvestasi di Park Corporation. Jadilah keduanya berangkat untuk 2 hari kedepan. Yoongi yg mengantarkan Tuan dan Nyonya Park ke bandara. Sepanjang perjalanan Yoongi nampak lebih pendiam dari biasanya, membuat Nyonya Park bertanya padanya apakah dia sedang sakit.

Yoongi hanya tersenyum dan menjawab tidak.

Setelah mengantarkan Tuan dan Nyonya Park ke bandara Yoongi segera kembali kerumah. Sesampainya dirumah dia tidak menemukan Jimin. Menurut pembantu yg lain, Jimin sudah berangkat ke kampus.

Yoongi kemudian menuju kamar Eoma Min.

"Eoma, apa Yoongi boleh masuk?" tanya Yoongi sembari mengetuk pintu kamar Eomanya.

"Masuklah nak." sahut Eoma Min dari dalam.

Yoongi pun segera masuk ke dalam kamar Eoma Min.

"Ada apa nak?" Tanya Eoma Min begitu Yoongi sudah berada di dalam.

Yoongi nampak terdiam sejenak sebelum berkata, "Eoma, apakah kita bisa kembali ke Daegu?"

Eoma Min terkejut mendengar ucapan Yoongi, "Loh memangnya kenapa nak?"

Yoongi kembali terdiam. Dia mendudukkan dirinya di samping Eoma Min yg sedang duduk di tempat tidurnya.

"Ada apa hhmm." tanya Eoma Min sembari mengusap kepala Yoongi.

"Mianhe Eoma," ujar Yoongi, "aku berpikir sebaiknya kita pulang ke Daegu saja Eoma kerumah kakek dan nenek yg disana. Kita bisa menempati rumah kakek dan nenek yg memang milik Eoma kan?"

Eoma Min hanya menatap Yoongi, "apa kau masih memikirkan ucapan Tuan Muda?"

Yoongi hanya diam.

"Aku hanya berpikir, mungkin Jimin ada benarnya, Eoma,"  sambung Yoongi, "mungkin memang sebaiknya kita tidak usah ada lagi di kehidupan keluarga Park."

Eoma Min tersenyum, "apa kau sudah yakin atas keputusnmu?"

Yoongi mengangguk, "Eoma ga masalah kan kalau kita kembali ke Daegu?"

Eoma Min kembali tersenyum, "Eoma ga masalah nak. Kemanapun asal bersama anak Eoma, Eoma ga masalah."

Yoongi tersenyum memeluk Eoma Min, "gomawo Eoma, aku janji akan bekerja keras di sana untuk hidup kita berdua."

Yoongi melepaskan pelukannya, "kita pergi sekarang ya Eoma."

"Mwo?" Eoma Min terkejut mendengar ucapan Yoongi, "sekarang? tapi kita belum beberes, nak."

Yoongi tersenyum, "tidak usah membereskan apapun Eoma. Ini semua pemberian Tuan dan Nyonya Park. Kita tidak perlu membawanya. KIta hanya akan membawa apa yg melekat di badan saja Eoma, sama beberapa barang yg sudah ada sejak Appa masih ada. Dan itu juga kan ga banyak, Satu tas ransel Yoongi rasanya muat untuk membawa itu semua."

"Handphone dan yg lainnya?" Tanya Eoma Min.

Yoongi menggeleng, "kita tidak usah membawanya Eoma. Nanti kita beli handphone biasa aja sesampainya kita di Daegu. Yoongi ada tabungan dari hasil kerja Yoongi selama ini ditambah dengan bonus yg lumayan kemarin dari Tuan Park. Yoongi rasa itu cukup untuk kita memulai hidup baru di Daegu dengan membuka usaha kecil-kecilan nanti disana. Sudah Yoongi pikirkan Eoma, jangan khawatir nee."

Eoma Min hanya tersenyum, "baiklah nak. Ayo kita pergi sekarang."

Mereka kemudian membereskan barang-barang mereka berdua sebelum akhirnya keluar dari kamar Eoma Min. Sebelum meninggalkan rumah keluarga Park, Yoongi menyempatkan diri menaruh sepucuk surat di kamar Jimin. Dia menatap kamar Jimin sesaat sebelum akhirnya pergi keluar kamar Jimin. Bersama Eoma Min, Yoongi pun akhirnya pergi meninggalkan kediaman keluarga Park diiringi tangisan para pekerja dan para supir disana.



Malam harinya Jimin sampai dirumah setelah seharian nongkrong di Mall untuk sejenak mengusir keresahan hatinya. Dia heran mendapati rumahnya yg nampak lebih sunyi dibandingkan biasanya. Dia juga tidak menjumpai Eoma Min dan juga Yoongi, dan juga mendapati para pembantunya nampak sembab mukanya seperti habis menangis seharian, begitu juga dengan para supir yg nampak lebih murung dari biasanya.

Jimin masuk ke kamarnya masih dengan sejuta tanya di hatinya. Sampai dia menemukan sepucuk surat tergeletak di tempat tidurnya. Jimin segera mengambil surat itu.

"Surat dari siapa ini?" gumam Jimin.

Dengan penasaran Jimin segera membuka surat tersebut.

Dear Jimin,

Ini Yoongi Hyung. Maafkan Hyung yg dengan lancang menulis surat ini untuk Jimin.

Hyung tau, mungkin sekarang Jimin masih marah pada Hyung. Tak apa, Hyung mencoba sebisa mungkin memahami posisi Jimin.

Pertama-tama Hyung mau minta maaf, kalau memang kehadiran Hyung dan Eoma Hyung membuat Jimin tidak suka. Hyung minta maaf atas nama Appa dan Eoma Min dan juga diri Hyung sendiri.

Sungguh, tidak pernah terlintas sedikitpun di benak Hyung untuk menggantikan posisi Jimin di mata kedua orangtua Jimin. Sama sekali tidak ada. Terbersit pun tidak.

Apa yg Hyung lakukan selama ini adalah bentuk rasa terima kasih Hyung terhadap Tuan dan Nyonya Park yg sudah berbaik hati memberikan Hyung dan juga Eoma Hyung tempat untuk berteduh. Bahkan sampai menyekolahkan Hyung hingga Hyung bisa seperti sekarang ini. Selamanya Hyung tidak akan pernah lupa kebaikan Tuan dan Nyonya Park terhadap Hyung dan Eoma Hyung.

Apa yg Hyung lakukan sekarang ini adalah bentuk pengabdian Hyung terhadap keluarga Park. Karena sejak Tuan dan Nyonya Park berjanji akan merawat Hyung dan juga Eoma Hyung, maka sejak saat itulah Hyung harus melakukan apa yg disebut dengan rasa balas budi atas apa yg sudah Tuan dan Nyonya berikan pada Hyung.

Termasuk menjagamu adalah bentuk pengabdian Hyung pada keluarga Park. Bagaimanapun juga kamu adalah anak satu-satunya dari Tuan dan Nyonya Park yg sudah barang tentu akan selalu menjadi kesayangan Tuan dan Nyonya Park. Hyung akan lakukan apapun untuk selalu menjaga mu, Jim. Apapun itu.

Hanya saja Hyung tidak menyangka bahwa apa yg sudah Hyung lakukan selama ini ternyata menimbulkan kesalahpahaman pada dirimu. Dan terus terang itu membuat Hyung terluka dan sangat sedih. Karena Hyung sungguh-sungguh menyayangimu dengan tulus dan tanpa pamrih. Tidak ada niatan sedikitpun untuk menjadi lebih diatas dirimu, sama sekali tidak. Malah kalau bisa kamulah yg selalu berada jauh lebih baik daripada Hyung.

Maafkan Hyung kalau sudah membuatmu begitu membenci Hyung dan juga cemburu atas perlakuan Tuan dan Nyonya Park terhadap Hyung jika dibandingkan dengan dirimu. Maafkan Hyung. Karena yg Hyung yakin, Tuan dan Nyonya Park pun sangat menyayangimu, Jim, sangat.

Tapi Hyung juga sadar diri siapa diri Hyung. Makanya Hyung memutuskan untuk pergi dari kehidupanmu dan juga dari kehidupan keluarga Park. Mungkin dengan begini, kamu akan punya kehidupan yg jauh lebih baik lagi tanpa kehadiran Hyung di hidupmu.

Dan perlu kamu tau Jim, Hyung tidak pernah menyalahkan dirimu, karena ini memang bukan salahmu. Ini murni salah Hyung.

Sekali lagi Hyung minta maaf ya Jim, mohon maaf yg sebesar-besarnya atas kehadiran Hyung yg tak tau diri ini di hidupmu. Mohon maafkan Hyung, Jim.

Dari Hyungmu,
Min Yoongi

Jimin sukses menangis setelah membaca surat dari Yoongi. Hatinya mendadak hampa. Dunianya mendadak gelap seketika.

When Love and Hate Collide (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang