Seminggu kemudian, pernikahan pun diadakan untuk kedua orang yang tengah jatuh cinta itu. Pernikahan kecil dan privat, hanya dihadiri oleh keluarga besar dan kerabat dekat saja karena ayah Becky sendiri yang memintanya. Ia tidak ingin nama baiknya di antara kolega- kolega bisnis tercoreng kalau sampai mereka tahu anak gadis satu- satunya itu hamil di luar nikah dan menikahi seorang pengangguran.
Freen memakai jas hitam milik mendiang ayahnya dan Becky memakai gaun putih sederhana yang dibelinya di toko gaun terdekat. Janji suci saling diucapkan dan cincin saling disematkan di jari manis. Kini, kedua orang itu resmi menjadi sepasang suami istri.
"Freen, jaga anakku baik- baik. Aku merawatnya sejak masih bayi sampai sekarang. Aku selalu berhati- hati agar air matanya tidak pernah menetes karenaku jadi aku harap kamu tidak membuat putriku meneteskan air matanya juga." Ucap Robin.
"Saya akan selalu menjaga Becky dengan baik, om." Ucap Freen.
"Ingat ya, Becky, kamu sudah menikah dengan pilihan kamu sendiri. Jangan merengek atau mengeluh. Baik- baik sama suami... kalau ada apa- apa diselesaikan bersama." Rawee memberikan nasihat kepada Becky.
"Iya, mah, Becky janji." Ucap Becky.
Kedua orang tua sudah saling memberikan nasihat kepada pasangan baru, begitu juga teman- teman Freen menyelamati mereka berdua. Kini waktunya bagi Freen dan Becky untuk meninggalkan acara itu dan memulai hidup baru mereka sebagai sepasang suami istri.
"Kita pulang?" Tanya Freen menyalakan mobil Becky yang dihias dengan bunga dan pita- pita.
"Kita pulang." Jawab Becky.
Pasangan itu pun pulang ke rumah Freen. Keduanya saling berganti baju dan mandi lalu kembali bertemu di atas ranjang. Keduanya sudah terlalu lelah sehingga memutuskan untuk berbincang- bincang saja sebelum tidur.
"Kamu lelah?" Tanya Freen dan Becky mengangguk.
"Balik badan." Ucap Freen. Becky pun membalik badannya membelakangi Freen dan Freen memijat punggung Becky.
"Kita setelah ini mau apa, sayang?" Tanya Freen.
"Hmm... kamu kan mau kerja sama papah... aku pingin buka toko alat tulis atau toko pernak- pernik?" Ucap Becky.
"Kamu yakin? Aku bisa kerja keras buat cukupin semua kebutuhan kamu." Ucap Freen.
"Ga perlu, sayang. Sejak kecil cita- citaku selalu ingin jadi pemilik toko. Aku punya modalnya kok." Ucap Becky teringat dengan masa di mana ia masih bersekolah dan selalu pergi ke toko pernak- pernik bernama Trinkets. Nyonya pemilik toko selalu ramah kepadanya dan kepada anak- anak yang datang. Ia ingin menjadi seperti nyonya pemilik toko itu.
"Baiklah kalau itu maumu. Aku akan selalu dukung kamu. Jangan ragu untuk minta bantuanku. I love you."
"I love you, too."
~
*10 tahun kemudian*
Kehidupan pernikahan Freen dan Becky sudah memasuki usia 10 tahun. Freen yang sudah bekerja cukup lama di perusahaan kapal milik Robin mendapatkan kepercayaan dari Robin.
"Aku pulang! Sayang, ada yang mau kubicarakan denganmu." Ucap Freen yang baru saja pulang dari kerja.
"Good afternoon, Hubby, kamu mau bicara apa?" Tanya Becky yang menyambut Freen sembari menggendong gadis cilik berusia 4 tahun.
"Good afternoon, my love. Good afternoon, princess." Ucap Freen mengecup kening istrinya lalu mengecup pipi putri kecil mereka.
"Eits! Mandi dulu baru boleh gendong Alisa." Ucap Becky ketika Freen hendak menggendong putrinya. Freen pun menurut dan mandi sebersih mungkin.
"Dada! Dada!" Alisa kecil kembali mengulurkan kedua tangannya ketika melihat Freen keluar dari kamar mandi.
"Sini anak, papah!" Ucap Freen menggendong Alisa.
"Jadi kamu mau bicarain apa?" Tanya Becky.
"Kamu tau kan aku udah 10 tahun kerja di perusahaan papah. Karena pengalaman aku sudah dianggap cukup sama papah kamu, papah nawarin aku untuk pegang jabatan general manager. Aku gabisa nerima kecuali kamu setuju." Ucap Freen. Becky pun senang karena merasa dianggap oleh suaminya. Setiap keputusan penting di hidup Freen, ia selalu meminta persetujuan dari istrinya.
"Kamu mau nerima?" Tanya Becky.
"Aku nyaman sih sama pekerjaanku yang sekarang. Tapi yang sekarang gajinya tinggi... tapi jam kerjanya tinggi juga. General manager yang lama dari pagi sampai subuh kerja terus, belum lagi kalau rapat." Ucap Freen.
"Kalau gitu kamu gaboleh terima itu, Sarocha." Ucap Becky.
"Kenapa?"
"Gaji kamu sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan kita sehari- hari. Penghasilan dari toko aku juga termasuk besar."
"Tapi aku ingin dapet lebih biar kamu ga perlu susah- susah kerja, sayang. Aku ingin kamu bisa beli apapun yang kamu mau dengan uang aku." Ucap Freen.
"Aku sudah nyaman hidup seperti ini, Freen. Aku cinta sama kamu, bukan uang kamu. Aku lebih suka suamiku dengan gaji cukup pulang sore dan memberi perhatian kepada anak dan istrinya dari pada gaji besar tapi tidak pernah pulang." Ucap Becky mengingat orang tuanya dulu tidak pernah mengurusinya karena sibuk bekerja.
"Kamu benar. Keluargaku nomor satu. Sudah sana kamu mandi dulu biar aku yang momong Alisa dan masak makan malam." Ucap Freen.
"Suamiku memang yang terbaik." Ucap Becky
The End
.
.
.
.Maaf kalau Author yang udah lama menghilang dan tiba- tiba namatin buku ini. Author keteteran sama deadline Author.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Bee (FreenBecky)
Fiksi Penggemar'Do not think the lion is asleep just because he's not roaring.' Futa! mature content!