Siangnya Yoongi makan siang bersama Namjoon dan juga Jin yg kebetulan ikut bergabung di sela-sela jadwal pemotretannya yg padat. Sekarang mereka sedang berada di sebuah restoran Korea pilihan Jin. Mereka nampak sibuk menikmati makanan mereka masing-masing.
"Bagaimana proyek di kantor, sayang?" tanya Jin pada Namjoon setelah mereka selesai bersantap siang.
Namjoon tersenyum memandang kekasih, "everything just fine baby."
"Yoon," kali ini Jin menatap Yoongi, "kudengar dari Namjoon hubunganmu dengan Jimin berangsur membaik. Apakah benar?"
Yoongi memang selalu bercerita tentang Namjoon perihal Jimin, otomatis Jin juga pasti akan mengetahuinya. Mereka bertiga bersahabat erat dan entah kenapa bisa saling mengisi satu sama lain. Bagi Jin, Yoongi sudah dianggap sebagai adeknya sendiri, sama seperti dia menganggap adek Namjoon, Taehyung dan juga Jungkook, kekasih Taehyung sebagai adeknya sendiri.
"Seperti yg Hyung dengar dari Namjoon, hubunganku dengan Jimin semakin membaik." Yoongi tersenyum menatap Jin.
"Aku senang mendengarnya Yoon," ucap Jin, "semoga ini pertanda baik bagi hubungan kalian ya, Dan kau juga bisa semakin cepat mengutarakan isi hatimu pada Jimin."
"Untuk masalah itu, aku belum bisa memastikannya, Hyung," sahut Yoongi, "untuk bisa seperti ini saja membutuhkan waktu bertahun-tahun bagiku. Aku belum sanggup kehilangan Jimin kalau aku mengutarakan perasaanku padanya dan ternyata membuat Jimin kembali membenciku."
"Memangnya Jimin memberikan sinyal tak suka pada Hyung kah?" kali ini Namjoon yg berkata.
Yoongi menggeleng, "aku sebenarnya juga tidak tahu, Joon."
"Apa memang sikap Jimin kepadamu dari dulu begitu?" tanya Jin penasaran.
Yoongi kembali menggeleng, "aku dan Jimin tumbuh bersama. Dulu Jimin anak yg periang. Kami selalu main bersama setiap saat, bahkan bisa dikatakan lengket satu sama lain, menurut cerita Eomaku. Jimin akan menangis apabila aku terlalu lama meninggalkannya, begitu pula aku yg akan gelisah kalau Jimin mendadak tak ada disampingku tanpa kabar."
"Lalu kenapa Jimin bisa membencimu?" tanya Jin lagi.
"Aku juga tidak tahu, Hyung," Yoongi menghela nafasnya sejenak, "aku rasa Jimin sedikit cemburu padaku karena kedua orangtuanya seperti lebih menyayangiku dibandingkan Jimin. Padahal Tuan dan Nyonya Park bersikap sama saja terhadap aku dan Jimin. Hanya mungkin karena di sekolah aku selalu berprestasi sedangkan Jimin tidak. Aku rasa mungkin itu yg membuat dia menjadi membenciku."
Yoongi meminum minumannya sebelum melanjutkan ceritanya, "bahkan sejak sekolah lanjutan pertama, Jimin sudah tidak mau satu sekolah denganku dengan berbagai alasan, yg akhirnya membuat kedua orangtuanya menyekolahkannya di sekolah yg berbeda denganku. Semua berlanjut hingga perguruan tinggi."
"Memang Jimin ga tau cerita tentang Appamu?" Namjoon bertanya.
Yoongi menggeleng, "Eomaku dan kemudian aku yg meminta agar Tuan dan Nyonya Park tidak menceritakan hal itu pada Jimin. Aku tidak mau membuatnya seperti berutang budi padaku. Aku tidak ingin hidupnya menjadi terbebani kalau dia mengetahui cerita tentang Appaku."
"Tapi apa itu ga adil baginya dan juga bagimu, Yoon?" Jin menatap Yoongi, "menurutku sih harusnya Jimin tau cerita tentang apa yg Appamu lakukan terhadap keluarga Park."
"Menurutku juga begitu sih, Hyung," sambung Namjoon, "bagaimanapun juga itu kan bagian cerita dari keluarga Park, bukan?"
Yoongi mendesah gusar, "aku hanya ingin Jimin menjalani hidupnya dengan normal tanpa beban hutang budi dengan Eoma dan aku, Joon."
Mereka bertiga terdiam.
"Segitunya kamu menjaga Jimin, Yoon." ujar Jin memecah keheningan diantara mereka.
"Karena aku sudah berjanji akan selalu menjaganya sepanjang hidupku, Hyung," pungkas Yoongi tersenyum samar, "mungkin aku yg salah telah jatuh cinta padanya, pada seorang Park Jimin yg tak lain adalah majikanku sendiri."
"Hey hey hey," sergah Jin cepat, "jangan berkata seperti itu, Yoon. Cinta tidak memandang status sosial ataupun gender karena cinta itu murni dan suci, datang langsung dari hati kita tanpa bisa kita paksakan kepada siapa cinta kita akan berlabuh."
"Masalahnya orang yg aku cintai itu seharusnya tidak aku cintai, Hyung." Yoongi menundukkan wajahnya, "tapi aku juga ga sanggup membunuh rasa cintaku padanya. Sehingga aku memtuskan untuk mencintainya dalam diam dan menjaganya sekuat tenagaku."
Namjoon menepuk punggung tangan Yoongi, "aku dan Jin Hyung hanya bisa membantu Hyung dalam doa ya. Semoga Jimin segera menyadari sikapnya dan berbalik membalas cintamu, Hyung."
Jin turut tersenyum menanggapi ucapan kekasihnya, "Kalau jodoh tidak akan kemana, Yoon. Trust me, nee."
Yoongi tersenyum menatap Jin dan Namjoon, "gomawo sudah ada untukku ya. Kalian memang sahabat terbaikku."
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love and Hate Collide (Yoonmin)
FanfictionJimin begitu membenci Yoongi, anak dari seorang pembantu di rumahnya. Tidak ada yg lebih menjijikkan ketika harus bertemu dan berinteraksi dengan Yoongi. Tapi keadaan berbalik 180 derajat ketika Yoongi menolong Jimin yg terkilir kakinya akibat terj...