Penyesalan Jimin

219 35 7
                                    

Sesampai dirumah, Tuan dan Nyonya Park tidak mendapati keberadaan Jimin. Menurut para pekerja mereka, Jimin belum kembali ke rumah sejak pergi ke kampus pagi tadi.

Tuan dan Nyonya Park segera mengumpulkan seluruh pekerja yg ada di rumah mereka. Sekarang mereka semua berkumpul di ruang tengah.

"Saya hanya ingin menanyakan apa yg sudah terjadi pada Yoongi dan Jimin ketika saya dan Nyonya sedang ke Pulau Jeju kemarin." ujar Tuan Park begitu semua pekerja sudah berkumpul.

Nampak para pekerjanya saling berpandangan.

"Kalian tidak usah takut," ucap Nyonya Park, "saya dan Tuan yg akan menjamin bahwa kalian tetap akan bekerja disini. Urusan Jimin nanti sepenuhnya menjadi urusan kami."

Salah satu pekerja pun mulai membuka suaranya. Menceritakan dengan detail apa yg sudah terjadi pada Yoongi dan juga Jimin kemarin. Tuan dan Nyonya Park nampak terkejut mendengar cerita dari para pekerja mereka. Keduanya tak menyangka bahwa Jimin bisa berkata sekeji itu pada Yoongi.

Setelah selesai mendengar cerita dari para pekerjanya, Tuan dan Nyonya Park mempersilahkan seluruh pekerja untuk melanjutkan pekerjaannya masing-masing.

Sambil menunggu kepulangan Jimin, baik Tuan dan Nyonya Park tampak terdiam, larut dalam pikirannya masing-masing. Sampai suara mobil Jimin menyadarkan mereka.

"Ingat, Oppa, jangan memarahi Jimin." Nyonya Park megingatkan suaminya, yg dibalas dengan anggukan dari Tuan Park.

Nampak Jimin memasuki ruang tengah dan terkejut mendapati kedua orangtuanya sudah duduk disana.

"Sini nak, duduk dulu bersama Appa dan Eoma." Eoma Park menepuk sofa disampingnya, mengisyaratkan Jimin untuk duduk disebelahnya.

Dengan takut-takut Jimin mendudukan dirinya disamping Eomanya. Dia tau betul  kenapa Eomanya menyuruh duduk sekarang. Jimin menundukkan wajahnya tak berani menatap Appa dan Eomanya.

"Jimin," panggil Appanya pelan, "apa ada yg mau kamu ungkapkan kepada kami disini?"

Jimin mengangkat wajahnya perlahan, "Mianhe, Appa, Eoma."

"Kenapa kamu meminta maaf?" tanya Appanya lagi, "apa kamu telah melakukan kesalahan?"

Jimin mengangguk pelan, "Jimin tau Jimin salah Appa. Jimin kelepasan ngomong begitu ke Yoongi...."

"Hyung, Jim," sela Eoma Park, "Yoongi itu Hyungmu. Sudah sepatutnya kamu memanggilnya dengan sebutan Hyung, Yoongi Hyung."

"Mianhe, Eoma." cicit Jimin pelan.

"Teruskan," Ujar Appa Park, "teruskan Jim."

"Nee Appa," sambung Jimin, "Jimin minta maaf. Jimin yg salah. Jimin emosi Appa."

"Kenapa kamu emosi?" tanya Appa Park.

Jimin menghela nafasnya sejenak, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk dapat melanjutkan ucapannya, "nilai ujian Jimin tidak memuaskan. Banyak mata kuliah yg harus Jimin ulang. Belum lagi skripsi Jimin mandek di tempat, sehingga dosen pembimbing Jimin tidak mengizinkan Jimin untuk ikut sidang di semester depan."

"Lalu, kenapa kamu malah melampiaskannya pada Yoongi?" tanya Eoma Park heran, "itu kan salah kamu, dan ga ada hubungannya dengan Yoongi? Kecuali Yoongi ada berbuat salah padamu, misalnya mencelakakanmu atau apa gitu, baru akan masuk akal kalau kamu marah-marah sama Yoongi."

"Mianhe Eoma." Jimin kembali tertunduk.

"Appa sungguh tak mengerti Jim," Appa Park menatap Jimin, "apa segitunya kamu membenci Yoongi hanya karena keegoisanmu semata? Hanya karena kamu melihat Appa dan Eomamu seperti lebih menyayangi Yoongi dibandingkan dengan dirimu? Begitu?"

When Love and Hate Collide (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang