Chap. 13 : Hard Choices

712 105 4
                                    

"Selamat, Becky, atas gelar ratu promnya." Ucap Freen bercanda kepada Becky yang memeluknya erat. Keduanya baru saja kembali dari kamar mandi untuk membersihkan diri dari sisa kegiatan panas mereka dan langsung kembali ke ranjang dan saling memeluk.

"Kamu belum tanya pertanyaan pentingnya." Gumam Becky memukul pelan dada Freen.

"Maukah kamu menjadi pacarku, Becky Armstrong?" Tanya Freen menggenggam telapak tangan Becky.

"Kamu ga akan putusin aku kan setelah prom selesai?" Tanya Becky.

"Putus lah. Apa kata orang kalau tau kamu pacaran sama si Aneh ini, hmm?" Tanya Freen.

"Tapi aku nyaman sama kamu...."

"Cuma nyaman?"

"No! Aku... aku cinta kamu, Freen."

"Cinta? Kok bisa?" Tanya Freen terus memancingnya.

"Kamu selalu sabar sama aku. Baik, pengertian, peka lagi! Gimana aku ga jatuh cinta kalau kayak gitu." Ucap Becky menatap mata Freen dengan kagum.

"Buktiin."

"Kamu mau bukti apa?"

"Jangan dateng ke prom." Freen berucap.

"Ta- tapi...."

"Itu syarat dariku, Beck. Jangan terima mahkota itu. Biarkan Marissa yang dapet mahkotanya. Buktiin kalau kamu lebih cinta aku daripada gelar mu itu." Ucap Freen.

"Freen jangan kasi aku pilihan sulit. Kamu tau aku juga mau gelar itu..."

"Aku cemburuan, Becky. Aku mau jadi satu- satunya yang kamu perjuangkan. Kalau kamu memang cinta sama aku, datanglah ke sini tepat sebelum acara penyerahan mahkota dimulai." Ucap Freen mengecup jemari Becky.

~

*prom night, Freen's house*

"Kamu yakin mau disini aja?" Tanya Nam sedang bersiap- siap dengan anggota genk lainnya.

"Ya lebih baik aku di rumah." Ucap Freen merapikan jas yang dipakainya. Rambut panjang itu dicepol rapi dan riasan tipis menghiasi wajahnya.

"Kalau dia ga kesini.... jangan ragu buat hubungi aku. Aku siap menampung keluh kesahmu lagi." Ucap Nam.

"Aku tau." Ucap Freen menyemprotkan parfum.

"Kami pergi dulu, Freen." Ucap Friend.

"Hati- hati di sana." Ucap Freen memeluk temannya satu- persatu sebelum mereka pergi.

"Freen?" Panggil Irin ketika hendak berpamitan dengan Freen.

"Ya?"

"Kalau misal Becky kesini.... kamu pasti butuh ini." Ucap Irin menyerahkan sebuah kunci kepada Freen.

"Thank you, Rin. Have fun and stay safe." Ucap Freen menerima kunci dari Irin. Dipandanginya kunci itu baik- baik sebelum dimasukan kembali ke saku jasnya.

Setelah semuanya sudah pergi, Freen duduk di teras rumahnya menanti seseorang. Seseorang yang spesial.

"Ayolah." Gumamnya terus melihat kearah jam tangan analog yang dipakainya.

Jarum jam terus berputar dan yang ditunggunya tidak kunjung datang. Tepat pukul 8 malam, Freen sudah tidak lagi mau menunggu. Dirinya bangkit dari bangku teras  dan hendak memasuki rumah dan tidur untuk memudarkan rasa kecewanya.

"Freen?" Teriak seseorang dari jauh.

Yang ditunggunya datang.

Jantung Freen berdegup kencang melunturkan rasa kecewa dan menggantikannya dengan rasa senang. Dia menoleh ke arah suara itu dan menemukan Becky berdiri di depan rumahnya dengan gaun indah dan wajah cantiknya yang dirias.

"Freen!" Panggil Becky sekali lagi dengan nafas yang terengah- engah berlari menghampiri Freen.

"I love you!" Ucapnya begitu sampai di pelukan Freen. Belum sempat Freen membalas, Becky sudah membungkam bibir Freen terlebih dahulu dengan bibirnya sendiri.

"I love you, too." Ucap Freen memutus ciuman mereka.

"Kenapa lama sekali? Dimana mobilmu?" Tanya Freen dengan senyuman yang tidak kunjung reda karena yang dinantinya sudah datang.

"Aku sempat bimbang tadi tapi akhirnya aku mutusin kalau aku cinta sama kamu, Freen, makanya aku lari kesini." Ucap Becky tersenyum lebar tidak mau melepaskan pelukannya.

"Ayo masuk. Kamu udah dandan cantik begini rugi kalau dibiarin aja." Ucap Freen menuntun Becky masuk ke rumahnya.

"Kamu yang menata semua ini?" Tanya Becky ketika melihat ruang tv Freen sudah diubah menjadi sebuah lantai dansa kecil. Sofa dan meja disingkirkan ke pinggir ruangan menyisakan ruangan cukup besar untuk mereka di tengah- tengah. Freen menyetel lagu romantis dari loud speaker dan menyalakan beberapa lilin lalu mematikan lampu utama untuk menambah kesan romantis.

"Kamu mau kan jadi pasangan dansaku?" Tanya Freen menyodorkan telapak tangannya kepada Becky.

"Pasti repot ngerombak ruangan ini." Ucap Becky melihat tatanan Freen yang sangat niat.

"Aku tau tapi baru kali ini aku punya pasangan dansa jadi biarkan aku menikmati malam prom ini." Ucap Freen yang terus saja berdansa dengan Becky diiringi alunan lagu.

"Kamu tampan." Ucap Becky memandangi Freen yang dibalut jas hitam.

"Kamu cantik." Ucap Freen memandangi wajah Becky.

"Freen?"

"Ya?"

"Kenapa kita tidak pergi ke prom?" Tanya Becky.

"Karena aku mencintaimu." Jawab Freen.

Becky sebetulnya bingung dengan jawaban Freen yang tidak nyambung tapi dirinya sudah tidak peduli lagi karena sekarang dia sudah berada di dekapan yang tercinta.

.
The time is right, your perfume fills my head
The stars get red, and, oh, the night's so blue
And then I go and spoil it all
By saying somethin' stupid like, "I love you"
.

Lagu Frank Sinatra mengiringi dansa mereka.

"I love you~" Freen bersenandung mengikuti lirik lagu sembari menatap mata Becky.

Keduanya berdansa begitu romantis dan dekat tapi semua itu terhenti ketika tiba- tiba

Buumm!

Becky mendengar dentuman keras dari jauh dan langit menjadi bewarna jingga terang dari arah sekolah mereka.

"Freen, berhenti dulu." Ucapnya memisahkan diri dari dekapan Freen dan berjalan ke arah jendela mencoba melihat apa yang terjadi.

Ngiuuuu ngiuuuu ngiuuu

Mobil pemadam kebakaran dan ambulance berbondong- bondong mengebut menuju ke arah sekolah.

"Kamu liat itu? Kayaknya dari sekolah! Ayo kita harus kesana." Ucap Becky panik hendak berlari keluar.

"Di sini aja." Ucap Freen tenang.

"Tapi suara itu asalnya dari sekolah, Freen. Temen- temenku ada di situ gimana kalau-"

"Temen- temenmu udah meninggal, Beck." Ucap Freen.

Queen Bee (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang