Chap. 2 : The Quiet Kid

579 105 2
                                    

Freen Sarocha Chankimha.

Murid kelas 3 SMA di Bangkok International School. Dirinya bisa masuk ke sekolah termahal di Thailand secara gratis berkat kecerdasannya.

Namun nasibnya di sekolah itu bisa dikatakan malang. Sifat pendiam, status sebagai penerima beasiswa, dan kelainan fisik yang dideritanya membuat Freen menjadi bahan penindasan di sekolah tersebut.

Murid biasa menjauhi dan menggosipinya sementara murid populer seperti Rebecca dan genknya seringkali menindasnya.

Awalnya Freen tidak punya teman sama sekali di sekolah. Di sekolah itu, murid yang ditindas akan paling menderita saat jam makan siang. Mereka harus mencari tempat duduk lebih lama karena banyak murid yang menolak untuk duduk bersama.

Suatu ketika di kelas 2 SMP, Freen sedang duduk sendirian di bangku kantin yang paling pojok menikmati makan siangnya.

"Permisi, bolehkah aku duduk di sini?" Tanya seorang siswi membawa baki makanannya.

Freen hanya melihatnya heran karena baru kali ini ada murid yang mau berbicara dengannya.

"Boleh ya? Aku sudah mencoba duduk di tempat lain tapi mereka mengusirku." Ucap siswi itu.

Oh murid tertindas juga ternyata.

Freen hanya mengangguk saja dan melanjutkan makannya.

"Aku Nam. Baru saja di sini selama 2 bulan. Salam kenal ya." Ucap Nam ramah.

"Freen." Ucap Freen singkat.

"Oh kamu pendiam ya? Gapapa deh terima kasih udah bolehin aku duduk di sini." Ucap Nam mulai makan.

Sepanjang makan Nam terus bercerita mengenai nasibnya di sekolah itu sebagai penerima beasiswa sama seperti Freen. Sementara Freen yang memang pendiam hanya mengangguk dan berdeham saja merespon perkataan Nam.

Dalam beberapa minggu keduanya menjadi cepat akrab. Yang dimaksud akrab yaitu Nam memungut Freen untuk menjadi sahabatnya. Dia selalu mencari Freen untuk masuk kelas dan makan bersama. Dia selalu berinisiatif untuk memulai pembicaraan dan menanyai keadaan Freen. Freen yang tidak punya teman pun sebetulnya bersyukur dengan kehadiran Nam. Itulah kenapa Freen mau terus berteman dengannya.

Kurang dari setahun personil dalam lingkar pertemanan mereka pun bertambah berkat Nam.

Nam yang ceria dan energik selalu mengundang anak- anak yang terlihat dikucilkan saat makan siang. Dia mengajak mereka bergabung dan membangun pertemanan.

Personil ke-3 mereka adalah Irin. Gadis polos yang culun. Seringkali Irin diejek karena memakai kacamata yang tebal dan jadul serta pakaian yang dianggap tidak mengikuti trend dan norak.

Lalu setahun kemudian datanglah Heng. Lelaki cungkring pecinta film. Obsesinya pada film lah yang membuat orang- orang mengucilkan Heng. Dia tidak segan- segan untuk membagikan fakta tentang film yang ditontonnya kepada siapa pun dan di mana pun bahkan dia akan menirukan beberapa kalimat dari cuplikan film saat mengobrol.

Lalu personil terakhir mereka adalah Friend. Friend pintar tapi memiliki sifat pemalu dan minder. Dia lebih suka berkreasi dengan tangannya ketimbang dengan mulutnya. Dia tidak berani untuk memulai pembicaraan dan berbicara di depan publik. Suatu ketika dirinya tengah diminta presentasi di depan kelas. Saking gugupnya Friend pingsan ditengah- tengah presentasi. Akibat kejadian itu banyak sekali murid yang mengejek dan mengucilkannya.

Kini kelima orang tersebut menjalin pertemanan yang erat. Makan bersama, masuk kelas bersama, bahkan pulang pun bersama.

Tapi tentu saja penindasan masih terjadi. Banyak murid- murid nakal dan merasa berkuasa di sekolah yang semakin berani menindas mereka.

Perkataan yang pedas dan merendahkan pun mereka dapatkan setiap hari. Bahkan mereka mendapatkan julukan 'Freaks Show' dari para murid karena mereka terdiri dari orang- orang yang dianggap tidak lazim.

Andai saja Freen tidak menahan dan membujuk Nam, mungkin Nam sudah menghajar siapapun yang berani berkata tidak enak kepada mereka.

Freen selalu berkata,

"Biarkan saja, Nam. Anggap hanya angin yang berlalu."

~

"Freen, kesini." Ucap bu Sri memanggilnya.

Bu Sri adalah salah satu guru yang perhatian dan baik kepada Freen dan kawan- kawan.

"Iya, bu, ada apa?" Tanya Freen masuk ke ruangan bu Sri.

"Begini.... Kamu tau kan jadwal ibu padat?" Tanya bu Sri dibalas anggukan dari Freen.

"Karena kamu murid terpintar di kelas ibu, kamu mau jadi asisten ibu?"

"Asisten?"

"Iya... Tugas kamu hanya memberi pelajaran matematika ke murid yang nilainya kurang." Lanjut bu Sri.

"Hmm..." Freen berpikir

"Ibu sudah berkomunikasi dengan pihak sekolah. Tentu kamu akan dapat komisi untuk jasa kamu. Bagaimana?" Tanya bu Sri yang mengerti kondisi Freen.

"Baik, bu. Saya mau." Jawab Freen mendengar kata komisi.

"Bagus. Besok saya kumpulkan dulu anak- anak yang nilainya kurang. Silahkan pergi." Ucap bu Sri.

"Baik, bu. Terima kasih untuk tawarannya." Ucap Freen sopan meninggalkan ruangan.

Dirinya merasa bersyukur bisa memiliki penghasilan tambahan baru meski masih duduk di bangku sekolah.

~

~

~

Oh ya....


Vote dan komen nya, Tuan~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dan komen nya, Tuan~

Queen Bee (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang