Chap. 6 : New Friend Unlocked

503 88 7
                                    


Filler Chapter


"Aduh bagaimana ini..." Gumam Rebecca panik.

Dirinya mondar mandir seperti seekor ayam sambil memegang ponselnya. Diayun- ayunkan ponsel itu dan sesekali diketuk dengan frustasi.

"Ayolah kenapa kamu begini! Aku jadi gabisa pulang!" Ucap Rebecca berusaha memencet ponselnya yang tidak merespon perintah Rebecca. Sekolah mulai sepi dan Rebecca mulai panik. Dirinya tidak bisa menelfon sang supir maupun taksi online karena ponselnya tidak mau bekerja sama.

"Rebecca?" Tanya Irin kebingungan melihat Rebecca uring- uringan tidak jelas. Kebetulan dirinya hendak pulang dan melihat Rebecca.

"Apa?!" Jawab Rebecca yang kesal.

"Eum... ada apa dengan ponselmu?" Tanyanya dengan suara kecil setelah mendengar jawaban Rebecca yang terkesan kasar.

"Ponsel bodoh ini tidak mau merespon!" Ucap Rebecca semakin cepat memencet layarnya.

"Eum... sini kubantu." Ucap Irin.

"Memangnya bisa?!" Ucapnya ragu tapi seketika terdiam ketika beberapa pencetan dari Irin membuat ponselnya kembali berfungsi.

"Hah?! Kok bisa?!" Ucap Rebecca yang kebingungan.

"Eum... aku tau itu ponsel yang baru diluncurkan minggu lalu. Memang mahal tapi banyak minusnya termasuk ngefreeze kayak barusan." Ucap Irin

"Oh kamu tau teknologi ternyata." Ucap Rebecca.

"Tentu."

"Jadi kamu tau mana ponsel yang lebih bagus dari ini?"

"Iya."

"Bagus! Kita tunggu supirku dan berangkat ke mall abis ini." Ucap Rebecca hendak menelfon supirnya.

"Eum... Rebecca.... aku bawa mobil."

"Itu semakin bagus! Kita ga perlu nunggu lama! Ayo!" Rebecca menarik tangan Irin yang kebingungan ke arah parkiran.

Dalam waktu 1 jam, Rebecca dan Irin sudah berada di konter penjual ponsel dan Rebecca sedang melakukan proses pembayaran.

"Kamu benar! Ponsel ini respon nya lebih cepat dan kameranya lebih bagus!" Ucap Rebecca mengetes kamera ponsel barunya dengan ber-selfie.

Klik.

Klik.

Klik.

"Ayo foto bersama." Ucap Rebecca merangkul Irin.

Klik.

"Kamu terlihat culun difoto." Ucap Rebecca blak- blak an.

"Aku tau. Kamu bukan yang pertama bilang itu." Ucap Irin menundukan kepalanya.

"Hei! Maaf tapi itu kenyataannya!" Ucap Rebecca semakin membuat Irin lesu.

"Oke! Oke! Ayo ikut aku." Ucap Rebecca yang merasa bersalah.

"Mau kemana?" Tanya Irin yang ditarik Rebecca.

"Mari make over dirimu!"

~

"Yang ini?"

"Tidak."

"Kalau ini."

"Gamau."

"Coba yang ini."

"Terlalu seksi."

"Ugh. Ayolah, Rin..." Ucap Rebecca pasrah setelah menunjukan setelan baju ke- 27 kepada Irin.

"Ta- tapi, Rebecca... aku tidak pernah memakai baju dengan design seperti itu..." Ucap Irin.

"Tapi ini demi kebaikanmu. Pakaianmu itu kayak emak- emak tahun 90an, Rin. Kamu bosan kan diejek culun terus." Ucap Rebecca memilih baju yang lain.

"Y-ya iyasih." Ucap Irin melihat bayangan dirinya dari cermin yang memakai pakaian bewarna cerah mencolok dengan pola polkadot.

"Kamu udah bantu aku hari ini. Biarin sekarang aku bantu kamu dengan keahlianku. Bagaimana kalau yang ini?"

"Hmm boleh." Ucap Irin.

Rebecca memilihkan kaus lengan pendek serta skinny jeans untuk Irin. Sederhana tapi cocok untuk zaman sekarang.

"Bagus! Kita cari yang seperti ini lagi."

Segera mereka sampai di kasir dan hendak membayad untuk 12 setel pakaian.

"Ini, mbak." Ucap Rebecca hendak menyerahkan kartu debitnya.

"Gausah, Rebecca. Ini kan untukku." Ucap Irin menyerahkan kartunya terlebih dahulu.

"Kenapa tidak dariku saja?" Ucap Rebecca bingung.

"Bukankah seharusnya begitu? Aku beli, aku bayar. Kamu beli, kamu bayar?" Ucap Irin heran.

"Hmm teman- temanku biasanya memintaku untuk membayar." Gumam Rebecca.

Kini mereka sedang berjalan- jalan tapi terhenti ketika Rebecca melihat sebuah toko yang bisa memperbaiki penampilan Irin.

Toko optik.

"Kesini dulu." Ucap Rebecca menarik Irin.

"Mas, tolong periksa mata dia." Ucap Rebecca sementara Irin dibawa ke tempat untuk pemeriksaan.

"Eh, Rebecca? Ini untuk apa?" Ucap Irin setelah pemeriksaan selesai.

"Lihat kesini." Ucap Rebecca mencopot kacamata Irin yang bermodel jadul dan lensa yang sangat tebal. Rebecca terus sana mencobakan berbagai model kerangka kacamata sampai menemukan yang cocok untuk Irin.

"Mas, tolong buatkan lensanya yang tipis yang untuk kerangka yang ini." Ucapnya.

"Tapi, Re-"

"Ayo makan dulu nanti kesini lagi." Ucap Rebecca menarik Irin menuju foodcourt.

Segera mereka membeli makanan dan duduk di bangku yang disediakan.

"Aku tidak tau ternyata kamu pintar teknologi." Ucap Rebecca menyuap makanannya.

"Aku tidak tau ternyata kamu bisa baik." Ucap Irin mendapat tatapan tajam dari Rebecca.

"Hei!" Jawab Rebecca protes.

"Maaf... tapi kamu selalu mengejekku setiap kita berpapasan jadi ini hal baru buat aku."

"Maaf... tapi aku harus demi menjaga statusku di sekolah."

"Untuk apa? Bukankah status itu bakal hilang setelah kita lulus?" Tanya Irin heran.

"Aku tau tapi mamah berekspektasi tinggi denganku. Aku ga bisa kecewain mamah." Ucap Rebecca menunduk lesu.

"Oke aku paham. Terima kasih sudah mau berkomunikasi denganku hari ini." Ucap Irin meskipun tidak mengerti kenapa ibu Rebecca terobsesi seperti itu.

"Terima kasih juga kamu mau mengajakku berbicara." Ucap Rebecca tersenyum.

"Berbicara? Bukannya kamu punya genk?" Tanya Irin.

"Ya tapi setiap kali kami makan di resto ataupun hangout seperti ini, mereka selalu sibuk dengan ponsel mereka. Aku jarang berbincang dengan mereka.

"Ouh... kalau begitu... kunjungi aku kalau kamu ingin mengobrol lagi." Ucap Irin tersenyum.

"Terima kasih. Ayo habiskan dan kita ambil kacamatamu."

~

"Terima kasih sudah mengantarku pulang." Ucap Rebecca turun dari mobil.

"Ya terima kasih juga sudah membantuku hari ini. Kacamata baruku terlihat cocok." Ucap Irin mengecek bayangannya sendiri di spion mobil.

"Tentu. Siapa dulu yang milihin." Ucap Rebecca sombong disambut gelak tawa keduanya.

"Kamu ternyata tidak seculun itu."

"Kamu ternyata tidak sejahat itu."

"Hei!"

"Itu benar!" Bela Irin.

"Jadi kita berteman sekarang?"

"Tentu."

Queen Bee (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang