Chap. 9 : Cat Fight

611 108 2
                                    

Hari- hari berlalu dan acara prom semakin dekat membuat persaingan antara Becky dan Marissa semakin ketat. Sementara, Freen tahu permainan mereka hanya berpura- pura mengikuti saja membuat keduanya kewalahan. Terpaksa Becky memberi tahu teman- temannya tentang taruhan itu untuk meminta bantuan mereka.

"Kamu udah gila kah, girl?" Tanya Heidi.

"Aku tau, aku tau! Tapi aku udah kepepet waktu itu jadi aku iyain aja tantangannya Marissa." Ucap Becky yang kini mondar mandir di kamarnya dengan para anggota genk.

"Well, kamu kok mau sih ngomong sama si Aneh itu." Ucap Yoko yang menyindir Freen.

"Dia ternyata baik kok." Ucap Becky keceplosan mendapat tatapan curiga dari teman- temannya.

"Eh maksudku.... demi menang taruhan aku harus!" Ralat Becky.

"Kamu harus hati- hati, Bec.... Jangan sampai join sama para Freaks Show apalagi si Heng. Ih ga banget deh tu orang." Ucap Engfa merinding.

Dirinya masih merasa jijik ketika Heng memintanya menjadi pacar di kelas 2 SMP. Tentu saja caci maki dan hinaan keluar dari mulut Engfa saat itu membuat Heng trauma.

"Iya mereka memang aneh isinya anak- anak kelainan." Ucap Heidi disambut gelak tawa yang lainnya kecuali Becky.

"Aku bisa jaga diri kok, girls." Ucap Becky meski kini dirinya merasa tidak nyaman.

~

KRINGGG KRINGGG KRINGGG

Murid- murid berhamburan keluar dari kelas hendak pulang begitu pula Becky dan Marissa.

Bruk!

"Aww!"

"Aduh!"

Becky dan Marissa saling bertubrukan membuat keduanya hampir terjatuh.

"Kalo jalan yang bener dong!" Ucap Becky mengelus dahinya yang sakit.

"Kamu itu yang halangin jalanku! Minggir deh aku ntar telat tutor!" Ucap Marissa buru- buru pergi tapi lengannya ditarik Becky.

"Tutor? Hari ini jadwalku sama Freen!" Ucap Becky tidak terima.

"Tapi aku mau tutor hari ini jadi mending kamu pergi deh jauh- jauh!" Ucap Marissa menghempaskan tangan Becky.

"Aku tau tujuanmu cuma mau ngegodain dia! Kukasi tau ya, dia gabakal kegoda sama jalang kek kamu!" Teriak Becky menuding Marissa.

"Pede bener nih mak lampir! Liat aja nanti kubikin Freen gamau deket- deket kamu!" Ancam Marissa tak terima.

"Siapa yang kamu panggil mak lampir!" Teriak Becky lalu melesat kearah Marissa dan meraih rambutnya. Dalam sekejap keduanya mulai berkelahi.

Saling menjambak dan saling menampar.

Genk Becky yang mendengar itupun segera berlari untuk membantu Becky mengalahkan Marissa. Heidi ikut berkelahi sementara sisanya berjaga- jaga jika ada yang melihat dan merekam.

"Jalang kayak kamu ga pantes punya rambut!" Teriak Heidi menarik rambut Marissa bersama Becky.

"Aww! Mukamu jelek sini kubenerin!" Teriak Marissa memukul wajah Becky.

Perkelahian berlangsung sangat lama dan berisik membuat orang- orang yang berada di sekitar situ akan mendengarnya.

"Kayak kucing ngreog. Siapa sih?" Gumam Freen yang merasa terganggu dengan suara- suara itu di ruangan sebelah. Dirinya terkejut ketika melihat dua murid tutornya berkelahi seperti kucing jalanan.

"Berhenti!" Ucapnya melerai 3 orang dengan susah payah bahkan mengenai beberapa cakaran. Butuh waktu lama untuk melerai mereka tapi untung saja berhasil.

"Kamu beruntung, mak lampir!" Teriak Marissa yang sudah berantakan dan beberapa helai rambutnya terlepas. Freen memegangi lengan Marissa.

"Apa?! Mau lagi?!" Teriak Becky yang sudah mulai lebam wajahnya. Heidi merangkul Becky agar tidak berkelahi lagi.

"Stop kalian berdua!" Teriak Freen menggelegar membuat suasana hening seketika.

"Freen~ aku butuh tutor hari ini." Ucap Marissa mencoba bergelanyut pada Freen dengan manja.

"Maaf hari ini kamu ga ada jadwal. Pulang aja kamu berantakan." Ucap Freen datar menjauh dari Marissa yang seperti singa botak. Marissa yang kesal karena tidak dibela pun pergi dari situ.

"Nanti jadi kan?" Ucap Becky penuh harap dengan muka lebamnya dan hidung berdarah.

"Ngga. Rawat dirimu dulu." Ucap Freen berjalan pergi.

"Girls, bagaimana ini." Ucap Becky khawatir dengan mukanya yang hancur. Bila ketahuan mamanya, bisa- bisa Becky akan diceramahi dan dihukum karena merusak aset berharga.

"Eh..." Ucap Yoko bingung sekaligus jijik dengan darah di muka Becky.

"Gapapa cepet kejar Freen buat tutor. Ini kesempatanmu." Ucap Charlotte yang juga segan untuk menyentuh wajah Becky.

"Bye, Becky." Ucap genknya cepat- cepat pergi. Becky yang tidak punya pilihan lain pun segera menghampiri Freen.

"Ngapain? Pulang!" Ucap Freen tegas ketika Becky bergelanyut di lengan Freen.

"Gabisa bisa habis aku sama mamah." Ucap Becky melas. Bibirnya mulai bergetar menahan tangisan putus asanya.

"Ck. Yaudah ayo." Ucap Freen membiarkan Becky bergelanyut di tangannya.

Kini mereka sudah sampai di parkiran.

"Kamu nanti naik taksi online. Lihat sini." Ucap Freen mengeluarkan tissue dan membersihkan darah yang keluar dari gigi Becky.

"Kenapa ga ikut naek motor?" Tanya Becky menatap Freen.

"Resiko nanti kamu pingsan di motor. Nanti aku ikutin dari belakang." Ucap Freen tidak melepas pandangan dari wajah Becky.

Keduanya hening menatap wajah satu sama lain. Tangan freen berada di pipi Becky. Keduanya terbawa suasana memajukan wajah mereka dan...

Din din!

Suara dari taksi online yang datang membubarkan suasana intim mereka.

"Sana naik." Ucap Freen buru- buru kembali ke motornya.

Becky pun nurut saja tanpa perlawanan dan protes sedikit pun.

~

Sesampainya di rumah, segera Freen me nyalakan AC di kamarnya dan mempersilakan Becky untuk duduk di kasurnya agar tidak berceloteh tentang betapa panasnya suhu udara untuk kesekian kalinya.

"Kenapa tengkar?" Tanya Freen yang kini melanjutkan merawat dan membersihkan luka memar di wajah dan lengan Becky.

"Ehm.... tadi dia nabrak terus gamau minta maaf." Bohong Becky. Tentu saja Freen tidak percaya tapi hanya mengiyakan saja.

"Hari ini gausah tutor dulu. Kepalamu pasti pusing." Ucap Freen membereskan peralatan medisnya.

"Oke." Ucap Becky duduk diam.

"Udah? Sana pulang." Ucap Freen karena sudah tidak ada kegiatan yang perlu dilakukan dengan Becky.

"Plis biar aku di sini dulu. Minimal sampai bengkak ku hilang." Ucap Becky memohon.

"Kenapa?"

"Mama bisa marah kalau sampai tau muka ku rusak begini." Ucap Becky dengan nada panik.

"Tapi itu bengkaknya gabisa hilang dalam sejam." Ucap Freen heran.

"Ehmm... aku nginep sini ya? Ya? Plis...." Ucapnya semakin melas.

"Yaudah. Sana tidur dulu udah pucat mukamu." Ucap Freen menyuruh Becky beristirahat.

"Keras juga mamahnya Becky." Pikir Freen.

Malam itu Freen membangunkan Becky sebentar untuk makan malam dan memberinya obat anti bengkak. Waktu tidur tiba dan Freen memutuskan untuk tidur di sofa ruang tv. Awalnya Becky hendak protes dan memaksa Freen untuk tidur satu ranjang dengannya. Tapi karena dirinya masih kesakitan ia hanya bisa pasrah saja berbaring hingga terlelap.

Freen dengan segala isi pikiran dan hatinya yang rumit tidak bisa tidur hingga akhirnya pergi ke rumah Nam diam- diam.

Queen Bee (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang