Keesokan harinya Jimin terbangun, bibirnya mengulas senyum di wajahnya. Dia teringat peristiwa semalam yg membuat darahnya kembali berdesir dan jantungnya berdegup kencang. "ah kenapa semalam rasanya nyaman sekali," gumam Jimin pelan, "seakan tidak ada lagi yg perlu aku khawatirkan. Semua terasa begitu damai dan menenangkan."
Jimin masih tersenyum-senyum sendiri sampai tak menyadari Eoma Park sudah berdiri di samping Jimin dan menatap Jimin dengan penuh keheranan.
"Jimin." Panggilan Eoma Park membuat Jimin kaget. Lamunannya buyar seketika.
"Eoma." seru Jimin yg langsung berhamburan memeluk Eomanya.
"Eh eh eh, kenapa ini dengan anak Eoma?" Eoma Park terkekeh pelan melihat tingkah Jimin.
"Jimin kangen Eoma." ujar Jimin yg semakin menduselkan kepalanya di pelukan Eoma Park.
"Aigoooooo," seru Eoma Park, "tumben banget ini anak Eoma."
Eoma Park melepaskan pelukannya. Tangannya segera memegang kening Jimin, "kamu ga panas kok," sahut Eoma Park, "tapi kenapa tingkahmu seperti ini?"
Jimin mem-pout-kan bibirnya, "emang aku ga boleh kangen sama Eoma?"
Sikap Jimin yg merajuk membuat Eoma Park semakin terkekeh, "Aniyo......"
Eoma Park kembali memeluk Jimin, "Eoma senang melihatmu manja seperti ini."
Jimin tersenyum dalam pelukan Eomanya.
"Ya udah, ayo kita sarapan," ajak Eoma Park, "Appamu sudah menunggu dibawah."
Jimin mengangguk. Berdua mereka segera menuju meja makan. Nampak Appa Park sudah menunggu kedatangan mereka.
"Appa," cicit Jimin memeluk Appanya, "Jimin kangen sama Appa."
Sekarang gantian Appa Park yg tergelak, "Tumben sekali putra Appa seperti ini?"
Jimin kembali cemberut, "Emang aku ga boleh kangen Appa."
Appa Park tertawa, "tentu saja boleh nak. Appa malah senang mendengarnya."
Appa Park mengusak rambut Jimin, "ayo kita sarapan dulu."
Bertiga mereka pun sarapan bersama. Sesekali Appa Park bertanya tentang kuliah Jimin dan Jimin menjawab bahwa kuliahnya lancar saja tanpa kendala yg berarti.
"Tapi kakimu sudah sembuh kan nak?" tanya Eoma Park, "Yoongi waktu itu memberitahu Eoma kalau kamu jatuh di tangga dan terkilir."
Jimin mengangguk, "Udah Eoma, kakiku sudah sembuh."
"Untuk ada Bibi Min dan Yoongi," ujar Eoma Park tersenyum, "apalagi Yoongi yg setiap hari selalu mengurut kakimu hingga sembuh. Yoongi sungguh menjagamu dengan sangat baik nee."
Jimin hanya terdiam. Tak tau harus berkata apa.
"Yoongi?" Nampak Appa Park memanggil Yoongi.
Yoongi pun datang menghampiri meja makan dan membungkuk hormat kepada mereka bertiga, "Selamat pagi Tuan dan Nyonya Park. Selamat pagi Jimin."
"Duduklah nak." Appa Park menunjuk bangku di sebelah Jimin.
Yoongi nampak ragu sejenak dan menatap Jimin, "Ehm, saya disini aja Tuan." Yoongi sengaja duduk agak mejauh dari Jimin, "ada apa Tuan? Apa ada yg bisa saya bantu?"
"Bagaimana perkembangan proyek perusahaan, Yoon?" tanya Appa Park sambil menyeruput kopinya.
Yoongi melaporkan dengan singkat perkembangan pelaksanaan proyek dan mengatakan bahwa siang ini akan ada meeting antara pihak kontraktor dan juga perusahaan untuk memantau perkembangan terakhir pelaksanaan proyek tersebut.
Appa Park mengangguk-angguk seakan puas dengan apa yg Yoongi beberkan padanya pagi ini, "great job, Yoon. Kamu memang selalu bisa diandalkan." Appa Park memuji Yoongi.
Yoongi hanya tersenyum kecil, "Saya hanya melakukan apa yg sudah Tuan amanatkan pada saya, Tuan."
"Seperti biasa, pekerjaanmu selalu memuaskan Yoon. Saya bangga padamu." Appa Park tersenyum menatap Yoongi. Ada kebanggaan terlihat di wajahnya. Jimin melihat itu. Dia bisa melihat betapa Appanya sangat bangga terhadap kinerja kerja Yoongi. Mendadak ada terselip kekhawatiran di hati Jimin, apakah dia juga bisa membuat Appanya bangga seperti Appanya yg bangga terhadap Yoongi?
"Baiklah kalau begitu ayo kita berangkat Yoon," Appa Park pun bangkit dari duduknya, "kamu juga harus ke kampus kan Jim?"
Jimin mengangguk.
"Mianhe Tuan, saya akan mengantar Jimin dulu ke kampus dulu, baru nanti ke kantor." ujar Yoongi yg juga ikut bangkit dari duduknya.
"Baiklah, Yoon," sahut Appa Park, "kau bisa mengantar Jimin dulu sebelum ke kantor."
Yoongi mengangguk dan kembali membungkuk hormat.
"Kalian hati-hati di jalan ya." Eoma Park melepas kepergian mereka bertiga.
Appa Park mencium kening Eoma Park dan kemudian memasuki mobilnya. Jimin memeluk Eomanya dan mencium kedua pipi Eomanya dan segera menuju mobil. Sedangkan Yoongi kembali membungkuk hormat pada Eoma Park sebelum akhirnya menyusul Jimin.
Tak berapa lama mereka pun sampai di kampus Jimin. Seperti biasa Yoongi akan segera turun untuk membukakan pintu Jimin. Sejujurnya Jimin merasa tersanjung Yoongi memperlakukannya seperti itu. Senyum kembali tercetak sempurna di wajah Jimin ketika Jimin turun dari mobil.
"Nanti siang Hyung akan menjemputmu seperti biasa nee." ujar Yoongi setelah Jimin keluar dari mobil, "tunggu saja Hyung ya. Jangan kemana-mana sampai Hyung datang ya Jim."
Jimin hanya mengangguk dan kemudian segera melangkahkan kakinya masuk ke kampus. Sementara Yoongi kembali ke mobil untuk segera pergi ke kantor.
Sepanjang perjalanan ke kantor, Yoongi pun tak henti-hentinya tersenyum. Bayangan semalam kembali hadir dalam pikiran Yoongi. Hatinya mendadak kembali menghangat mengingat sikap Jimin padanya semalam. Dia begitu bahagia, sangat bahagia malah.
"Ya Tuhan, apakah aku boleh egois kali ini?" gumam Yoongi pelan, "apakah boleh aku memilikinya seutuhnya menjadi milikku selamanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love and Hate Collide (Yoonmin)
FanfictionJimin begitu membenci Yoongi, anak dari seorang pembantu di rumahnya. Tidak ada yg lebih menjijikkan ketika harus bertemu dan berinteraksi dengan Yoongi. Tapi keadaan berbalik 180 derajat ketika Yoongi menolong Jimin yg terkilir kakinya akibat terj...